Pekan lalu saya mengunjungi Queen of The South di Jogja. Baru hari itu saya ke sana. Ternyata, lokasinya berada di atasnya Pantai Parangtritis.
Begitu saudara saya di Jogja mengajak ke Queen of The South, saya langsung tertarik. Namanya sama dengan judul serial film di Netflix: Queen of The South. Film serial produksi Amerika Serikat ini menceritakan tentang seorang perempuan tangguh yang akhirnya menjadi ratu narkoba dari Meksiko.
Ternyata nama Queen of The South di Jogja itu, diambil dari legenda yang sangat kental dengan Pantai Parangtritis, yakni Kanjeng Ratu Kidul. Dalam mitologi Jawa, dia dipercaya memiliki kekuasaan untuk mengatur arus ombak di Samudra Hindia. Dia pun dipercaya punya kerajaan di bawah laut yang konon letaknya ada di jantung samudra.
Queen of The South terletak di perbukitan, di pinggir Pantai Parangtritis. Tempat ini punya restoran dan kolam renang yang langsung berhadapan dengan view pantai. Ada pula resort dan penginapan. Berada di tempat ini, saya merasakan sensasi pantai selatan yang sarat dengan mistis dan misteri.
Menyoal tentang sensasi, maka tak bisa dilepaskan dari aspek emosi. Pada prakteknya dalam dunia bisnis, para pelanggan tak hanya membutuhkan functional benefit dari produk yang dia beli atau dia nikmati. Tetapi juga membutuhkan emotional benefit. Konsep ini lah yang disebut Bernd H. Schmitt sebagai Experiential Marketing. Emotional benefit ini sangat berhubungan dengan pengalaman konsumen. Dan menurut Schmitt, pengalaman konsumen adalah kunci terpenting.
Kini, banyak tempat-tempat belanja, kuliner, dan hotel yang menggunakan jurus “sensasi” ini. Yakni, membuat konsumen merasa punya pengalaman ketika berada di tempat-tempat itu. Mereka berusaha menciptakan pengalaman yang mampu membuat panca indera konsumen terbangun. Ini lah yang ditawarkan Queen of The South, Jogja. Tamu atau pengunjung yang berada di tempat ini, bisa merasakan sensasi dekat dengan pantai selatan yang indah itu, dengan tebing-tebingnya yang berdiri kokoh.
Saya pernah menginap dua malam di Hotel Archibald, Praha. Hotel ini kalau tidak salah hanya punya 60 kamar. Letaknya sangat istimewa. Yakni, tepat di samping Jembatan Charles (Charles Bridge) yang dibangun sejak abad ke-15. Karena bangunan dan letaknya yang sangat unik dan istimewa itulah, dan karena hanya punya 60 kamar, maka kalau ingin menginap di sana, saat itu saya harus booking dua bulan sebelumnya.
Dan selama menginap di hotel itu, dan berjalan-jalan di sepanjang Charles Bridge, saya merasakan sensasi berada di salah satu kota tertua di Eropa. Jantungnya Praha, yang dijuluki sebagai salah satu kota terindah di dunia, seakan berada di jembatan itu. Charles Bridge, jembatan sepanjang 621 meter itu melintasi Sungai Vitava yang sangat bersih, dan menghubungkan dua distrik bersejarah di Praha. Yakni Old Town dan Lesser Town. Ini lah sensasi yang ditawarkan Hotel Archibald.
Jadi, Experiential Marketing merupakan portal dari “sensasi”. Rasshied Din dalam bukunya “New Retail” menulis: konsumen umumnya makhluk sosial yang penuh dengan rasa ingin tahu. Secara biologis, Tuhan telah memberi kita panca indera lengkap untuk menikmati semua sensasi yang ada. Dan seorang pebisnis yang cerdas, selalu tanggap untuk melakukan stimulasi inovatif untuk menciptakan sensasi yang sensasional. Bagaimana menurut Anda? (kritik dan saran:ibnuisrofam@gmail.com/IG:kum_jp)