KOTA, JP Radar Kediri-Pembelajaran daring selama pandemi Covid-19 di berbagai jenjang sekolah tidak hanya membuat nilai akademik siswa merosot. Melainkan juga membuat nilai nonakademik turun. Pembatasan jam belajar di sekolah jadi pemicunya.
Seperti di SMPN 6 Kota Kediri. Penilaian sikap yang jadi tolok ukur adalah spiritual dan sosialnya. Di bidang spiritual, biasanya sekolah mengajak salat jamaah setiap Duhur. Tetapi, selama pandemi hal tersebut tidak lagi dilakukan karena pembelajaran dibatasi sebelum pukul 12.00.
“Kebiasaan yang dibangun di sekolah itu harusnya berdampak kepada siswa saat di rumah,” kata Wakil Kepala Kurikulum SMPN 6 Kota Kediri Boedi Pramono.
Sejak dilanda korona, kegiatan keagamaan juga dibatasi sehingga nilai spiritual siswa yang dibangun sekolah berkurang. Tidak hanya itu, nilai sosial juga terhambat. Siswa yang selama ini mengikuti pelajaran jarak jauh (PJJ) kurang berinteraksi dengan teman-temannya. Termasuk kepada guru. Dampaknya, kemampuan komunikasi ikut menurun.
Dua hal tersebut memengaruhi sikap siswa. Bukan hanya perilaku antarsiswa tetapi juga sikap pada gurunya. “Ada interaksi yang tidak nyambung sehingga terjadi penurunan kualitas,” lanjut Boedi berharap di semester dua nanti siswa bisa aktif belajar 100 persen.
Hal senada disampaikan Wakil Kepala Kurikulum SMPN 4 Kota Kediri Suyanto. Menurutnya, materi belajar menggunakan kurikulum kedaruratan dianggap tidak bisa memberi hasil yang maksimal. Jika dipaksa menggunakan kurikulum lama, banyak materi yang harus dikejar. “Waktunya tidak akan cukup,” bebernya.
Sebagai sekolah yang menonjolkan keunggulan adiwiyata, siswa di sekolahnya sudah memiliki karakter kuat menjaga lingkungan di sekolah. Biasanya adik kelas akan mengikuti kebiasaan kakak kelasnya. Karena sudah lama tidak belajar tatap muka, karakter menjaga lingkungan seperti tidak membuang sampah sembarangan mulai memudar.
Pudarnya kebiasaan menurut Suyanto karena pembelajaran daring yang terlalu lama. Terutama bagi siswa baru yang sekarang duduk di kelas VII dan VIII. “Baru-baru ini saja kita tatap muka, setelah vaksin. Waktu bertemunya pun masih dibatasi. Jadi belum bisa optimal,” bebernya.
Terpisah, Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Kediri Marsudi Nugroho mengaku siap mengejar ketertinggalan siswa. Ia menjabarkan strategi yang dilaksanakan untuk mencapai target tersebut. Salah satunya dengan percepatan vaksinasi.
Selain pelaksanaan vaksinasi siswa usia 6-11 tahun, menurut Marsudi vaksinasi guru dan tenaga kependidikan sudah mendekati 100 persen. “Pembelajaran tatap muka sekarang juga sudah bisa dilakukan selama enam hari aktif di sekolah,” bebernya.
Untuk pembelajaran 100 persen, Marsudi menyebut pihaknya masih menunggu instruksi mendagri. Ke depan, dalam pembelajaran pihaknya akan mengedepankan pendidikan karakter. Selebihnya, pendidikan soft skill sesuai kompetensi siswa juga akan digenjot. Mereka bisa mengembangkan bakat mulai olahraga, seni, hingga bidang keagamaan.
Sekolah wajib memfasilitasi pengembangan kompetensi di bidang masing-masing. “Terakhir, hard skill yakni penguasaan mata pelajaran,” tegasnya.(rq/ut)