23.6 C
Kediri
Wednesday, June 7, 2023

Mengintip Perjuangan Irfan Majid Ismulyanto, Penyintas Leukimia

Irfan Majid Ismulyanto merupakan penyintas Leukimia asal Kota Angin. Dia sudah dua kali divonis mengidap kanker jaringan pembentuk darah, termasuk tulang sumsum. Pertama, saat dia masih duduk di bangku SD. Kedua, saat dia SMA. Hebatnya, dia tak pernah menyerah. Perjuangannya membawa hasil yang menggemberikan.

(Foto: Andhika Attar)

Irfan kecil lahir seperti anak-anak pada umumnya. Tidak ada gejala aneh yang dialami oleh remaja yang lahir di Jakarta pada 2002 silam. Hary Mulyanto, 53, dan Meiti Ismayati, 48, kedua orang tua Irfan pun tidak menduga ada penyakit yang diderita anak pertamanya itu.

Namun, semua berubah ketika tahun 2009. Saat Irfan berumur 7 tahun. Masih kelas 1 SD. Kala itu, mereka baru saja boyongan dari Jakarta ke Kabupaten Nganjuk. “Tiba-tiba saja badan saya panas tinggi,” ujar Irfan saat ditemui wartawan Jawa Pos Radar Nganjuk di rumahnya Kelurahan Kramat, Kecamatan Nganjuk.

Mendapati sang buah hati demam tinggi, Hary dan Meiti lantas membawanya ke RS Nganjuk. Namun, Irfan justru dirujuk ke RS Soetomo Surabaya untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Di sana, dia mendapatkan perawatan intensif.

(Foto: Andhika Attar)

Serangkaian tes laboratorium dilakukan oleh tim medis. Hingga akhirnya, diketahui bahwa ada kelainan darah pada Irfan. Dia divonis mengidap Leukimia. Sontak, hal ini menjadi pukulan berat bagi keluarga besarnya. Namun, alih-alih berpangku tangan, mereka justru kompak berjuang. “Awal saya harus ngamar sampai enam minggu. Awalnya memang takut. Tapi keluarga menguatkan saya,” akunya.

Baca Juga :  Sedudo Ditarget Rp 684 Juta

Pengobatan demi pengobatan dijalani. Proses kemoterapi pun dilakoninya. Tak terhitung lagi berapa kali Irfan harus menjalani proses tersebut. Bahkan, rambutnya pun mulai rontok. Hebatnya, semangat anak pertama dari dua bersaudara itu tidak pudar. Dia akhirnya dinyatakan sembuh pada tahun 2013.

Namun, bayang-bayang penyakit tersebut tak lantas hilang begitu saja. Irfan masih bisa saja kambuh lagi. Terbukti, pada 2020 silam dia kembali divonis terkena Leukimia kembali. Saat dia duduk di bangku kelas X di SMAN 2 Nganjuk.

“Vonis yang kedua ini sudah lebih siap. Saya tidak menganggap sebagai sebuah beban,” aku remaja yang akan berulang tahun pada 25 Juli depan.

Bahkan, selama menjalani pengobatan pun Irfan dan keluarga selalu berusaha menjalani dengan riang. Setiap berangkat berobat ke Surabaya, mereka akan menganggap sebagai liburan. Piknik kecil-kecilan. “Kami menganggapnya jalan-jalan keluarga. Jadi nggak terasa berat,” tuturnya.

Hary dan Meiti mengungkapkan hal yang sama. Keduanya memang ingin membuat hati sang anak tenang. Tidak merasakan beban. Oleh karena itu, di sela pengobatan mereka akan menyempatkan main ke obyek wisata yang ada di Kota Pahlawan. “Kami persepsikan kalau ke Surabaya itu bukan untuk berobat. Tetapi piknik. Dengan begitu Irfan jadi lebih siap,” tandas Hary.

Dukungan penuh keluarga dan lingkungan sangat diperlukan bagi penyintas seperti Irfan. Terbukti, kini kondisi tubuh Irfan sudah lebih stabil. Dia hanya tinggal perlu menyelesaikan pengobatan rawat jalan. “Alhamdulillah, grafiknya sudah bagus sekarang,” pungkas Hary.

Baca Juga :  Masjid Besar Nurul Huda Sediakan Puluhan Nasi Kotak
(Foto: Andhika Attar)

Kondisi fisik Irfan memang tidak bisa disamakan dengan anak seumurannya. Dia tidak boleh terlalu banyak beraktivitas. Terutama yang menguras energi. Beruntung, dia memiliki hobi fotografi. Hobi inilah yang menyelamatkannya dari kepenatan dan kebosanan.

Irfan mengaku awal mula mengenal dunia fotografi karena sebuah tugas sekolah. Mau tidak mau, dia harus belajar dari nol. Tanpa disadari, dia justru jatuh cinta dengan dunia barunya tersebut. “Lama-kelamaan malah ketagihan,” ungkapnya.

Beruntung, dia memiliki keluarga besar yang sangat sayang kepadanya. Irfan dibelikan sebuah kamera mirrorless besutan Fujifilm. Tak ayal, dia langsung tertantang untuk semakin mendalami fotografi. Tak hanya memotret saja, dia juga gemar editing foto.

Dengan computer yang ada di kamarnya, Irfan biasa menghabiskan waktu untuk melakukan editing hasil jepretannya. Tidak hanya itu, dia juga gemar bermain game online. “Saya juga suka ngedit video saya saat main game online,” katanya.

Hobinya ini diakui cukup membantu mengontrol emosi dan pikirannya. Terutama, jika sudah jenuh berkutat dengan banyak obat yang harus dikonsumsi. “Saya ingin terus produktif. Meskipun terbatas, harus ada kegiatan positif yang saya kerjakan,” tandas Irfan.

 

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.






Reporter: Andhika Attar Anindita

Irfan Majid Ismulyanto merupakan penyintas Leukimia asal Kota Angin. Dia sudah dua kali divonis mengidap kanker jaringan pembentuk darah, termasuk tulang sumsum. Pertama, saat dia masih duduk di bangku SD. Kedua, saat dia SMA. Hebatnya, dia tak pernah menyerah. Perjuangannya membawa hasil yang menggemberikan.

(Foto: Andhika Attar)

Irfan kecil lahir seperti anak-anak pada umumnya. Tidak ada gejala aneh yang dialami oleh remaja yang lahir di Jakarta pada 2002 silam. Hary Mulyanto, 53, dan Meiti Ismayati, 48, kedua orang tua Irfan pun tidak menduga ada penyakit yang diderita anak pertamanya itu.

Namun, semua berubah ketika tahun 2009. Saat Irfan berumur 7 tahun. Masih kelas 1 SD. Kala itu, mereka baru saja boyongan dari Jakarta ke Kabupaten Nganjuk. “Tiba-tiba saja badan saya panas tinggi,” ujar Irfan saat ditemui wartawan Jawa Pos Radar Nganjuk di rumahnya Kelurahan Kramat, Kecamatan Nganjuk.

Mendapati sang buah hati demam tinggi, Hary dan Meiti lantas membawanya ke RS Nganjuk. Namun, Irfan justru dirujuk ke RS Soetomo Surabaya untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Di sana, dia mendapatkan perawatan intensif.

(Foto: Andhika Attar)

Serangkaian tes laboratorium dilakukan oleh tim medis. Hingga akhirnya, diketahui bahwa ada kelainan darah pada Irfan. Dia divonis mengidap Leukimia. Sontak, hal ini menjadi pukulan berat bagi keluarga besarnya. Namun, alih-alih berpangku tangan, mereka justru kompak berjuang. “Awal saya harus ngamar sampai enam minggu. Awalnya memang takut. Tapi keluarga menguatkan saya,” akunya.

Baca Juga :  Keluarga Tidak Tahu Bobby Gay

Pengobatan demi pengobatan dijalani. Proses kemoterapi pun dilakoninya. Tak terhitung lagi berapa kali Irfan harus menjalani proses tersebut. Bahkan, rambutnya pun mulai rontok. Hebatnya, semangat anak pertama dari dua bersaudara itu tidak pudar. Dia akhirnya dinyatakan sembuh pada tahun 2013.

Namun, bayang-bayang penyakit tersebut tak lantas hilang begitu saja. Irfan masih bisa saja kambuh lagi. Terbukti, pada 2020 silam dia kembali divonis terkena Leukimia kembali. Saat dia duduk di bangku kelas X di SMAN 2 Nganjuk.

“Vonis yang kedua ini sudah lebih siap. Saya tidak menganggap sebagai sebuah beban,” aku remaja yang akan berulang tahun pada 25 Juli depan.

Bahkan, selama menjalani pengobatan pun Irfan dan keluarga selalu berusaha menjalani dengan riang. Setiap berangkat berobat ke Surabaya, mereka akan menganggap sebagai liburan. Piknik kecil-kecilan. “Kami menganggapnya jalan-jalan keluarga. Jadi nggak terasa berat,” tuturnya.

Hary dan Meiti mengungkapkan hal yang sama. Keduanya memang ingin membuat hati sang anak tenang. Tidak merasakan beban. Oleh karena itu, di sela pengobatan mereka akan menyempatkan main ke obyek wisata yang ada di Kota Pahlawan. “Kami persepsikan kalau ke Surabaya itu bukan untuk berobat. Tetapi piknik. Dengan begitu Irfan jadi lebih siap,” tandas Hary.

Dukungan penuh keluarga dan lingkungan sangat diperlukan bagi penyintas seperti Irfan. Terbukti, kini kondisi tubuh Irfan sudah lebih stabil. Dia hanya tinggal perlu menyelesaikan pengobatan rawat jalan. “Alhamdulillah, grafiknya sudah bagus sekarang,” pungkas Hary.

Baca Juga :  Beri Waktu Berpikir Tiga Hari
(Foto: Andhika Attar)

Kondisi fisik Irfan memang tidak bisa disamakan dengan anak seumurannya. Dia tidak boleh terlalu banyak beraktivitas. Terutama yang menguras energi. Beruntung, dia memiliki hobi fotografi. Hobi inilah yang menyelamatkannya dari kepenatan dan kebosanan.

Irfan mengaku awal mula mengenal dunia fotografi karena sebuah tugas sekolah. Mau tidak mau, dia harus belajar dari nol. Tanpa disadari, dia justru jatuh cinta dengan dunia barunya tersebut. “Lama-kelamaan malah ketagihan,” ungkapnya.

Beruntung, dia memiliki keluarga besar yang sangat sayang kepadanya. Irfan dibelikan sebuah kamera mirrorless besutan Fujifilm. Tak ayal, dia langsung tertantang untuk semakin mendalami fotografi. Tak hanya memotret saja, dia juga gemar editing foto.

Dengan computer yang ada di kamarnya, Irfan biasa menghabiskan waktu untuk melakukan editing hasil jepretannya. Tidak hanya itu, dia juga gemar bermain game online. “Saya juga suka ngedit video saya saat main game online,” katanya.

Hobinya ini diakui cukup membantu mengontrol emosi dan pikirannya. Terutama, jika sudah jenuh berkutat dengan banyak obat yang harus dikonsumsi. “Saya ingin terus produktif. Meskipun terbatas, harus ada kegiatan positif yang saya kerjakan,” tandas Irfan.

 

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.






Reporter: Andhika Attar Anindita

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/