NGANJUK, JP Radar Nganjuk- Kabar harga bahan bakar minyak (BBM) akan naik membuat warga Kota Angin mulai panik. Mereka menganggap kabar BBM naik akan memberatkan. Apalagi, kenaikan harga BBM tidak hanya terjadi di pertamax tetapi di pertalite dan solar. Untuk Pertalite dikabarkan akan naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Kemudian, Pertamax naik dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 16.000 per liter. Sedangkan, untuk solar naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 7.200 per liter. “Rp 10 ribu per liter untuk pertalite itu sangat memberatkan warga,” ujar Mahfud, 51, warga Kelurahan Kedondong, Kecamatan Bagor, kemarin.
Dia berharap, rencana kenaikan harga BBM itu dikaji ulang. Karena kenaikan harga BBM akan berpengaruh pada harga sembako dan lain-lain. “Kalau BBM naik, semua pasti akan naik. Yang repot tetap orang kecil,” ujarnya.

Apalagi, menurut Mahfud, saat ini, warga baru mulai bangkit dari pandemi Covid-19. Namun, jika harus terbebani dengan kenaikan BBM, dikhawatirkan akan membuat mereka sulit bangkit.
Hal senada diutarakan, Jaelani, 60, salah satu sopir mobil penumpang umum (MPU) di Kota Angin. Dia menganggap, kenaikan BBM akan membuat sopir MPU semakin terjepit. Karena biaya pengeluaran sopir MPU akan semakin besar. “Penumpang sepi. Ini malah BBM akan naik,” keluhnya.
Jaelani mengatakan, sebagai sopir MPU, dia tidak mungkin bisa menaikkan tarif MPU. Karena selama ini, penumpang membayar ongkos naik MPU dengan sistem sukarela. Tidak ada patokan tarif. “Sukarela saja sepi. Apalagi, tarif naik,” ujarnya.
Saat ini, Jaelani berharap, pemerintah tidak menaikkan BBM di semua jenis. Namun sebaiknya, pemerintah memberikan aturan untuk kendaraan yang mendapatkan subsidi BBM dan tidak. “Kalau mobil mewah. Tidak boleh dapat subsidi BBM,” ujarnya.
Untuk itu, sopir MPU asal Kecamatan Berbek ini berharap, kabar kenaikkan BBM yang saat ini gencar diberitakan tidak menjadi kenyataan. Karena dampaknya sangat besar bagi warga kurang mampu, termasuk sopir MPU. “Mudah-mudahan tidak jadi naik,” harapnya.