Ketika ngobrol gayeng dengan Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana di ruang kerjanya pekan lalu, dia menceritakan soal nanas yang punya kekhasan tersendiri, yang banyak ditanam petani di kawasan Gunung Kelud Kabupaten Kediri, di atas ketinggian sekitar 1.731 meter di atas permukaan laut.
Namanya: Nanas Pasir Kelud 1 (Nanas PK-1). “Rasanya khas. Durinya tidak terlalu tajam. Sehingga mudah kalau diiris,” kata Mas Bup (sapaan akrab Hanindhito Himawan Pramana). Ketika saya ke Gunung Kelud beberapa waktu lalu bersama keluarga, kami sempat mencicipi nanas yang dijual oleh beberapa warung yang ada di sana. Saat itu kami merasakan, memang rasa nanasnya berbeda dengan nanas-nanas kebanyakan.
Sebetulnya saya tidak terlalu suka dengan nanas. Ketika makan nanas, paling banyak saya makan satu-dua iris saja. Tapi, ketika berada di Kelud saat itu, saya bisa habis beberapa iris. Dengan rasanya yang khas itu, saya jadi ingin terus nambah dan nambah. Saat itu, saya tidak tahu, bahwa nanas yang saya nikmati di kawasan wisata Gunung Kelud itu adalah Nanas PK-1.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga suka dengan Nanas PK-1 ini. Ketika dia mengunjungi Ngancar, Kabupaten Kediri, dia sempat memetik Nanas PK-1 dan mencicipinya. Gubernur saat itu terkesan dengan Nanas PK-1 yang menurut dia sangat mudah untuk dipetik. Juga mudah untuk dikupas seperti mengupas melon. Jadi, tidak ribet, seperti mengupas nanas pada umumnya. Selain itu, rasa nanasnya menurut gubernur juga enak dan khas.
Mas Bup punya obsesi ingin menjadikan Nanas PK-1 itu sebagai potensi agro wisata yang akan dikembangkan dan dibangun di kawasan wisata Gunung Kelud. Selain potensi wisata agro, Nanas PK-1 juga akan dijadikan komoditas ekspor dari Kabupaten Kediri. Ini menarik, karena selama ini Indonesia menurut data dari FAO (Food and Agriculture) adalah penghasil nanas terbesar keempat dunia. Setelah Kosta Rika, Filipina dan Brasil.
Di Indonesia, daerah-daerah yang selama ini dikenal sebagai penghasil nanas di antaranya: Kabupaten Subang, Jawa Barat; Lampung; Sumatera Utara; dan Nusa Tenggara Barat.
Nanas PK-1 yang dikembangkan di lereng Gunung Kelud, Kabupaten Kediri, berbeda dengan nanas-nanas dari provinsi-provinsi tersebut di atas. Selain berbeda dari sisi rasa dan bentuk nanasnya (duri tak terlalu tajam), cara pembenihannya juga berbeda. Yakni, pembenihan Nanas PK-1 dilakukan dengan cara stek batang. Pembenihan nanas dengan cara seperti ini, rasanya baru ada di Kabupaten Kediri. Selain stek batang, juga dilakukan pengembangan dengan kultur jaringan.
Keunggulan Nanas PK-1 dibandingkan dengan nanas-nanas lainnya diakui oleh Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat IPB (Institut Pertanian Bogor). Di antara keunggulan itu: punya bentuk silindris. Sehingga ideal untuk industri nanas kalengan dengan ukuran yang sesuai dengan kaleng. Juga punya tingkat produktivitas tinggi. Yaitu potensi panennya 80–100 ton per hektare, jika ditanam sesuai dengan budidaya yang baik dan benar. Selain itu, punya rasa yang khas, yakni tidak terlalu manis dan sedikit asam. Ini menurut PKHT sesuai dengan selera konsumen pasar di Eropa dan Timur Tengah. Jadi, Nanas PK-1 ini berpotensi besar untuk diekspor ke pasar Eropa dan Timur Tengah.
Semoga, ide besar Mas Bup untuk membangun kawasan agro wisata berbasis pada buah nanas di Lereng Gunung Kelud segera terwujud. Saya membayangkan, ketika suatu saat nanti ke Gunung Kelud lagi, sudah ada tempat-tempat khusus yang nyaman (tidak apa adanya seperti sekarang), yang menyajikan makan nanas di tempat. Di tempat itu, pengunjung mengupas sendiri. Lalu ada yang menjelaskan tentang keistimewaan dari Nanas PK-1 itu.
Akan lebih baik, jika Kabupaten Kediri mendesain sebuah festival buah berbasis nanas yang punya kekhasan tersendiri itu. Seperti festival buah yang sudah ada di luar negeri dan cukup terkenal. Misalnya, “International Mango Festival” yang dilaksanakan di India tepatnya di Kota New Delhi. Ini adalah festival tahunan yang memamerkan buang mangga yang variannya lebih dari 550 jenis. Mangga-mangga itu dipamerkan selama dua hari, di setiap akhir Juni. Di India, mangga memang menjadi salah satu buah yang paling banyak diekspor.
Festival buah lainnya adalah “Bala Cranberry Festival” di Kanada. Sesuai namanya, festival ini dilaksanakan di Kota Bala, Kanada. Dihelat setiap tahun, setelah hari Thanksgiving, tepatnya pada Oktober. Festival ini cukup sukses menyedot kedatangan para wisatawan mancanegara. Di festival ini disuguhkan segala macam berbau buah cranberry, mulai dari saus cranberry, selai, sirup, kue pie, permen hingga wine yang terbuat dari cranberry.
Nah, semoga di Kediri kelak, ada “International Pineapple Festival” yang dipusatkan di Lereng Gunung Kelud. Semoga, pelaksanaannya keren. Semoga, Pemkab Kediri di bawah kepemimpinan Mas Bup segera bisa merevitalisasi dan memermak kawasan di sekitar Kelud. Sehingga, begitu ada “festival buah nanas internasional”, kawasan itu benar-benar menjadi destinasi wisata yang layak dan nyaman dikunjungi. Mas Bup, sampeyan bisa!!! (kritik dan saran:ibnuisrofam@gmail.com/IG:kum_jp)