NGANJUK, JP Radar Nganjuk– Sebanyak 150 ekor sapi terserang Lumpy Skin Disease (LSD). Penyakit itu disebabkan virus. Virus itu menyerang kulit pada sapi. Berupa benjolan-benjolan seperti cacar air. Gejala awal terjangkit LSD bisa ditandai dengan adanya demam, tidak mau makan, dan keluar nanah dari hidung dan mulut sapi. Nanah itu hanya keluar sedikit dan bertekstur kental serta berwarna putih seperti susu, berbeda dengan cairan yang keluar dari mulut sapi karena PMK.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Muslim Harsoyo melalui Kepala Bidang (Kabid) Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Siti Farida mengungkapkan, laporan pertama dugaan LSD diterima pada pertengahan Januari 2023. Sapi yang diserang ada di Desa Banggle, Kecamatan Lengkong. “Dari laporan pertama itu, langsung kami ambil sampelnya. Melalui, proses pengecekan di laboratorium, hasilnya masih negatif,” ujar Siti.
Dari temuan tersebut, petugas langsung melakukan pengecekan ke sapi-sapi yang lain. Hasilnya, pada 10 Februari, petugas menemukan sapi yang positif LSD. “Sampai hari ini sudah ada 153 sapi yang terpapar LSD,” ujar Siti.
153 ekor sapi itu tersebar di 9 kecamatan. Yaitu, Kecamatan Bagor, Berbek, Gondang, Kertosono, Lengkong, Loceret, Ngetos, Rejoso, dan Sawahan. “Virus LSD ini tidak menular dari sapi ke manusia,” ungkap Siti.
Untuk penanganan, Siti mengatakan, bahwa hal itu sangat bergantung pada para peternak. Dianjurkan para peternak untuk sangat mempedulikan hewan ternak mereka. Serta menjamin kebersihan kandang dan jika muncul gejala LSD harus langsung lapor. Karena dengan tindakan seperti itu sangat membantu mencegah penyebaran virus LSD ini. “Jangka waktu penyembuhan sapi yang terpapar virus LSD ini bisa sampai 2 minggu atau lebih,” imbuhnya.
Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.