23.6 C
Kediri
Wednesday, June 7, 2023

Tarawih di Rumah Saja

Sejak kecil saya hidup di lingkungan nahdliyin dan pondok pesantren (ponpes). Maka, saat memasuki bulan Ramadan seperti sekarang, salat Tarawih di masjid menjadi rutinitas yang tidak pernah terlewat. Sampai tahun lalu, saya tidak pernah melewatkan sekali pun salat sunah tersebut di masjid.

Setiap puasa, saya biasa mendapat undangan menjadi imam di masjid-masjid. Hampir sebulan, jadwal saya penuh. Saya sering mengimami di masjid Gudang Garam, pemkot, perumahan-perumahan, dan perkantoran. Justru, di pondok sendiri (Ponpes Salafiyah Bandarkidul, Red), saya jarang jadi imam.

Tapi, tahun ini sangat berbeda. Kebiasaan berjamaah Tarawih di masjid saya tinggalkan. Saya memilih untuk salat di rumah saja. Ini menjadi pengalaman pertama dalam hidup saya. Seperti masyarakat Kediri umumnya, salat di masjid dianggap lebih utama.

Saya tentu saja punya alasan memilih di rumah dibanding masjid. Di tengah pandemi virus korona yang terjadi di Indonesia dan juga Kediri, melaksanakan Tarawih di rumah malah mendatangkan manfaat.

Baca Juga :  Ekonomi Kerakyatan Ala Bupati Novi

Seperti kita ketahui bersama, virus ini mudah sekali menular. Ada satu orang saja yang terinfeksi, virus bisa menyebar ke banyak orang. Karenanya, sesuai anjuran pemerintah, kita wajib menerapkan physical distancing atau menjaga jarak dengan orang lain. Juga menjauhi kerumunan.

Nah, ketika salat berjamaah di masjid, ada potensi besar penularan virus. Meskipun beberapa masjid menerapkan protokol pencegahan Covid-19, tetap saja hal itu tidak menjamin proses penularan. Karena kuncinya adalah kedisiplinan dari setiap orang.

Karena itu, daripada membawa hal yang mudarat, saya memutuskan tidak menerima undangan keliling masjid. Saya harap pengurus masjid dan masyarakat juga bisa memahami dampak yang terjadi apabila virus tidak dihentikan secepatnya.

Kita lihat, penerbangan sudah ditutup sampai 1 Juni. Pedagang dan pelaku usaha juga menjerit. Masyarakat kalangan bawah merasakan kesulitan yang sama. Maka, kita perlu membantu pemerintah untuk memotong rantai penularan Covid-19.

Baca Juga :  Cerita dan Tradisi yang Bertahan hingga Sekarang (4)

Saya tidak ingin menyalahkan masyarakat yang salat Tarawih di masjid. Barangkali itu sudah menjadi kebiasaan mereka sejak kecil. Termasuk saya yang hidup di ponpes.

Namun, berdasarkan riwayat, Nabi Muhammad SAW pernah mengerjakan salat Tarawih di rumah. Bahkan, beliau lebih banyak salat sendiri di rumah daripada di masjid. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir soal keutamaan salat di rumah.

Tentang waktunya, Rasulullah melaksanakannya setelah salat Isya. Itu pula yang saya lakukan sejak salat Tarawih hari pertama, Kamis lalu (23/4). Bersama keluarga tentunya.

Selain itu, saya tidak ingin mempermasalahkan jumlah rakaat. Mau dikerjakan 8 rakaat atau 20 rakaat, silakan. Yang salah adalah mereka yang tidak salat Tarawih di rumah atau masjid, tetapi memilih nongkrong di luar saat pandemi korona. (Ketua PCNU Kota Kediri disarikan dari wawancara dengan wartawan JP Radar Kediri Anwar Bahar Basalamah)

 

 

Sejak kecil saya hidup di lingkungan nahdliyin dan pondok pesantren (ponpes). Maka, saat memasuki bulan Ramadan seperti sekarang, salat Tarawih di masjid menjadi rutinitas yang tidak pernah terlewat. Sampai tahun lalu, saya tidak pernah melewatkan sekali pun salat sunah tersebut di masjid.

Setiap puasa, saya biasa mendapat undangan menjadi imam di masjid-masjid. Hampir sebulan, jadwal saya penuh. Saya sering mengimami di masjid Gudang Garam, pemkot, perumahan-perumahan, dan perkantoran. Justru, di pondok sendiri (Ponpes Salafiyah Bandarkidul, Red), saya jarang jadi imam.

Tapi, tahun ini sangat berbeda. Kebiasaan berjamaah Tarawih di masjid saya tinggalkan. Saya memilih untuk salat di rumah saja. Ini menjadi pengalaman pertama dalam hidup saya. Seperti masyarakat Kediri umumnya, salat di masjid dianggap lebih utama.

Saya tentu saja punya alasan memilih di rumah dibanding masjid. Di tengah pandemi virus korona yang terjadi di Indonesia dan juga Kediri, melaksanakan Tarawih di rumah malah mendatangkan manfaat.

Baca Juga :  Salat Pakai Masker, Sah atau Nggak?

Seperti kita ketahui bersama, virus ini mudah sekali menular. Ada satu orang saja yang terinfeksi, virus bisa menyebar ke banyak orang. Karenanya, sesuai anjuran pemerintah, kita wajib menerapkan physical distancing atau menjaga jarak dengan orang lain. Juga menjauhi kerumunan.

Nah, ketika salat berjamaah di masjid, ada potensi besar penularan virus. Meskipun beberapa masjid menerapkan protokol pencegahan Covid-19, tetap saja hal itu tidak menjamin proses penularan. Karena kuncinya adalah kedisiplinan dari setiap orang.

Karena itu, daripada membawa hal yang mudarat, saya memutuskan tidak menerima undangan keliling masjid. Saya harap pengurus masjid dan masyarakat juga bisa memahami dampak yang terjadi apabila virus tidak dihentikan secepatnya.

Kita lihat, penerbangan sudah ditutup sampai 1 Juni. Pedagang dan pelaku usaha juga menjerit. Masyarakat kalangan bawah merasakan kesulitan yang sama. Maka, kita perlu membantu pemerintah untuk memotong rantai penularan Covid-19.

Baca Juga :  Hujan Deras, Pohon Trembesi Raksasa Ambruk

Saya tidak ingin menyalahkan masyarakat yang salat Tarawih di masjid. Barangkali itu sudah menjadi kebiasaan mereka sejak kecil. Termasuk saya yang hidup di ponpes.

Namun, berdasarkan riwayat, Nabi Muhammad SAW pernah mengerjakan salat Tarawih di rumah. Bahkan, beliau lebih banyak salat sendiri di rumah daripada di masjid. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir soal keutamaan salat di rumah.

Tentang waktunya, Rasulullah melaksanakannya setelah salat Isya. Itu pula yang saya lakukan sejak salat Tarawih hari pertama, Kamis lalu (23/4). Bersama keluarga tentunya.

Selain itu, saya tidak ingin mempermasalahkan jumlah rakaat. Mau dikerjakan 8 rakaat atau 20 rakaat, silakan. Yang salah adalah mereka yang tidak salat Tarawih di rumah atau masjid, tetapi memilih nongkrong di luar saat pandemi korona. (Ketua PCNU Kota Kediri disarikan dari wawancara dengan wartawan JP Radar Kediri Anwar Bahar Basalamah)

 

 

Artikel Terkait

Liburan Jadi Ajang Cari Ide Bisnis

Mengapa Selingkar Wilis?

UAS dan Stigma

Most Read

Artikel Terbaru

/