KOTA, JP Radar Kediri – Lagi, kasus pencabulan menimpa pelajar di Kota Kediri. Kali ini korbannya adalah delapan siswa SMP negeri. Hanya, kejadian pencabulan ini tak terjadi di lingkungan sekolah. Mereka menjadi korban pencabulan ketika mengikuti kegiatan di luar sekolah.
“Korbannya tak hanya satu, mereka dari lima SMP negeri yang ada di Kota Kediri,” ujar sumber koran ini yang enggan namanya dikorankan.
Menurut sumber tersebut, ada dua kasus pencabulan yang terjadi baru-baru ini. Yang pertama adalah pencabulan yang dilakukan pelatih jaranan kepada anak didiknya. “Kabarnya ada tujuh anak yang menjadi korban pencabulan oleh pelatih jaranan itu,” sebut sang sumber.
Tujuh korban itu semuanya anak laki-laki. Sang pencabul juga seorang laki-laki. Akibat kejadian itu, semua korban mengalami trauma berat.
Perbuatan tak bermoral itu berlangsung ketika jam sekolah usai. Kebetulan para siswa itu ikut berlatih di salah satu kelompok seni jaranan. Ketika berlatih itulah aksi tak terpuji sang pelatih terjadi.
Kemudian, kasus kedua terjadi pada atlet basket. Korbannya adalah siswa perempuan salah satu SMP negeri favorit. Pelakunya juga sang pelatih. “Kejadiannya juga di luar jam sekolah,” lanjut sumber.
Kasus ini, kabarnya, sudah dilaporkan ke polisi. Masih menurut sumber tersebut, pelaku juga sudah ditangkap.
Dua kejadian pencabulan yang menimpa para siswa SMP negeri ini menjadi sorotan Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Kediri. Kemarin mereka melakukan hearing dengan dinas pendidikan (disdik). Sayang, dengar pendapat yang berlangsung mulai pukul 09.00 itu berlangsung tertutup. Namun, sumber koran ini memastikan bahwa kasus yang dibahas adalah soal pencabulan tersebut.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Disdik Kota Kediri Marsudi membenarkan bahwa telah terjadi kasus pencabulan pada anak-anak yang masih pelajar.
“Memang ada pencabulan dialami oleh anak-anak SMP di Kota Kediri. Tapi kejadiannya tidak dilakukan di lingkup sekolah. Melainkan mereka ini berlatih sendiri di luar jam dan area sekolahan,” kata Marsudi ketika dikonfirmasi tadi malam.
Dia juga mengakui telah melakukan hearing bersama Komisi C. Dan pihaknya siap melaksanakan apa yang diarahkan oleh DPRD.
Meskipun kejadian berlangsung di luar lembaga pendidikan, disdik tetap melakukan beberapa hal sebagai evaluasi dan pembenahan. Salah satunya berkoordinasi dengan seluruh insan pendidikan dan jajaran sekolah.
“Ya kami akan intens berkoordinasi lagi dengan pihak jajaran sekolah. Yakni guru dan seluruh insan di lingkungan pendidikan,” janji Marsudi.
Selain itu disdik akan lebih intensif berkomunikasi dengan pihak orang tua. Sebagai langkah preventif agar tidak terjadi hal yang serupa.
“Orang tua harus lebih mengawasi lagi anak-anaknya saat berada di luar lingkungan sekolah,” pintanya.
Selain itu, mereka juga akan berkoordinasi dengan stakeholder lain seperti KONI dan komunitas seni. Agar lebih bijaksana dalam hal pelatihan anak didik. “Intinya tiga dosa besar pendidikan itu adalah bullying, intelorensai, dan kekerasan seksual. Sebisa mungkin tiga hal itu tidak terjadi di lingkungan pendidikan di Kota Kediri,” tuturnya.
Terpisah, salah satu anggota Komisi C DPRD Kota Kediri, yang enggan namanya dikorankan, mengatakan pihaknya mendesak agar dilakukan pendampingan psikologis terhadap korban. Dalam hal ini ditangani oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Kediri.
“Selain itu meminta dinas pendidikan agar lebih ketat lagi dalam mengawasi kurikulum merdeka belajar,” tutur politisi itu seraya meminta pelaku pencabulan harus dihukum seberat-beratnya.
Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.