Sebagai negara tropis, kita hanya punya dua musim. Penghujan dan kemarau. Bencana yang ditimbulkan pun sudah bisa terpetakan jauh-jauh hari. Ketika musim kemarau selalu menimbulkan kekeringan. Sedangkan ketika penghujan akan berdampak banjir dan tanah longsor.
Di daerah perkotaan, banjir umumnya terjadi karena penyumbatan saluran. Sementara di daerah pinggiran, ada potensi luapan air sungai. Kemudian menggenangi persawahan dan permukiman penduduk.
Bila ritme bencana seperti itu setiap tahun, sejatinya, kita bisa menentukan antisipasi. Artinya, manajemen bencana sudah bisa dilakukan sebelum hal itu menjadi kenyataan. Pertanyaannya sekarang, mengapa masih terus terjadi hal seperti itu berulang?
Jawabannya tentu saja, karena persoalan mendasar yang menyebabkan hal tersebut belum terurai sempurna. Pembenahan saluran pembuangan di perkotaan juga belum bisa berdampak signifikan. Terutama bila curah hujan sangat tinggi dan berlangsung lama seperti beberapa hari terakhir.
Sekecil apapun bencana itu, bila tidak diantisipasi dengan baik maka dampaknya akan sangat merugikan. Tak hanya korban harta, juga bisa menyebabkan kerugian jiwa. Belum lagi persoalan sosial yang mengikuti setelahnya.
Karena itulah perlu manajemen bencana yang dilakukan dengan berkesinambungan. Penataan drainase di perkotaan, serta perawatannya perlu dilakukan dengan serius. Perkembangan wilayah yang sangat dinamis harus diantisipasi dengan secermat-cermatnya. Bila tidak, yang terjadi adalah kerusakan demi kerusakan yang diakibatkan oleh alam.
Lebih-lebih, sebentar lagi ada proyek besar yang akan selesai. Bandara Dhoho dan jalan tol Kediri-Tulungagung serta Kediri Kertosono. Saat ini saja sudah terasa dampak yang terjadi. Penutupan beberapa tempat membuat air yang turun dari daerah tinggi menjadi luapan di beberapa sungai. Banjir pun menjadi pemandangan yang sangat biasa di beberapa wilayah di sekitar proyek. Belum lagi hilangnya area resapan air juga akan berdampak serupa.
Karena itu perlu dipikirkan matang-matang bagaimana mengantisipasi terjadinya bencana-bencana alam seperti itu. Terlebih, curah dan intensitas hujan semakin sulit diperkirakan. Belum lagi bila diikuti oleh embusan angin kencang yang bisa menumbangkan pohon-pohon.
Sekali lagi, sejatinya alam tidak memusuhi manusia. Tentu bila manusia bisa mengelolanya dengan baik. Pengalaman memberi kita pelajaran yang baik. Tinggal bagaimana kita saat ini, mampukah menjadikan pengalaman itu sebagai guru terbaik?
Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.