24.1 C
Kediri
Thursday, June 1, 2023

Tanah Pasir Hambat Pembangunan Jalan Kelud

KABUPATEN, JP Radar Kediri–Delapan tahun pasca-letusan Gunung Kelud pada Februari 2014 lalu, infrastruktur di area gunung berapi masih belum pulih. Rencana pembangunan jalan di kompleks wisata tersebut terhambat struktur tanah di sana yang berpasir.

          Pantauan Jawa Pos Radar Kediri, akses jalan dari pintu masuk kompleks wisata Gunung Kelud hingga ke area kawah hanya sebagian saja yang berwujud aspal. Selebihnya merupakan jalan beton cor, hingga makadam.

          Terkait pembangunan jalan di Gunung Kelud, Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kediri Irwan Chandra mengungkapkan, rencana pembangunan jalan di sana masih terus dimatangkan. “Paling cepat pembangunannya baru tahun depan,” kata Irwan.

          Lebih jauh Irwan menjelaskan, saat ini dinas PUPR masih berkoordinasi dengan badan penanggulangan bencana daerah (BPBD). Dua organisasi perangkat daerah (OPD) tersebut bersinergi melakukan kajian struktur tanah dan bangunan di sana.

Baca Juga :  Spanduk dan Baliho Bakal Calon Bupati Kediri Mulai Marak

Salah satu yang jadi pertimbangan adalah struktur tanah di area Gunung Kelur yang hampir semuanya berpasir. Dengan kondisi tersebut, menurut Irwan pihaknya masih kesulitan mengatur pembangunan akses jalan di sana.

Selebihnya, jalan di area Gunung Kelud juga sering longsor dalam beberapa bulan terakhir. Meski tidak ada korban jiwa, bencana yang sering terjadi di sana juga jadi pertimbangan PUPR.

Karenanya, sebelum membangun jalan di objek wisata andalan Kabupaten Kediri tersebut, PUPR memilih untuk mematangkan studi lebih dulu. “Yang paling baik, untuk sementara ini pembangunan jalan tanpa plengsengan,” terang Irwan.

Pria yang tinggal di Mojoroto ini menjelaskan, konstruksi jalan yang dilengkapi dengan plengsengan memang lebih kokoh. Meski demikian, hal tersebut tidak memungkinkan dilakukan di Kelud karena kondisi tebing sangat tinggi.

Baca Juga :  M. Khanafi, Pemain Tertua sekaligus Kapten Kesebelasan di Persedikab

Jika dipaksa tetap diplengseng, menurut Irwan tidak hanya memakan biaya yang mahal. Melainkan juga membutuhkan waktu yang lama. Kondisi itu sudah dilaporkan kepada Bupati Hanindhito Himawan Pramana.

“Kondisi Gunung Kelud sebagai gunung berapi aktif, jika diplengseng kemungkinan struktur tanah tebing bisa turun lagi dengan cepat saat terjadi bencana,” paparnya.

Pemkab menurutnya lebih berorientasi jangka panjang untuk akses tersebut. Mereka memprioritaskan titik-titik yang lebih mendesak dan tidak mudah rusak jika terkena bencana lagi. 

Untuk diketahui, erupsi Gunung Kelud pada Februari 2014 silam merusak semua fasilitas dan infrastruktur di wilayah paling timur Kediri itu.  Termasuk akses jalan menuju kawah yang rusak dan sempat tidak bisa dilewati selama sekitar dua tahun. Hingga tahun ini fasilitas dan infrastruktur di sana belum pulih sepenuhnya. (syi/ut)

 

  

 

KABUPATEN, JP Radar Kediri–Delapan tahun pasca-letusan Gunung Kelud pada Februari 2014 lalu, infrastruktur di area gunung berapi masih belum pulih. Rencana pembangunan jalan di kompleks wisata tersebut terhambat struktur tanah di sana yang berpasir.

          Pantauan Jawa Pos Radar Kediri, akses jalan dari pintu masuk kompleks wisata Gunung Kelud hingga ke area kawah hanya sebagian saja yang berwujud aspal. Selebihnya merupakan jalan beton cor, hingga makadam.

          Terkait pembangunan jalan di Gunung Kelud, Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kediri Irwan Chandra mengungkapkan, rencana pembangunan jalan di sana masih terus dimatangkan. “Paling cepat pembangunannya baru tahun depan,” kata Irwan.

          Lebih jauh Irwan menjelaskan, saat ini dinas PUPR masih berkoordinasi dengan badan penanggulangan bencana daerah (BPBD). Dua organisasi perangkat daerah (OPD) tersebut bersinergi melakukan kajian struktur tanah dan bangunan di sana.

Baca Juga :  Untuk Ngabuburit, Proyek Ngadijo Terganggu

Salah satu yang jadi pertimbangan adalah struktur tanah di area Gunung Kelur yang hampir semuanya berpasir. Dengan kondisi tersebut, menurut Irwan pihaknya masih kesulitan mengatur pembangunan akses jalan di sana.

Selebihnya, jalan di area Gunung Kelud juga sering longsor dalam beberapa bulan terakhir. Meski tidak ada korban jiwa, bencana yang sering terjadi di sana juga jadi pertimbangan PUPR.

Karenanya, sebelum membangun jalan di objek wisata andalan Kabupaten Kediri tersebut, PUPR memilih untuk mematangkan studi lebih dulu. “Yang paling baik, untuk sementara ini pembangunan jalan tanpa plengsengan,” terang Irwan.

Pria yang tinggal di Mojoroto ini menjelaskan, konstruksi jalan yang dilengkapi dengan plengsengan memang lebih kokoh. Meski demikian, hal tersebut tidak memungkinkan dilakukan di Kelud karena kondisi tebing sangat tinggi.

Baca Juga :  Warga Bujel Ingin Manfaatkan Sumur Peninggalan Belanda

Jika dipaksa tetap diplengseng, menurut Irwan tidak hanya memakan biaya yang mahal. Melainkan juga membutuhkan waktu yang lama. Kondisi itu sudah dilaporkan kepada Bupati Hanindhito Himawan Pramana.

“Kondisi Gunung Kelud sebagai gunung berapi aktif, jika diplengseng kemungkinan struktur tanah tebing bisa turun lagi dengan cepat saat terjadi bencana,” paparnya.

Pemkab menurutnya lebih berorientasi jangka panjang untuk akses tersebut. Mereka memprioritaskan titik-titik yang lebih mendesak dan tidak mudah rusak jika terkena bencana lagi. 

Untuk diketahui, erupsi Gunung Kelud pada Februari 2014 silam merusak semua fasilitas dan infrastruktur di wilayah paling timur Kediri itu.  Termasuk akses jalan menuju kawah yang rusak dan sempat tidak bisa dilewati selama sekitar dua tahun. Hingga tahun ini fasilitas dan infrastruktur di sana belum pulih sepenuhnya. (syi/ut)

 

  

 

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/