Oleh : Mahfud
Pertengahan 2015. Waktu itu menjelang pemilihan kepala daerah. Emil Elistianto Dardak, yang maju sebagai kandidat bupati Trenggalek, sempat bersafari ke kantor Jawa Pos Radar Kediri. Saat itu dia sempat membeberkan idenya tentang pengembangan kawasan di sekitar Gunung Wilis. Intinya, bila ada jalur yang menghubungkan daerah-daerah yang ada di kaki gunung itu, maka pengembangan potensi ekonomi pasti akan pesat.
Dan, beberapa tahun kemudian, muncullah proyek itu. Proyek yang sering disebut sebagai jalur Selingkar Wilis. Bentuknya berupa pembangunan jalan lingkar. Memutari Gunung Wilis. Menghubungkan enam daerah yang ada, mulai Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Madiun, Kabupaten Nganjuk, dan Kabupaten Kediri. Akronim dari nama-nama daerah itu kemudian dimunculkan sebagai nama jalur baru itu. Tunggal Rogo Mandiri.
Bagi Jawa Pos Radar Kediri, Jalur Selingkar Wilis, bila nanti sudah terealisasi, akan punya dampak yang sangat, sangat signifikan bagi daerah-daerah itu. Bahkan, juga daerah di sekitarnya. Apalagi, dengan kehadiran bandara Kediri yang rencananya akan beroperasi pada 2023 nanti, kehadiran Selingkar Wilis akan menjadi motor penggerak pembangunan daerah-daerah itu. Tak hanya dari sisi ekonomi, melainkan dalam semua aspek kehidupan.
Enam daerah di kaki Gunung Wilis memang memiliki potensi besar. Sumber daya alamnya melimpah. Tempat-tempat wisatanya juga berlimpah. Sentra-sentra ekonomi juga tumbuh dan berkembang. Bila ada jalur yang mampu mempersingkat waktu tempuh, bisa dibayangkan bagaimana ledakan potensi ekonomi yang akan terjadi.
Alasan itulah yang menjadi pemicu Jawa Pos Radar Kediri berinisiatif meluncurkan tim ekspedisi kecil. Menelusuri trase-trase jalan yang sudah disiapkan sebagai jalur Selingkar Wilis. Memotret kondisi saat ini. Sekaligus mendapatkan berbagai informasi tentang potensi-potensi laten yang ada di daerah-daerah yang akan dilewati. Mulai dari potensi pertanian dan sumber daya alamnya, potensi wisata, budayanya, ekonomi kreatifnya, serta potensi lain yang mungkin belum tersentuh selama ini.
Melakukan ekspedisi dengan sasaran Gunung Wilis bukan yang pertama kali ini bagi Jawa Pos Radar Kediri. Pada 2018 silam kami juga melakukan ekspedisi. Tujuannya memotret potensi Gunung Wilis yang belum tersentuh. Saat itu, tim ekspedisi melakukan pendakian hingga ke salah satu puncak yang ada di wilayah Kabupaten Kediri. Selama dua hari anggota tim memetakan dan mencatat apa saja yang ada di dalam hutan serta daerah-daerah di sekitarnya.
Tentu kali ini agak berbeda. Ekspedisi tidak dilakukan dengan masuk hutan dan menaiki punggung gunung. Tim menjelajahi jalanan, baik yang sudah beraspal, yang masih makadam, hingga yang baru berupa jalan setapak. Namun, tantangannya juga sama berat. Karena tim ekspedisi masih harus melewati jalur yang sebagian belum banyak terjamah.
Setiap ekspedisi tentu punya tujuan yang ingin dicapai. Dalam ekspedisi ini kami tak sekadar melihat kemudian mencatat dan memberitakannya dalam laporan di Harian Jawa Pos Radar Kediri. Namun, kami ingin lebih dari itu. Tim ekspedisi juga akan mencatat, memetakan, kemudian melakukan analisa. Agar bisa menjadi salah satu rujukan bagi semua pihak yang terkait. Terutama dalam menyusun berbagai regulasi dan rencana pengembangan pada wilayah tersebut.
Bagi kami, Gunung Wilis menyimpan potensi yang sangat, sangat, dan sangat besar. Tak hanya pada sektor pertanian dan perdagangan tapi juga potensi wisatanya. Kami sangat yakin, ketika nanti jalur ini terbuka maka akan muncullah tempat-tempat wisata yang keindahannya tak kalah dengan tempat-tempat yang lebih dulu hadir. Bahkan, bisa jadi, jalur wisata akan mengalami perubahan signifikan. Akan bergeser ke daerah ini. Karena yang menjadi tujuan tak hanya satu atau dua kota saja, melainkan ada enam wilayah yang siap menerima kunjungan wisatawan. Sungguh sesuatu yang indah untuk dibayangkan.
Karena itulah kami meluncurkan ekspedisi Selingkar Wilis. Harapannya, seperti yang berkali-kali diulang dalam tulisan di atas, adalah mendapatkan data yang akurat sesuai dengan kondisi riil di lapangan. Data-data itu, kami berharap, bisa dijadikan tambahan input bagi para pemangku kebijakan. Juga bisa digunakan oleh lembaga non-pemerintah atau perorangan yang ingin berinvestasi di wilayah ini. Juga, agar bisa digunakan untuk bahan analisa dampak lingkungan (amdal). Agar semua kebijakan yang diambil meminimalisasi efek buruk bagi masyarakat berikut lingkungan.
Karena itupula, kami juga mempersiapkan diskusi sebagai puncak kegiatan. Diskusi yang akan menghadirkan Wakil Gubernur Emil Elistianto Dardak, kepala daerah di enam wilayah berikut kepala bappedanya masing-masing, akademisi, serta tokoh masyarakat. Semuanya dengan harapan, agar ekspedisi ini mampu memberi sumbangsih bagi kemajuan pengembangan wilayah. Semoga. (penulis adalah pemimpin redaksi Harian Jawa Pos Radar Kediri)