23.6 C
Kediri
Wednesday, June 7, 2023

Marketing On Wednesday #80

Experiential Marketing

Seorang teman suatu ketika ngeshare kepada saya tentang proyek besarnya: Membangun tempat wisata di Malang. Bertema “Ecotourism” yang memadukan keindahan alam yang sejuk dan asri. Dengan memanfaatkan teknologi terkini untuk menikmati sensasi view 360 derajat terbaik.

 

Proyek wisata itu bernama: Malang Skyland. Dalam proposalnya, kelak, di tempat itu selain ada wisata alam, juga akan ada wahana wisata buatan, pusat oleh-oleh dan kuliner. Target pengunjung utama yang dibidik adalah anak muda dan keluarga muda. Maka, bakal dilengkapi dengan spot-spot foto terbaik. Rencana bangunannya dibikin dua lantai, berdiri di atas lahan seluas sekitar 50.000 meter persegi. Dan berada di kawasan strategis, di jalur utama alternatif menuju Kota Batu.

 

Proyek itu saat ini sedang digarap. Teman saya yang juga pengusaha property ini belakangan memang tertarik bikin tempat kuliner, tempat nongkrong, dan tempat bersantai yang pemandangannya indah, asri dan sejuk. Resto bernuansa alam yang sudah dia bikin di Malang bersama teman-temanya adalah “Taman Bumi Langit”. Cukup ramai pengunjungnya.

 

Di Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu), ada puluhan kafe dan resto yang berpemandangan indah, mulai dengan view pegunungan, sungai, persawahan, hingga hijaunya alam. Di Jogja ada HeHa SkyView yang menawarkan panorama kota dan pedesaan dari atas ketinggian. Pengunjung di tempat ini hampir selalu ramai. Saya pernah ke sana, tidak bisa masuk. Karena ternyata untuk bisa masuk, harus mendaftar dan inden lebih dulu sebelumnya. Dan saya saat itu belum mendaftar lebih dulu.

 

Di Bogor, ada “Tepi Danau Café & Resto”. Pengunjung di tempat ini bisa menikmati makanan di pinggir danau dan menikmati pemandangan yang indah dan nyaman. Di Surabaya, ada Food Junction, yang juga menjual sensasi pemandangan alam yang indah.

Baca Juga :  Elegan dengan Batik Rini Djoyo

 

Tampaknya, ini sedang menjadi trend. Yakni, jika bikin restoran atau kafe, harus bisa menawarkan sensasi kepada pengunjung. Dan sensasi yang paling mudah untuk menarik perhatian pengunjung adalah sensasi keindahan alam.

 

Sensasi di dalam kamus, punya dua arti. Makna yang sederhana adalah perasaan. Pengertian lainnya: Sesuatu yang menggemparkan.

 

Jadi, sensasi itu adalah tentang perasaan seseorang, ketika merasakan pengalaman yang dilihatnya, atau dirasakannya.

 

Ketika konsumen merasakan pengalaman yang mengesankan saat menikmati sebuah produk, maka itu akan menjadi sensasi tersendiri.

 

Menyoal tentang sensasi dan pengalaman konsumen, saya teringat dengan buku berjudul: “Experiential Marketing; How to Get Customers to Sense, Feel, Think, Act, Relate to Your Company and Brands”, yang ditulis oleh Bernd H. Schmitt. Kata Schmitt, pengalaman konsumen adalah kunci terpenting. Dan itu lah yang mendasari adanya “Experiential Marketing”.

 

“Experiential Marketing” menggunakan pendekatan holistik dari seluruh pengalaman: mulai dari indera (sense), perasaan atau afeksi (feel), kognitif (think), fisik dan gaya hidup (act), serta hubungan dengan kultur atau referensi tertentu (relate), yang akhirnya mampu memberikan dimensi atau imajinasi terhadap suatu produk.

 

Schmitt lantas menjabarkan satu per satu, dikaitkan dengan marketing. Pertama, “sense marketing”, yang melakukan pendekatan melalui panca indera. Yaitu mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah. Tujuannya untuk menciptakan “sensory experience”. “Sense marketing” digunakan untuk membedakan produsen atau produk, memotivasi konsumen, dan memberi nilai tambah produk.

 

Kedua, “feel marketing”. Ini mengarah pada “inner feelings” dan emosi konsumen. Selama konsumen mengkonsumsi atau menikmati sebuah produk, ada banyak efek yang ditimbulkan oleh emosi. Yang diperlukan dalam “feel marketing” adalah pemahaman yang mendekati tentang stimuli-stimuli apa saja yang dapat memicu emosi-emosi tertentu.

Baca Juga :  Transformasi

 

Ketiga, “think marketing”. Yakni mengadakan pendekatan kepada akal manusia. Tujuannya memberikan pengalaman menciptakan sebuah pemikiran baru yang melibatkan pelanggan, dengan cara berpikir yang lebih kreatif. “Think marketing” mengikat pemikiran konsumen melalui kejutan, intrik dan provokasi.

 

Keempat, “act marketing”. Tujuannya untuk mempengaruhi pengalaman jasmani, gaya hidup, dan interaksi. “Act marketing” memperkaya hidup konsumen dengan cara memperkuat “physical experiences”, menunjukkan alternatif lain dalam melakukan sesuatu, memberikan alternatif gaya hidup, dan mengadakan interaksi dengan pelanggan. Dalam penerapannya, biasanya menggunakan model teladan (influencer) seperti para ahli, atlit, dan selebritis.

 

Kelima, “relate marketing”. Mengandung aspek sense, feel, think, dan act marketing. “Relate marketing” melebihi perasaan pribadi konsumen karena memberikan pengalaman pribadi. “Relate marketing” lebih luas mengupas pengalaman individual, private feelings, dan menghubungkan konsumen dengan idealisme pribadinya, orang lain, sosial, dan budaya. “Relate marketing” merupakan alat bagi individu agar dapat diterima secara positif oleh individu lain atau bagi sistem sosial tertentu.

 

Nah, seorang marketer harus bekerja keras membuat strategi untuk menciptakan hubungan yang “holistically experiencies” antara kualitas sense, feel, think, act dan relate pada waktu yang bersamaan. Ini adalah penerapan dari “Experiential Marketing”. Jika Anda ingin membuka resto, kuliner, tempat kursus, rumah sakit, atau tempat usaha apa pun, sebaiknya adopsi dan terapkan strategi “experiential marketing”.(kritik dan saran:ibnuisrofam@gmail.com/IG:kum_jp)

Seorang teman suatu ketika ngeshare kepada saya tentang proyek besarnya: Membangun tempat wisata di Malang. Bertema “Ecotourism” yang memadukan keindahan alam yang sejuk dan asri. Dengan memanfaatkan teknologi terkini untuk menikmati sensasi view 360 derajat terbaik.

 

Proyek wisata itu bernama: Malang Skyland. Dalam proposalnya, kelak, di tempat itu selain ada wisata alam, juga akan ada wahana wisata buatan, pusat oleh-oleh dan kuliner. Target pengunjung utama yang dibidik adalah anak muda dan keluarga muda. Maka, bakal dilengkapi dengan spot-spot foto terbaik. Rencana bangunannya dibikin dua lantai, berdiri di atas lahan seluas sekitar 50.000 meter persegi. Dan berada di kawasan strategis, di jalur utama alternatif menuju Kota Batu.

 

Proyek itu saat ini sedang digarap. Teman saya yang juga pengusaha property ini belakangan memang tertarik bikin tempat kuliner, tempat nongkrong, dan tempat bersantai yang pemandangannya indah, asri dan sejuk. Resto bernuansa alam yang sudah dia bikin di Malang bersama teman-temanya adalah “Taman Bumi Langit”. Cukup ramai pengunjungnya.

 

Di Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu), ada puluhan kafe dan resto yang berpemandangan indah, mulai dengan view pegunungan, sungai, persawahan, hingga hijaunya alam. Di Jogja ada HeHa SkyView yang menawarkan panorama kota dan pedesaan dari atas ketinggian. Pengunjung di tempat ini hampir selalu ramai. Saya pernah ke sana, tidak bisa masuk. Karena ternyata untuk bisa masuk, harus mendaftar dan inden lebih dulu sebelumnya. Dan saya saat itu belum mendaftar lebih dulu.

 

Di Bogor, ada “Tepi Danau Café & Resto”. Pengunjung di tempat ini bisa menikmati makanan di pinggir danau dan menikmati pemandangan yang indah dan nyaman. Di Surabaya, ada Food Junction, yang juga menjual sensasi pemandangan alam yang indah.

Baca Juga :  Kepribadian Perusahaan

 

Tampaknya, ini sedang menjadi trend. Yakni, jika bikin restoran atau kafe, harus bisa menawarkan sensasi kepada pengunjung. Dan sensasi yang paling mudah untuk menarik perhatian pengunjung adalah sensasi keindahan alam.

 

Sensasi di dalam kamus, punya dua arti. Makna yang sederhana adalah perasaan. Pengertian lainnya: Sesuatu yang menggemparkan.

 

Jadi, sensasi itu adalah tentang perasaan seseorang, ketika merasakan pengalaman yang dilihatnya, atau dirasakannya.

 

Ketika konsumen merasakan pengalaman yang mengesankan saat menikmati sebuah produk, maka itu akan menjadi sensasi tersendiri.

 

Menyoal tentang sensasi dan pengalaman konsumen, saya teringat dengan buku berjudul: “Experiential Marketing; How to Get Customers to Sense, Feel, Think, Act, Relate to Your Company and Brands”, yang ditulis oleh Bernd H. Schmitt. Kata Schmitt, pengalaman konsumen adalah kunci terpenting. Dan itu lah yang mendasari adanya “Experiential Marketing”.

 

“Experiential Marketing” menggunakan pendekatan holistik dari seluruh pengalaman: mulai dari indera (sense), perasaan atau afeksi (feel), kognitif (think), fisik dan gaya hidup (act), serta hubungan dengan kultur atau referensi tertentu (relate), yang akhirnya mampu memberikan dimensi atau imajinasi terhadap suatu produk.

 

Schmitt lantas menjabarkan satu per satu, dikaitkan dengan marketing. Pertama, “sense marketing”, yang melakukan pendekatan melalui panca indera. Yaitu mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah. Tujuannya untuk menciptakan “sensory experience”. “Sense marketing” digunakan untuk membedakan produsen atau produk, memotivasi konsumen, dan memberi nilai tambah produk.

 

Kedua, “feel marketing”. Ini mengarah pada “inner feelings” dan emosi konsumen. Selama konsumen mengkonsumsi atau menikmati sebuah produk, ada banyak efek yang ditimbulkan oleh emosi. Yang diperlukan dalam “feel marketing” adalah pemahaman yang mendekati tentang stimuli-stimuli apa saja yang dapat memicu emosi-emosi tertentu.

Baca Juga :  Tato Elektronik

 

Ketiga, “think marketing”. Yakni mengadakan pendekatan kepada akal manusia. Tujuannya memberikan pengalaman menciptakan sebuah pemikiran baru yang melibatkan pelanggan, dengan cara berpikir yang lebih kreatif. “Think marketing” mengikat pemikiran konsumen melalui kejutan, intrik dan provokasi.

 

Keempat, “act marketing”. Tujuannya untuk mempengaruhi pengalaman jasmani, gaya hidup, dan interaksi. “Act marketing” memperkaya hidup konsumen dengan cara memperkuat “physical experiences”, menunjukkan alternatif lain dalam melakukan sesuatu, memberikan alternatif gaya hidup, dan mengadakan interaksi dengan pelanggan. Dalam penerapannya, biasanya menggunakan model teladan (influencer) seperti para ahli, atlit, dan selebritis.

 

Kelima, “relate marketing”. Mengandung aspek sense, feel, think, dan act marketing. “Relate marketing” melebihi perasaan pribadi konsumen karena memberikan pengalaman pribadi. “Relate marketing” lebih luas mengupas pengalaman individual, private feelings, dan menghubungkan konsumen dengan idealisme pribadinya, orang lain, sosial, dan budaya. “Relate marketing” merupakan alat bagi individu agar dapat diterima secara positif oleh individu lain atau bagi sistem sosial tertentu.

 

Nah, seorang marketer harus bekerja keras membuat strategi untuk menciptakan hubungan yang “holistically experiencies” antara kualitas sense, feel, think, act dan relate pada waktu yang bersamaan. Ini adalah penerapan dari “Experiential Marketing”. Jika Anda ingin membuka resto, kuliner, tempat kursus, rumah sakit, atau tempat usaha apa pun, sebaiknya adopsi dan terapkan strategi “experiential marketing”.(kritik dan saran:ibnuisrofam@gmail.com/IG:kum_jp)

Artikel Terkait

Gaya Negosiasi 

Ganjar, Anies, dan Prabowo

Jurus Reverse Thinking

The Power of Intuisi

Most Read

Artikel Terbaru

/