29.2 C
Kediri
Thursday, March 23, 2023

Kejar Mimpi hingga ke Inggris

- Advertisement -

Belajar ke luar negeri jadi impian Ryka Widyaningtyas sejak di bangku SMA. Meski tak langsung terealisasi karena dia melanjutkan pendidikan di Universitas Brawijaya Malang, gadis asal Desa Gadungan, Puncu itu tak patah arang. Kegigihannya untuk terus belajar dan mencoba, mengantarkannya untuk melanjutkan S2 Keperawatan di University of Dundee, United Kingdom.

Bagi Ryka Widyaningtyas, memiliki mimpi merupakan sebuah privilege. Karenanya, dalam hidupnya dia selalu membuat “mimpi” baru setelah berhasil mengejar keinginannya terdahulu. Setelah selesai mengenyam pendidikan dari University of Dundee Inggris, dia bersiap mengejar mimpi lainnya. Yaitu, melanjutkan S3 di luar negeri.

 

“Untuk S3 ada dua pilihan. Belum tahu nanti gimana,” kata gadis berusia 26 tahun itu memulai rencana kuliah selanjutnya setelah dia pulang dari Inggris Januari lalu. Setahun menempuh pendidikan master di Nursing and Health, University of Dundee, dia ingin melanjutkan ke S3 di jurusan serupa.

Seperti beasiswa pendidikan S2, kini sudah ada dua universitas di Inggris dan Jerman yang siap menerimanya. Hanya saja, sulung dari tiga bersaudara ini belum mengambil keputusan untuk memilih universitas yang mana.

Baca Juga :  Keblinger Nguber Bojo Dokter
- Advertisement -

Bagaimana dia bisa mulus mencari beasiswa ke luar negeri? Meski terkesan mudah, menurut Ryka semuanya harus dilalui dengan perjuangan yang berat. Termasuk, pilihannya untuk melanjutkan kuliah dibanding bekerja seperti teman-teman lainnya saat pandemi Covid-19 2020 lalu. “Saya punya target, sehari harus belajar selama delapan jam,” katanya.

(Foto: Wahyu Adji)

Gadis yang hobi traveling ini menyadari, kendala terbesarnya saat itu adalah bahasa. Kemampuan bahasa Inggris dengan skor IELTS yang belum mencapai angka 400 sempat menghambatnya. Karena itu, Ryka memutuskan untuk mengejar ketertinggalannya dengan belajar di Kampung Inggris.

Praktik berbahasa Inggris setiap hari di sana membuat skor IELTS-nya naik. Bahasa asing pun tidak lagi jadi masalah bagi dirinya. Dari Kampung Inggris bisa ke Inggris,” selorohnya sambil tersenyum.

Kemampuan berbahasa asing membuatnya dengan mudah mendapat Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Sukses kuliah gratis S2, dia mencoba mendaftar untuk melanjutkan pendidikan S3 di luar negeri.

Baca Juga :  Kelahiran Anak Kembar Terbantu dengan BPJS Kesehatan

Ryka bersyukur sudah ada dua universitas di Inggris dan Jerman yang siap menerimanya. Seperti pendidikan S1 dan S2, gadis yang sehari-hari berjilbab itu mengaku ingin menimba banyak ilmu tentang penanganan diabetes melitus. Tren kasus yang terus meningkat di Indonesia rupanya mengundang keprihatinannya.

Karena itu pula, dia ingin belajar berbagai hal tentang penanganan kencing manis. Baginya, menguasai penanganan penyakit tersebut berarti dirinya bisa membantu sesama sekaligus menyelamatkan banyak nyawa. “Dulu waktu skripsi (S1 dan S2, Red) juga membahas tentang diabetes melitus,” paparnya.

 

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.

- Advertisement -

Belajar ke luar negeri jadi impian Ryka Widyaningtyas sejak di bangku SMA. Meski tak langsung terealisasi karena dia melanjutkan pendidikan di Universitas Brawijaya Malang, gadis asal Desa Gadungan, Puncu itu tak patah arang. Kegigihannya untuk terus belajar dan mencoba, mengantarkannya untuk melanjutkan S2 Keperawatan di University of Dundee, United Kingdom.

Bagi Ryka Widyaningtyas, memiliki mimpi merupakan sebuah privilege. Karenanya, dalam hidupnya dia selalu membuat “mimpi” baru setelah berhasil mengejar keinginannya terdahulu. Setelah selesai mengenyam pendidikan dari University of Dundee Inggris, dia bersiap mengejar mimpi lainnya. Yaitu, melanjutkan S3 di luar negeri.

 

“Untuk S3 ada dua pilihan. Belum tahu nanti gimana,” kata gadis berusia 26 tahun itu memulai rencana kuliah selanjutnya setelah dia pulang dari Inggris Januari lalu. Setahun menempuh pendidikan master di Nursing and Health, University of Dundee, dia ingin melanjutkan ke S3 di jurusan serupa.

Seperti beasiswa pendidikan S2, kini sudah ada dua universitas di Inggris dan Jerman yang siap menerimanya. Hanya saja, sulung dari tiga bersaudara ini belum mengambil keputusan untuk memilih universitas yang mana.

Baca Juga :  Persik Kediri Tersingkir karena Kartu Kuning

Bagaimana dia bisa mulus mencari beasiswa ke luar negeri? Meski terkesan mudah, menurut Ryka semuanya harus dilalui dengan perjuangan yang berat. Termasuk, pilihannya untuk melanjutkan kuliah dibanding bekerja seperti teman-teman lainnya saat pandemi Covid-19 2020 lalu. “Saya punya target, sehari harus belajar selama delapan jam,” katanya.

(Foto: Wahyu Adji)

Gadis yang hobi traveling ini menyadari, kendala terbesarnya saat itu adalah bahasa. Kemampuan bahasa Inggris dengan skor IELTS yang belum mencapai angka 400 sempat menghambatnya. Karena itu, Ryka memutuskan untuk mengejar ketertinggalannya dengan belajar di Kampung Inggris.

Praktik berbahasa Inggris setiap hari di sana membuat skor IELTS-nya naik. Bahasa asing pun tidak lagi jadi masalah bagi dirinya. Dari Kampung Inggris bisa ke Inggris,” selorohnya sambil tersenyum.

Kemampuan berbahasa asing membuatnya dengan mudah mendapat Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Sukses kuliah gratis S2, dia mencoba mendaftar untuk melanjutkan pendidikan S3 di luar negeri.

Baca Juga :  Cinta Hilang, Anak Tak Disayang

Ryka bersyukur sudah ada dua universitas di Inggris dan Jerman yang siap menerimanya. Seperti pendidikan S1 dan S2, gadis yang sehari-hari berjilbab itu mengaku ingin menimba banyak ilmu tentang penanganan diabetes melitus. Tren kasus yang terus meningkat di Indonesia rupanya mengundang keprihatinannya.

Karena itu pula, dia ingin belajar berbagai hal tentang penanganan kencing manis. Baginya, menguasai penanganan penyakit tersebut berarti dirinya bisa membantu sesama sekaligus menyelamatkan banyak nyawa. “Dulu waktu skripsi (S1 dan S2, Red) juga membahas tentang diabetes melitus,” paparnya.

 

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.

Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru

/