Mbok Ndewor memang bukan sepenuhnya pilihan hati Kang Sudrun. Keduanya menikah bukan karena keinginan sendiri. Mereka adalah produk perjodohan orang tua.
Uniknya, sebenarnya Kang Sudrun naksir kakak Mbok Ndewor. Entah mengapa, setiap kali apel yang menemui justru Mbok Ndewor. Lama-lama, oleh orang tua Mbok Ndewor, mereka dijodohkan.
Kang Sudrun hanya hooh saja ketika ditawari menikah dengan sang adik, bukan dengan sang kakak yang sebenarnya dia incar. Sebabnya, pria asal Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri ini sudah ngebet. Pingin ndang rabi. Apalagi wajah Mbok Ndewor lebih cantik dari sang kakak.

“Jenenge wong kebelet rabi, ya tak turuti karepe maratuwa,” kenang Kang Sudrun.
Pernikahan pun berlangsung. Di tahun awal, tak ada masalah yang mengganjal. Mbok Ndewor melayani suaminya dengan sepenuh hati. Baik untuk urusan dapur maupun urusan kasur. Masiya ora hot-hot nemen tapi servis kasur Mbok Ndewor tak mengecewakan.
Sebulan setelah masa bulan madu, Mbok Ndewor pun berbadan dua. Kian girang hati Kang Sudrun. Bakal mendapat buah dari kemesraan mereka. Meskipun awalnya tak saling cinta toh bisa juga keduanya menghasilkan keturunan.
Namun, ternyata, masalah justru berawal setelah sang bayi lahir ke dunia. Setelah punya anak Mbok Ndewor justru mulai menunjukkan gelagat aneh. Sering minggat dari rumah dengan mengajak serta anaknya.
“Yen tak takoni nyaopo minggat, alasane bosen nang omah,” ucap Kang Sudrun.
Kang Sudrun percaya dengan alasan itu. Dia pun nggolek solusi. Akhirnya ketemu. Dia meminta ibunya tinggal bersamanya. Membantu mengasuh sang cucu serta menjadi teman bagi sang mantu.
Ternyata, penyakit Mbok Ndewor tak sembuh. Malah tambah nemen. Minggatane ora mari. Sampai-sampai, si mertua yang menemani angkat tangan. Ibu Kang Sudrun merasa tak sanggup dan pulang ke rumahnya lagi.
Setelah ditinggal sang mertua, tingkah Mbok Ndewor malah menjadi-jadi. Dia seperti ogah ngurusi anak. Memilih menitipkan sang buah hati pada tetangga.
“Apa ora edan wong tuwa model ngunu, anake dipasrahne tangga. Ya mangane ya aduse, peh!” geram Kang Sudrun.
Gegeran pun sering terjadi. Puncake, ketika tukaran, Mbok Ndewor keceplosan omong. Bahwa dia tak mencintai Kang Sudrun. Sontak, kepala sang suami pun jadi nyut-nyut. Matanya berkunang-kunang. Seakan dunia berputar lebih cepat. Kecewanya sudah tak bisa diukur.
“Lha lek ora tresna nyapo gelem rabi ambek aku. Mestine omong ket biyen,” gerutu Kang Sudrun setelah mampu mengembalikan kesadarannya.
Segera saja dia ngringkesi klambi lan perkakase bojone. Mengepaknya ke koper kemudian membawa bojo sing wis ora cinta itu ke rumah mertuanya di Tulungagung.
“Luwih becik ngene iki wae, tak ulihno nyang omahe wong tuwane. Pegatan wae. Anak ben tak urusane. Ben diemong ambek ibukku dewe,” geram Kang Sudrun yang kini menunggu ketok palu sidang perceraiannya di Pengadilan Agama Kabupaten Kediri.