24.3 C
Kediri
Tuesday, June 6, 2023

Marketing On Wednesday #79

Rest Area 456 

Sudah beberapa kali saya mampir ke rest area ini. Yakni Rest Area Pendopo 456, yang terletak di ruas Tol Semarang-Solo. Saya sering mampir ke rest area ini, ketika bepergian ke Jakarta, ke Semarang, Solo, atau ke Jogja dengan jalur darat. Baru Jumat pekan lalu (17/2/23), saya ke rest area itu tidak sedang mampir. Tapi, memang tujuannya ke rest area tersebut.

Saya diundang sahabat saya Tofan Mahdi (Senior VP PT Astra Agro Lestari), mengikuti acara “Talk to The CEO” yang diadakan di Rest Area 456. Di acara itu lah, saya bertemu dan ngobrol gayeng dengan tiga CEO di lingkungan Astra Group: Bapak Santosa (CEO PT Astra Agro Lestari), Bapak Kris Ade Sudiyono (CEO Astra Infra Toll Road) dan Bapak Djap Tet Fa (CEO Astra Property). Beberapa kali ke rest area 456, tapi baru kali ini saya benar-benar “ngeh” dan “njlentreh” tentang rest area yang sudah tiga kali berturut-turut dinobatkan sebagai rest area terbaik di Indonesia itu (2020, 2021, dan 2022), setelah ngobrol panjang-lebar dengan tiga CEO Astra Group tadi.

Rest Area Pendopo 456 dibangun dan dikelola oleh PT Astari Marga Sarana, salah satu anak perusahaan Astra Property yang bekerjasama dengan Astra Infra dan Sarana Pembangunan Jawa Tengah (SPJT). Rest area ini resmi beroperasi sejak awal tahun 2020.

Rest Area 456 terletak di ruas tol Semarang-Solo. Dan ruas tol ini merupakan satu dari delapan ruas tol yang dikelola oleh Astra. Ketujuh ruas tol lainnya: Tangerang-Merak, Kunciran-Serpong, Kebon Jeruk-Ulujami, Cikopo-Palimanan, Jombang-Mojokerto, Surabaya-Mojokerto, dan Pandaan-Malang.

Rest Area 456, menurut saya, adalah bagian dari branding-nya Astra. Astra ingin menunjukkan kepada publik, bahwa rest area yang mereka bangun itu berbeda dengan lainnya. Berbeda dari sisi model dan desain bangunannya. Berbeda dari sisi lokasinya. Dan berbeda dari sisi fasilitas, sarana dan prasarananya.

Dari sisi model dan desain bangunan, Rest Area 456 dilengkapi dengan Sky Bridge, yang menghubungkan dengan rest area yang berada di seberangnya. Kebanyakan rest area di ruas tol itu berseberangan. Tapi kebanyakan pula tidak terhubung. Di Rest Area 456, dibikin terhubung. Sehingga para pengguna jalan tol yang sedang beristirahat di Rest Area 456, bisa berjalan di kedua sisi rest area itu (sisi A dan sisi B dengan cara melewati Sky Bridge tersebut.

Baca Juga :  Sawit

Rest Area 456 yang berdiri di atas lahan total seluas 3,3 hektare itu juga memiliki desain bangunan yang unik. Di sini ada lima joglo dengan atap limas. Dua joglo pada sisi A, dan tiga joglo di sisi B (seberangnya). Lima joglo itu melambangkan lima gunung yang berada di Jawa Tengah: Merbabu, Merapi, Sumbing, Sindoro dan Ungaran.

Dari sisi lokasi, Rest Area 456 berada di tempat yang indah, dengan pemandangan beberapa gunung yang ada di Jawa Tengah, dan juga lokasi persawahan. Sehingga, selain menjadi tempat peristirahatan, rest area ini juga bisa menjadi tempat untuk berfoto ria dengan beberapa spot yang Instagramable.

Selain memiliki pemandangan yang indah dengan latar belakang pegunungan dan persawahan, Rest Area 456 ini juga memiliki area konservasi khusus untuk tanaman buah langka di Indonesia. Saat ini sedikitnya terdapat enam jenis bibit tanaman langka yang ditanam di area seluas 712,5 m2, yakni: Pouteria Campechiana (Alkesa), Diospyros Blancoi (Bisbul), Bouea Macrophylla (Gandaria), Syzygium Polycephalum (Gowok), Guttiferae (Mundu), dan A. Muricata (Sirsak Rowo). Dari enam jenis bibit itu, tiga di antaranya merupakan jenis tanaman asli Jawa Tengah. Yakni: Gowok, Gandaria, dan Mundu.

Dari sisi fasilitas, sarana dan prasarananya, Rest Area 456 lebih unggul ketimbang kebanyakan rest area lainnya. Rest area ini termasuk tipe B. Tidak ada SPBU-nya. Karena sudah ada SPBU yang berdekatan. Tapi ada SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) di sisi B bekerjasama dengan Astra Otopower (Astra Otoparts). Fasilitas lainnya: Ada masjid, dengan kapasitas 300 jamaah dan musholla dengan kapasitas 100 jamaah. Ada ATM, toilet umum yang bersih, area terbuka hijau, serta lokasi parkir yang luas. Bahkan ada mini market, kios jajanan, hingga mall yang menjual barang-barang branded.

Untuk menjaga kebersihan lingkungan, di Rest Area 456 menggunakan teknologi eco enzyme, serta penggunaan maggot atau black soldier fly untuk pengelolaan sampah organik.

Baca Juga :  Layangan Putus

Di rest area ini juga bertaburan aneka kuliner enak-enak yang menjadi ciri khas kuliner di daerah Semarang, Salatiga, Boyolali, Solo dan sekitarnya. Mulai dari Bakmi Jowo, Timlo, Lumpia, dan lain-lainnya. Saya kebetulan penggemar sate kambing. Pernah menikmati Sate Kambing Balibul, khasnya Sate Kambing Muda Tegal. Ternyata di Rest Area 456 juga ada Sate Kambing Balibul. Dan rasanya juga relatif sama dengan yang berada di Tegal.

Berjam-jam berada di Rest Area 456 itu, saya sempat menikmati berbagai kuliner di sana. Dan semuanya enak-enak. Mengapa bisa begitu? Karena seluruh gerai kuliner yang berjualan di Rest Area 456 sudah melewati proses kurasi. Sehingga rasa dan kualitasnya terjamin. Soal harga, juga termasuk murah-murah dan terjangkau. Karena pihak pengelola rest area telah mengatur soal batasan harga untuk aneka kuliner lokal tersebut.

Jadi, apa yang bisa diambil pelajaran dari keberadaan Rest Area 456 ini? Setidaknya ada dua hal. Pertama, jika diibaratkan sebagai sebuah produk, Rest Area 456 termasuk dalam kategori “customized product”. Yakni, konsumen bisa memilih sendiri produk yang mereka inginkan.

Di Rest Area 456, hampir semua hal yang dibutuhkan orang yang sedang bepergian atau sedang ber-rekreasi bersama keluarga, tersedia. Mulai makanan, minuman, oleh-oleh khas, toilet, tempat beristirahat, dan tempat beribadah disediakan di satu lokasi di Rest Area 456. Makanya, rest area ini selalu dipadati pengunjung. Setiap kali saya ke sana, hampir selalu padat pengunjungnya.

Artinya, jika ingin produk kita disukai banyak orang, maka produk kita harus “customized product”. Yang bisa menjawab berbagai keinginan dan kebutuhan konsumen.

Kedua, pentingnya menjaga brand dan reputasi. Astra adalah perusahaan yang selama ini memiliki brand dan reputasi yang sangat kuat melalui berbagai rangkaian produk dan layanannya yang berkualitas, dengan memperhatikan pelaksanaan tata kelola perusahaan dan tata kelola lingkungan yang baik. Apa pun yang dibikin oleh Astra, harus bersandar pada kaidah tersebut. Termasuk ketika bikin Jalan Tol maupun rest area. Jadi, tidak asal bikin. Dan tidak asal membangun. Bagaimana menurut Anda? (kritik dan saran:ibnuisrofam@gmail.com/IG:kum_jp)

Sudah beberapa kali saya mampir ke rest area ini. Yakni Rest Area Pendopo 456, yang terletak di ruas Tol Semarang-Solo. Saya sering mampir ke rest area ini, ketika bepergian ke Jakarta, ke Semarang, Solo, atau ke Jogja dengan jalur darat. Baru Jumat pekan lalu (17/2/23), saya ke rest area itu tidak sedang mampir. Tapi, memang tujuannya ke rest area tersebut.

Saya diundang sahabat saya Tofan Mahdi (Senior VP PT Astra Agro Lestari), mengikuti acara “Talk to The CEO” yang diadakan di Rest Area 456. Di acara itu lah, saya bertemu dan ngobrol gayeng dengan tiga CEO di lingkungan Astra Group: Bapak Santosa (CEO PT Astra Agro Lestari), Bapak Kris Ade Sudiyono (CEO Astra Infra Toll Road) dan Bapak Djap Tet Fa (CEO Astra Property). Beberapa kali ke rest area 456, tapi baru kali ini saya benar-benar “ngeh” dan “njlentreh” tentang rest area yang sudah tiga kali berturut-turut dinobatkan sebagai rest area terbaik di Indonesia itu (2020, 2021, dan 2022), setelah ngobrol panjang-lebar dengan tiga CEO Astra Group tadi.

Rest Area Pendopo 456 dibangun dan dikelola oleh PT Astari Marga Sarana, salah satu anak perusahaan Astra Property yang bekerjasama dengan Astra Infra dan Sarana Pembangunan Jawa Tengah (SPJT). Rest area ini resmi beroperasi sejak awal tahun 2020.

Rest Area 456 terletak di ruas tol Semarang-Solo. Dan ruas tol ini merupakan satu dari delapan ruas tol yang dikelola oleh Astra. Ketujuh ruas tol lainnya: Tangerang-Merak, Kunciran-Serpong, Kebon Jeruk-Ulujami, Cikopo-Palimanan, Jombang-Mojokerto, Surabaya-Mojokerto, dan Pandaan-Malang.

Rest Area 456, menurut saya, adalah bagian dari branding-nya Astra. Astra ingin menunjukkan kepada publik, bahwa rest area yang mereka bangun itu berbeda dengan lainnya. Berbeda dari sisi model dan desain bangunannya. Berbeda dari sisi lokasinya. Dan berbeda dari sisi fasilitas, sarana dan prasarananya.

Dari sisi model dan desain bangunan, Rest Area 456 dilengkapi dengan Sky Bridge, yang menghubungkan dengan rest area yang berada di seberangnya. Kebanyakan rest area di ruas tol itu berseberangan. Tapi kebanyakan pula tidak terhubung. Di Rest Area 456, dibikin terhubung. Sehingga para pengguna jalan tol yang sedang beristirahat di Rest Area 456, bisa berjalan di kedua sisi rest area itu (sisi A dan sisi B dengan cara melewati Sky Bridge tersebut.

Baca Juga :  Brand Loyalty

Rest Area 456 yang berdiri di atas lahan total seluas 3,3 hektare itu juga memiliki desain bangunan yang unik. Di sini ada lima joglo dengan atap limas. Dua joglo pada sisi A, dan tiga joglo di sisi B (seberangnya). Lima joglo itu melambangkan lima gunung yang berada di Jawa Tengah: Merbabu, Merapi, Sumbing, Sindoro dan Ungaran.

Dari sisi lokasi, Rest Area 456 berada di tempat yang indah, dengan pemandangan beberapa gunung yang ada di Jawa Tengah, dan juga lokasi persawahan. Sehingga, selain menjadi tempat peristirahatan, rest area ini juga bisa menjadi tempat untuk berfoto ria dengan beberapa spot yang Instagramable.

Selain memiliki pemandangan yang indah dengan latar belakang pegunungan dan persawahan, Rest Area 456 ini juga memiliki area konservasi khusus untuk tanaman buah langka di Indonesia. Saat ini sedikitnya terdapat enam jenis bibit tanaman langka yang ditanam di area seluas 712,5 m2, yakni: Pouteria Campechiana (Alkesa), Diospyros Blancoi (Bisbul), Bouea Macrophylla (Gandaria), Syzygium Polycephalum (Gowok), Guttiferae (Mundu), dan A. Muricata (Sirsak Rowo). Dari enam jenis bibit itu, tiga di antaranya merupakan jenis tanaman asli Jawa Tengah. Yakni: Gowok, Gandaria, dan Mundu.

Dari sisi fasilitas, sarana dan prasarananya, Rest Area 456 lebih unggul ketimbang kebanyakan rest area lainnya. Rest area ini termasuk tipe B. Tidak ada SPBU-nya. Karena sudah ada SPBU yang berdekatan. Tapi ada SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) di sisi B bekerjasama dengan Astra Otopower (Astra Otoparts). Fasilitas lainnya: Ada masjid, dengan kapasitas 300 jamaah dan musholla dengan kapasitas 100 jamaah. Ada ATM, toilet umum yang bersih, area terbuka hijau, serta lokasi parkir yang luas. Bahkan ada mini market, kios jajanan, hingga mall yang menjual barang-barang branded.

Untuk menjaga kebersihan lingkungan, di Rest Area 456 menggunakan teknologi eco enzyme, serta penggunaan maggot atau black soldier fly untuk pengelolaan sampah organik.

Baca Juga :  Rolling Stones dan The Beatles

Di rest area ini juga bertaburan aneka kuliner enak-enak yang menjadi ciri khas kuliner di daerah Semarang, Salatiga, Boyolali, Solo dan sekitarnya. Mulai dari Bakmi Jowo, Timlo, Lumpia, dan lain-lainnya. Saya kebetulan penggemar sate kambing. Pernah menikmati Sate Kambing Balibul, khasnya Sate Kambing Muda Tegal. Ternyata di Rest Area 456 juga ada Sate Kambing Balibul. Dan rasanya juga relatif sama dengan yang berada di Tegal.

Berjam-jam berada di Rest Area 456 itu, saya sempat menikmati berbagai kuliner di sana. Dan semuanya enak-enak. Mengapa bisa begitu? Karena seluruh gerai kuliner yang berjualan di Rest Area 456 sudah melewati proses kurasi. Sehingga rasa dan kualitasnya terjamin. Soal harga, juga termasuk murah-murah dan terjangkau. Karena pihak pengelola rest area telah mengatur soal batasan harga untuk aneka kuliner lokal tersebut.

Jadi, apa yang bisa diambil pelajaran dari keberadaan Rest Area 456 ini? Setidaknya ada dua hal. Pertama, jika diibaratkan sebagai sebuah produk, Rest Area 456 termasuk dalam kategori “customized product”. Yakni, konsumen bisa memilih sendiri produk yang mereka inginkan.

Di Rest Area 456, hampir semua hal yang dibutuhkan orang yang sedang bepergian atau sedang ber-rekreasi bersama keluarga, tersedia. Mulai makanan, minuman, oleh-oleh khas, toilet, tempat beristirahat, dan tempat beribadah disediakan di satu lokasi di Rest Area 456. Makanya, rest area ini selalu dipadati pengunjung. Setiap kali saya ke sana, hampir selalu padat pengunjungnya.

Artinya, jika ingin produk kita disukai banyak orang, maka produk kita harus “customized product”. Yang bisa menjawab berbagai keinginan dan kebutuhan konsumen.

Kedua, pentingnya menjaga brand dan reputasi. Astra adalah perusahaan yang selama ini memiliki brand dan reputasi yang sangat kuat melalui berbagai rangkaian produk dan layanannya yang berkualitas, dengan memperhatikan pelaksanaan tata kelola perusahaan dan tata kelola lingkungan yang baik. Apa pun yang dibikin oleh Astra, harus bersandar pada kaidah tersebut. Termasuk ketika bikin Jalan Tol maupun rest area. Jadi, tidak asal bikin. Dan tidak asal membangun. Bagaimana menurut Anda? (kritik dan saran:ibnuisrofam@gmail.com/IG:kum_jp)

Artikel Terkait

Gaya Negosiasi 

Ganjar, Anies, dan Prabowo

Jurus Reverse Thinking

The Power of Intuisi

Most Read

Artikel Terbaru

/