24.5 C
Kediri
Monday, March 27, 2023

Soto Podjok

- Advertisement -

Saya termasuk penggemar soto. Baik soto ayam maupun soto daging. Soto Madura, Lamongan, Banjar, dan juga Soto Betawi. Semuanya saya suka. Dari sejumlah warung, resto ataupun depot yang menjual soto di sejumlah daerah, saya terkesan dengan Soto Podjok di Kota Kediri, yang terletak di Jl Dhoho itu. Terkesan dengan rasanya yang khas dan ngangeni. Kuahnya yang bening dan tak terasa lemaknya.  Dan terkesan dengan eksistensinya yang bisa bertahan hingga kini meski buka sejak 1926.

Soto Podjok di Kota Kediri ini, bisa jadi adalah soto tertua di Indonesia. Setidaknya dari pengamatan saya. Di Jogja, ada lima soto paling legendaris. Tertua adalah Soto Kadipiro yang ada sejak 1928. Di Surabaya, dari lima soto yang paling legendaris, tertua adalah Soto Gubeng Pojok yang buka sejak 1947. Sedangkan di Jakarta, dari lima soto Betawi yang legendaris, tertua adalah Rumah Makan Soto Betawi H. Ma’ruf di Cikini yang buka sejak tahun 1940-an.

Sejak buka tahun 1926, hingga kini yang mengelola Soto Podjok adalah generasi ke empat. Dan yang istimewa, resepnya masih terjaga hingga kini. Etalase berbahan kayu, berisi telor asin dan begedel kentang yang ada di Soto Podjok itu, kata pengelolanya adalah peninggalan jadul (jaman dulu). Yakni ada sejak awal buka.

Baca Juga :  Catatan Ekspedisi Wilis I, Tradisi dan Legenda Warga Pegunungan (7)

Tempat untuk kerupuk, berupa toples kaca berukuran besar berbentuk tabung  juga termasuk jadul. Mencari yang seperti itu mungkin sudah tidak ada lagi. Yang juga khas dari Soto Podjok Kediri adalah setiap kali soto akan diberi kecap, botol tempat kecapnya dipukulkan ke meja cukup keras.

Kawan-kawan saya yang pernah bertugas di Kediri, ketika saya tanya soal Soto Podjok, rata-rata mereka juga suka dan ngangeni. Di antara mereka kalau pas ke Kediri, atau pas melintas di Kediri, pasti disempatkan untuk mampir ke Soto Podjok. Sekadar untuk mengobati rasa kangen.

- Advertisement -

Jadi, Soto Podjok adalah salah satu magnet bagi Kota Kediri. Dari Soto Podjok, kita bisa belajar bagaimana bertahan hidup, hingga empat generasi. Tak mudah, bagi restoran, rumah makan, atau pun tempat kuliner yang mampu bertahan selama itu. Ada pameo dalam dunia bisnis: generasi pertama yang merintis, generasi kedua yang membesarkan, dan generasi ketiga yang menghancurkan bisnis.

Kebanyakan, benih-benih kehancuran sebuah bisnis keluarga itu terjadi pada generasi ketiga. Terkadang juga terjadi pada generasi kedua. Yang sering kejadian adalah konflik antaranak. Sudah banyak contohnya usaha kuliner milik keluarga, yang akhirnya terpecah-pecah, dan akhirnya hancur, yang dipicu adanya konflik di internal keluarga.

Baca Juga :  Kebahagiaan?

Tapi, Soto Podjok ini mampu bertahan, dan solid di internal keluarganya dan bisa dikelola secara bersama hingga empat generasi. Sungguh, sebuah capaian yang tidak mudah. 

Dari Soto Podjok, kita  juga bisa belajar tentang konsistensi. Resep masakannya konsisten. Rasanya juga konsisten. Meski sudah diturunkan hingga empat generasi. Menjaga konsistensi menu dan rasa, juga tidaklah mudah. Apalagi hingga puluhan tahun.

Dari sisi marketing, kita juga bisa belajar dari Soto Podjok tentang diferensiasi. Yakni, “pembeda” sebuah produk dengan produk lainnya. Ada banyak soto bertebaran dan bermunculan. Dengan segala macam dan jenisnya. Tapi, Soto Podjok tetap berbeda dibandingkan dengan soto-soto yang lain. Inilah yang disebut kekuatan diferensiasi.

Jadi, beruntung Jalan Dhoho di Kota Kediri punya Soto Podjok. Ini adalah tempat kuliner legendaris yang berkarakter. Simbol sebuah ketahanan, kekuatan, kesolidan, dan kekonsistenan.

Soto Podjok juga menjadi saksi, bagaimana Jalan Dhoho berubah dari masa ke masa. Jalan Dhoho kini terancam kehilangan nilai-nilai kesejarahannya. Bangunan-bangunan bersejarah yang ada di sepanjang jalan itu, atau pun yang ada di sekitarnya, seakan dalam keadaan terbungkam. Bangunan-bangunan bersejarah itu ada. Tapi, ada-nya mereka, sama dengan tidak ada-nya. Tapi masih untung, ada Soto Podjok di sana.(kritik dan saran:ibnuisrofam@gmail.com/IG:kum_jp)

- Advertisement -

Saya termasuk penggemar soto. Baik soto ayam maupun soto daging. Soto Madura, Lamongan, Banjar, dan juga Soto Betawi. Semuanya saya suka. Dari sejumlah warung, resto ataupun depot yang menjual soto di sejumlah daerah, saya terkesan dengan Soto Podjok di Kota Kediri, yang terletak di Jl Dhoho itu. Terkesan dengan rasanya yang khas dan ngangeni. Kuahnya yang bening dan tak terasa lemaknya.  Dan terkesan dengan eksistensinya yang bisa bertahan hingga kini meski buka sejak 1926.

Soto Podjok di Kota Kediri ini, bisa jadi adalah soto tertua di Indonesia. Setidaknya dari pengamatan saya. Di Jogja, ada lima soto paling legendaris. Tertua adalah Soto Kadipiro yang ada sejak 1928. Di Surabaya, dari lima soto yang paling legendaris, tertua adalah Soto Gubeng Pojok yang buka sejak 1947. Sedangkan di Jakarta, dari lima soto Betawi yang legendaris, tertua adalah Rumah Makan Soto Betawi H. Ma’ruf di Cikini yang buka sejak tahun 1940-an.

Sejak buka tahun 1926, hingga kini yang mengelola Soto Podjok adalah generasi ke empat. Dan yang istimewa, resepnya masih terjaga hingga kini. Etalase berbahan kayu, berisi telor asin dan begedel kentang yang ada di Soto Podjok itu, kata pengelolanya adalah peninggalan jadul (jaman dulu). Yakni ada sejak awal buka.

Baca Juga :  CPNS Dibuka untuk Pengangguran

Tempat untuk kerupuk, berupa toples kaca berukuran besar berbentuk tabung  juga termasuk jadul. Mencari yang seperti itu mungkin sudah tidak ada lagi. Yang juga khas dari Soto Podjok Kediri adalah setiap kali soto akan diberi kecap, botol tempat kecapnya dipukulkan ke meja cukup keras.

Kawan-kawan saya yang pernah bertugas di Kediri, ketika saya tanya soal Soto Podjok, rata-rata mereka juga suka dan ngangeni. Di antara mereka kalau pas ke Kediri, atau pas melintas di Kediri, pasti disempatkan untuk mampir ke Soto Podjok. Sekadar untuk mengobati rasa kangen.

Jadi, Soto Podjok adalah salah satu magnet bagi Kota Kediri. Dari Soto Podjok, kita bisa belajar bagaimana bertahan hidup, hingga empat generasi. Tak mudah, bagi restoran, rumah makan, atau pun tempat kuliner yang mampu bertahan selama itu. Ada pameo dalam dunia bisnis: generasi pertama yang merintis, generasi kedua yang membesarkan, dan generasi ketiga yang menghancurkan bisnis.

Kebanyakan, benih-benih kehancuran sebuah bisnis keluarga itu terjadi pada generasi ketiga. Terkadang juga terjadi pada generasi kedua. Yang sering kejadian adalah konflik antaranak. Sudah banyak contohnya usaha kuliner milik keluarga, yang akhirnya terpecah-pecah, dan akhirnya hancur, yang dipicu adanya konflik di internal keluarga.

Baca Juga :  Kita Terlalu Diam

Tapi, Soto Podjok ini mampu bertahan, dan solid di internal keluarganya dan bisa dikelola secara bersama hingga empat generasi. Sungguh, sebuah capaian yang tidak mudah. 

Dari Soto Podjok, kita  juga bisa belajar tentang konsistensi. Resep masakannya konsisten. Rasanya juga konsisten. Meski sudah diturunkan hingga empat generasi. Menjaga konsistensi menu dan rasa, juga tidaklah mudah. Apalagi hingga puluhan tahun.

Dari sisi marketing, kita juga bisa belajar dari Soto Podjok tentang diferensiasi. Yakni, “pembeda” sebuah produk dengan produk lainnya. Ada banyak soto bertebaran dan bermunculan. Dengan segala macam dan jenisnya. Tapi, Soto Podjok tetap berbeda dibandingkan dengan soto-soto yang lain. Inilah yang disebut kekuatan diferensiasi.

Jadi, beruntung Jalan Dhoho di Kota Kediri punya Soto Podjok. Ini adalah tempat kuliner legendaris yang berkarakter. Simbol sebuah ketahanan, kekuatan, kesolidan, dan kekonsistenan.

Soto Podjok juga menjadi saksi, bagaimana Jalan Dhoho berubah dari masa ke masa. Jalan Dhoho kini terancam kehilangan nilai-nilai kesejarahannya. Bangunan-bangunan bersejarah yang ada di sepanjang jalan itu, atau pun yang ada di sekitarnya, seakan dalam keadaan terbungkam. Bangunan-bangunan bersejarah itu ada. Tapi, ada-nya mereka, sama dengan tidak ada-nya. Tapi masih untung, ada Soto Podjok di sana.(kritik dan saran:ibnuisrofam@gmail.com/IG:kum_jp)

Artikel Terkait

Liburan Jadi Ajang Cari Ide Bisnis

Mengapa Selingkar Wilis?

UAS dan Stigma

Most Read


Artikel Terbaru

/