NGANJUK, JP Radar Nganjuk- Tikus tidak hanya merusak tanaman petani. Namun, hewan pengerat tersebut juga sangat berbahaya bagi manusia. Karena tikus juga bisa menyebabkan orang sakit hingga kehilangan nyawa.
“Tikus itu membawa banyak penyakit,” ujar Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Nganjuk dr Laksomono Pratignjo kepada wartawan Jawa Pos Radar Nganjuk, kemarin.
Tikus merupakan salah satu hewan pembawa bakteri leptospira yang menyebabkan penyakit leptospirosis. Jika mata, mulut, hidung ataupun luka terbuka pada kulit bersinggungan dengan urine, darah, atau jaringan dari binatang yang membawa bakteri. Bisa juga air atau tanah terkontaminasi bakteri. “Bisa juga seseorang terkontaminasi leptospirosis jika tergigit tikus yang terinfeksi penyakit tersebut,” ungkap Dokter Laks.
Tak hanya leptospirosis, gigitan tikus juga berpotensi menyebabkan tetanus. Hal ini terjadi lantaran gigitan tikus bisa menimbulkan luka yang dalam maupun pendek. Luka yang dalam akan menyebabkan pendarahan dan rasa sakit di sekitar titik gigitan.
Tikus adalah sumber bakteri yang sangat berbahaya untuk manusia.
Selain itu, tikus juga menyebabkan hanta virus.
Oleh karena itu, masyarakat harus waspada dan berhati-hati dengan hewan pengerat tersebut. Terlebih, jika terkena gigitannya.
“Kalau terkena gigitan tikus harus segera dibersihkan sekitar daerah yang luka,” pesan mantan Direktur RSD Kertosono tersebut.
Karena itulah, petani di wilayah utara Kota Angin harus ekstrawaspada. Karena di sana, populasi tikus di lahan persawahan tinggi. Jumlahnya telah mencapai ribuan ekor. Tikus tersebar di Kecamatan Jatikalen, Lengkong, Patianrowo, Gondang, Rejoso, dan Patianrowo.
“Mungkin tikus ini cocok dengan iklim yang ada di sisi utara Nganjuk. Makanya banyak kita temukan hama tikus di sana,” sambung Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk Gunawan.
Bahkan, saat ini, hama tikus di lima kecamatan itu tergolong endemi di sana. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai program dan upaya untuk menekan perkembangbiakan hewan pengerat tersebut. Salah satunya dengan mengembalikan musuh alami dari hama tikus tersebut.
“Idealnya memang ekosistemnya kembali normal,” tandas pria asli Ponorogo tersebut.
Selain itu, ayah dua anak tersebut mengajak para petani untuk dapat mengembangkan sistem tanam serempak. Menurut Gunawan, sistem ini dinilai relatif dapat mengurangi potensi serangan hama tikus.