22.3 C
Kediri
Sunday, May 28, 2023

Berburu Takjil saat Ramadan di Kota Angin

Takjil merupakan hal yang khas saat Bulan Suci Ramadan. Di Masjid Baiturrohman Desa Pakuncen, Patianrowo pun menyediakan takjil untuk berbuka puasa. Istimewanya, takjil yang diberikan tidak berupa makanan atau minuman di plastik. Namun, berupa tumpeng untuk dimakan bersama saat berbuka puasa.

Berbuka puasa di Masjid Baiturrohman Desa Pakuncen, Kecamatan Patianrowo berbeda dengan masjid-masjid yang lain.

Setiap Bulan Suci Ramadan, takmir masjid di sana selalu menggelar acara buka bersama (bukber). Dalam acara tersebut ada berbagai pihak yang terlibat. Antara lain pemdes, pengurus masjid, dan Lazisnu. Di acara buka bersama ini, panitia akan mengajak warga kurang mampu, janda, yatim, maupun piatu. Selain berbagi, tradisi tersebut diharapkan juga untuk meningkatkan kerukunan warga.

“Niatnya untuk semakin merekatkan warga di sini,” ujar Ahmad Akbar Sunandir, 42, takmir Masjid Baiturrohman Desa Pakuncen, Kecamatan Patianrowo kepada Jawa Pos Radar Nganjuk.

Dalam acara tersebut biasanya akan disajikan nasi tumpeng. Tidak hanya satu tumpeng saja. Bisa 3 atau lebih. Tergantung situasi dan kondisi. Sudah bisa dipastikan, betapa gayeng acara tersebut. Sejak pukul 16.30 warga sudah berkumpul di masjid.
Dengan khidmat mereka duduk mengelilingi tumpeng. Kemudian, memanjatkan doa dan puja-puji kepada Sang Pencipta. Sembari menunggu waktu berbuka puasa. Kegiatan tersebut diteruskan salat maghrib berjamaah. Lalu salat isya dan tarawih. “Alhamdulillah jamaah di sini selalu banyak. Bisa sampai 10-11 shaf,” akunya.

Baca Juga :  Plt Bupati Marhaen dan Forkopimda Hadir di Impounding Semantok

Selain memiliki sisi historis, kawasan tersebut tidak hanya identik dengan bangunan masjidnya saja. Melainkan juga sebuah kompleks pemakaman Tumenggung Kopek atau Raden Bendoro Ayu Purwodiningrat. Yang mana adalah seorang bangsawan atau priayi yang masih memiliki keturunan dari raja-raja kesultanan Yogyakarta.
“Selain Tumenggung Kopek, ada banyak lagi bangsawan yang dimakamkam di sana. Seperti R.A Sosrodiningrat, yang merupakan istri dari Tumenggung Kadipaten Kertosono II,” terang Nandir.

Masjid Baiturrohman ini sejatinya diketahui telah ada sejak tahun 1651. Pendirinya yaitu Kiai Nurjalifah. Yang mana merupakan murid Sunan Giri. Dia juga adalah sosok yang babad tanah Pakuncen bersama kedua saudaranya. Pada pertengahan abad ke-16 tersebut dia membuka pemukiman seluas 10 hektare.

Baca Juga :  Priyono, Kades Sugihwaras yang Pernah Jadi Kepala SMP Negeri

Meski masjid tersebut telah ada sejak pertengahan abad ke-16, namun sayangnya belum bisa dimasukkan menjadi cagar budaya. Pasalnya, orisinalitas bangunan tersebut telah mengalami berbagai perombakan. Tercatat, telah ada empat kali renovasi besar selama ini.
Walaupun begitu, Nandir menilai bahwa itu semua tidak mengurangi sisi historis masjid dan desa Pakuncen tersebut. Sebaliknya, dia berharap, generasi muda bisa ikut merawat dan menjaga peninggalan leluhur yang terdahulu. “Masjid secara historis dan fungsi harus terus kita jaga,” ujarnya.

 

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.






Reporter: Andhika Attar Anindita

Takjil merupakan hal yang khas saat Bulan Suci Ramadan. Di Masjid Baiturrohman Desa Pakuncen, Patianrowo pun menyediakan takjil untuk berbuka puasa. Istimewanya, takjil yang diberikan tidak berupa makanan atau minuman di plastik. Namun, berupa tumpeng untuk dimakan bersama saat berbuka puasa.

Berbuka puasa di Masjid Baiturrohman Desa Pakuncen, Kecamatan Patianrowo berbeda dengan masjid-masjid yang lain.

Setiap Bulan Suci Ramadan, takmir masjid di sana selalu menggelar acara buka bersama (bukber). Dalam acara tersebut ada berbagai pihak yang terlibat. Antara lain pemdes, pengurus masjid, dan Lazisnu. Di acara buka bersama ini, panitia akan mengajak warga kurang mampu, janda, yatim, maupun piatu. Selain berbagi, tradisi tersebut diharapkan juga untuk meningkatkan kerukunan warga.

“Niatnya untuk semakin merekatkan warga di sini,” ujar Ahmad Akbar Sunandir, 42, takmir Masjid Baiturrohman Desa Pakuncen, Kecamatan Patianrowo kepada Jawa Pos Radar Nganjuk.

Dalam acara tersebut biasanya akan disajikan nasi tumpeng. Tidak hanya satu tumpeng saja. Bisa 3 atau lebih. Tergantung situasi dan kondisi. Sudah bisa dipastikan, betapa gayeng acara tersebut. Sejak pukul 16.30 warga sudah berkumpul di masjid.
Dengan khidmat mereka duduk mengelilingi tumpeng. Kemudian, memanjatkan doa dan puja-puji kepada Sang Pencipta. Sembari menunggu waktu berbuka puasa. Kegiatan tersebut diteruskan salat maghrib berjamaah. Lalu salat isya dan tarawih. “Alhamdulillah jamaah di sini selalu banyak. Bisa sampai 10-11 shaf,” akunya.

Baca Juga :  Hacker Retas FB Wakil Ketua DPRD Kabupaten Nganjuk

Selain memiliki sisi historis, kawasan tersebut tidak hanya identik dengan bangunan masjidnya saja. Melainkan juga sebuah kompleks pemakaman Tumenggung Kopek atau Raden Bendoro Ayu Purwodiningrat. Yang mana adalah seorang bangsawan atau priayi yang masih memiliki keturunan dari raja-raja kesultanan Yogyakarta.
“Selain Tumenggung Kopek, ada banyak lagi bangsawan yang dimakamkam di sana. Seperti R.A Sosrodiningrat, yang merupakan istri dari Tumenggung Kadipaten Kertosono II,” terang Nandir.

Masjid Baiturrohman ini sejatinya diketahui telah ada sejak tahun 1651. Pendirinya yaitu Kiai Nurjalifah. Yang mana merupakan murid Sunan Giri. Dia juga adalah sosok yang babad tanah Pakuncen bersama kedua saudaranya. Pada pertengahan abad ke-16 tersebut dia membuka pemukiman seluas 10 hektare.

Baca Juga :  Kabupaten Nganjuk Menjadi Terbaik Satu Sijalinmajataru Jatim 2023

Meski masjid tersebut telah ada sejak pertengahan abad ke-16, namun sayangnya belum bisa dimasukkan menjadi cagar budaya. Pasalnya, orisinalitas bangunan tersebut telah mengalami berbagai perombakan. Tercatat, telah ada empat kali renovasi besar selama ini.
Walaupun begitu, Nandir menilai bahwa itu semua tidak mengurangi sisi historis masjid dan desa Pakuncen tersebut. Sebaliknya, dia berharap, generasi muda bisa ikut merawat dan menjaga peninggalan leluhur yang terdahulu. “Masjid secara historis dan fungsi harus terus kita jaga,” ujarnya.

 

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.






Reporter: Andhika Attar Anindita

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/