29.2 C
Kediri
Thursday, March 23, 2023

Sriatun, Lurah Kapas

- Advertisement -

Sriatun, Lurah Kapas, Kecamatan Sukomoro memiliki hobi memasak. Hobi tersebut sama dengan hobi ibunya. Sejak kelas V SD, dia sudah diajari memasak berbagai menu tradisional oleh ibunya. Hingga akhirnya dia menjadi jago memasak rawon dan aneka masakan bersantan lain.

“Pokok kalau saya masak rawon atau lodeh, pasti makannya lahap semua,” ujar perempuan berumur 54 tahun tersebut.

Beruntung, suami dan anak-anaknya juga suka rawon dan makanan bersantan. Oleh karena itu, dia jarang memasak sayur asam, bening, atau sup. Bukan rasanya tidak enak. Namun, anggota keluarganya tidak terlalu berselera dengan masakan non-santan tersebut.
Di sela-sela kesibukannya sebagai Lurah Kapas, memasak bagi keluarga tetap yang utama baginya. Tidak pernah sehari pun, dia absen memasak. Setiap hari, sebelum berangkat kerja dia pasti menyempatkan diri memasak terlebih dahulu.

Baca Juga :  Tragedi Kanjuruhan Berimbas ke Nganjuk Ladang FC

Menurut Sriatun, memasak untuk keluarga merupakan sebuah ibadah. Dia tidak pernah merasa terbebani dengan hal tersebut. Oleh karena itu, dia tidak pernah mengeluh menjalani aktivitas itu. Dengan senang hati dia akan memasak untuk keluarganya.
“Saya jarang beli di luar. Hampir tidak pernah malah,” ujar perempuan yang berdomisili di Desa Puhkerep, Kecamatan Rejoso tersebut.

Terlebih, Sriatun mengaku berasal dari keluarga menengah. Sehingga sejak kecil sudah terbiasa hidup sederhana. Dia tidak merasa aneh mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Hingga kini, dia tidak pernah menggunakan jasa asisten rumah tangga (ART).
“Semua dilakukan oleh anggota keluarga. Semua memiliki tugasnya masing-masing,” terang perempuan lulusan IKIP PGRI Malang tersebut.

Baca Juga :  Tingkatkan Perekonomian Warga dengan Tanam Kurma
- Advertisement -

Beruntung, dia memiliki seorang anak perempuan. Yaitu, Mia Ayu Prasetyani yang kini telah berumur 23 tahun. Kemampuannya memasak kini berusaha diturunkan kepada Mia. Namun, Sriatun tidak pernah memaksakan hal tersebut.
“Saya memberi contoh dengan praktik langsung,” ujarnya.






Reporter: Andhika Attar Anindita
- Advertisement -

Sriatun, Lurah Kapas, Kecamatan Sukomoro memiliki hobi memasak. Hobi tersebut sama dengan hobi ibunya. Sejak kelas V SD, dia sudah diajari memasak berbagai menu tradisional oleh ibunya. Hingga akhirnya dia menjadi jago memasak rawon dan aneka masakan bersantan lain.

“Pokok kalau saya masak rawon atau lodeh, pasti makannya lahap semua,” ujar perempuan berumur 54 tahun tersebut.

Beruntung, suami dan anak-anaknya juga suka rawon dan makanan bersantan. Oleh karena itu, dia jarang memasak sayur asam, bening, atau sup. Bukan rasanya tidak enak. Namun, anggota keluarganya tidak terlalu berselera dengan masakan non-santan tersebut.
Di sela-sela kesibukannya sebagai Lurah Kapas, memasak bagi keluarga tetap yang utama baginya. Tidak pernah sehari pun, dia absen memasak. Setiap hari, sebelum berangkat kerja dia pasti menyempatkan diri memasak terlebih dahulu.

Baca Juga :  Polisi Buru Teman Perampok Alfamart

Menurut Sriatun, memasak untuk keluarga merupakan sebuah ibadah. Dia tidak pernah merasa terbebani dengan hal tersebut. Oleh karena itu, dia tidak pernah mengeluh menjalani aktivitas itu. Dengan senang hati dia akan memasak untuk keluarganya.
“Saya jarang beli di luar. Hampir tidak pernah malah,” ujar perempuan yang berdomisili di Desa Puhkerep, Kecamatan Rejoso tersebut.

Terlebih, Sriatun mengaku berasal dari keluarga menengah. Sehingga sejak kecil sudah terbiasa hidup sederhana. Dia tidak merasa aneh mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Hingga kini, dia tidak pernah menggunakan jasa asisten rumah tangga (ART).
“Semua dilakukan oleh anggota keluarga. Semua memiliki tugasnya masing-masing,” terang perempuan lulusan IKIP PGRI Malang tersebut.

Baca Juga :  Dinas Kominfo Menumbuhkan Potensi Media Sosial Kota Angin

Beruntung, dia memiliki seorang anak perempuan. Yaitu, Mia Ayu Prasetyani yang kini telah berumur 23 tahun. Kemampuannya memasak kini berusaha diturunkan kepada Mia. Namun, Sriatun tidak pernah memaksakan hal tersebut.
“Saya memberi contoh dengan praktik langsung,” ujarnya.






Reporter: Andhika Attar Anindita

Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru

/