22.5 C
Kediri
Sunday, May 28, 2023

Ini Lokasi Sentra Bonsai di Nganjuk, Berburunya sampai Hutan Bojonegoro

Dusun/Desa Bulu, Kecamatan Berbek terkenal sebagai sentra bonsai di Kota Angin. Warga di dusun itu membuat bonsai tanaman hutan untuk dijual ke pencinta bonsai. Harganya bisa mencapai jutaan rupiah untuk satu bonsai yang berusia puluhan tahun.

“Bonsai ini berasal dari tanaman hutan,” ujar Rasiman, 61, warga Dusun/Desa Bulu, Kecamatan Berbek saat ditemui wartawan koran ini kemarin. Untuk mendapatkan dongkel tanaman hutan ini tidak mudah. Dia harus keluar masuk hutan. Karena tidak semua tanaman bisa dibonsai. Syarat umumnya adalah tanaman itu berusia puluhan tahun hingga ratusan tahun. Kemudian, tanaman itu harus mudah dibentuk.

Selain itu, ada syarat khusus. Yaitu, bentuknya harus memiliki nilai seni. Tidak boleh hanya tegak. Semakin bernilai seni batangnya, seperti keropos, dan berliku-liku akan makin baik. Hal itu hanya bisa ditemui di hutan. Karena tanaman di hutan, rata-rata berusia puluhan tahun hingga ratusan tahun. Jika sudah ketemu, maka dia akan mengambil dongkelnya untuk dibentuk menjadi bonsai.

Baca Juga :  Babak Penyisihan Lord Lato-Lato Wilayah Nganjuk di Ngeten Cafe Semarak

Rasiman mengatakan, hutan-hutan di Nganjuk menjadi sasaran utama. Mulai dari hutan Tritik, Kecamatan Rejoso hingga hutan Bojonegoro. Tidak mudah. Tidak bisa langsung ketemu dalam sehari. Butuh waktu berhari-hari. Sehingga, Rasiman harus menginap di hutan. “Biasanya seminggu di hutan,” ujarnya.

Di awal tahun 1980-an, Rasiman mengaku sendirian berburu dongkel tanaman untuk bonsai. Dia naik sepeda ke hutan. Kemudian, mencari dongkel tanaman untuk bahan bonsai. “Dulu saat di perjalanan pulang naik sepeda, sudah banyak yang membeli bahan bonsai saya,” kenangnya.

Saat ini, setelah Dusun Bulu menjadi sentra bonsai, kakek satu cucu ini tidak sendirian mencari dongkel tanaman di hutan. Dia bersama puluhan warga Dusun Bulu berburu dongkel tanaman untuk bahan bonsai di hutan. Mereka berangkat bersama naik truk dan motor. “Sekarang enak banyak temannya,” ungkapnya.

Baca Juga :  Warga Nekat Terobos Pagar Bambu Jembatan Mungkung Rejoso

Menurut Rasiman, banyaknya warga yang menjadi pencinta bonsai dan menjual bonsai di dusunnya membawa keuntungan. Dusun Bulu menjadi terkenal sebagai sentra bonsai di Kota Angin. Pembelinya juga semakin banyak. Tidak hanya dari Nganjuk. Ada yang berasal dari luar Kota Angin. “Ada pembeli yang dari Jakarta,” ujarnya.

Saat ini, Rasiman mengaku masih mencintai bonsai. Meski usianya sudah senja, dia tetap berburu bahan bonsai di hutan. Kemudian, merawat dan membentuknya. “Rata-rata bonsai yang sudah saya bentuk ini berusia 5-7 tahun,” ujarnya.

 

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.






Reporter: Karen Wibi

Dusun/Desa Bulu, Kecamatan Berbek terkenal sebagai sentra bonsai di Kota Angin. Warga di dusun itu membuat bonsai tanaman hutan untuk dijual ke pencinta bonsai. Harganya bisa mencapai jutaan rupiah untuk satu bonsai yang berusia puluhan tahun.

“Bonsai ini berasal dari tanaman hutan,” ujar Rasiman, 61, warga Dusun/Desa Bulu, Kecamatan Berbek saat ditemui wartawan koran ini kemarin. Untuk mendapatkan dongkel tanaman hutan ini tidak mudah. Dia harus keluar masuk hutan. Karena tidak semua tanaman bisa dibonsai. Syarat umumnya adalah tanaman itu berusia puluhan tahun hingga ratusan tahun. Kemudian, tanaman itu harus mudah dibentuk.

Selain itu, ada syarat khusus. Yaitu, bentuknya harus memiliki nilai seni. Tidak boleh hanya tegak. Semakin bernilai seni batangnya, seperti keropos, dan berliku-liku akan makin baik. Hal itu hanya bisa ditemui di hutan. Karena tanaman di hutan, rata-rata berusia puluhan tahun hingga ratusan tahun. Jika sudah ketemu, maka dia akan mengambil dongkelnya untuk dibentuk menjadi bonsai.

Baca Juga :  Kang Marhaen Dukung Dinas PPKB Lakukan Audit Kasus

Rasiman mengatakan, hutan-hutan di Nganjuk menjadi sasaran utama. Mulai dari hutan Tritik, Kecamatan Rejoso hingga hutan Bojonegoro. Tidak mudah. Tidak bisa langsung ketemu dalam sehari. Butuh waktu berhari-hari. Sehingga, Rasiman harus menginap di hutan. “Biasanya seminggu di hutan,” ujarnya.

Di awal tahun 1980-an, Rasiman mengaku sendirian berburu dongkel tanaman untuk bonsai. Dia naik sepeda ke hutan. Kemudian, mencari dongkel tanaman untuk bahan bonsai. “Dulu saat di perjalanan pulang naik sepeda, sudah banyak yang membeli bahan bonsai saya,” kenangnya.

Saat ini, setelah Dusun Bulu menjadi sentra bonsai, kakek satu cucu ini tidak sendirian mencari dongkel tanaman di hutan. Dia bersama puluhan warga Dusun Bulu berburu dongkel tanaman untuk bahan bonsai di hutan. Mereka berangkat bersama naik truk dan motor. “Sekarang enak banyak temannya,” ungkapnya.

Baca Juga :  Kandang Ayam Kades Tanjung Terbakar

Menurut Rasiman, banyaknya warga yang menjadi pencinta bonsai dan menjual bonsai di dusunnya membawa keuntungan. Dusun Bulu menjadi terkenal sebagai sentra bonsai di Kota Angin. Pembelinya juga semakin banyak. Tidak hanya dari Nganjuk. Ada yang berasal dari luar Kota Angin. “Ada pembeli yang dari Jakarta,” ujarnya.

Saat ini, Rasiman mengaku masih mencintai bonsai. Meski usianya sudah senja, dia tetap berburu bahan bonsai di hutan. Kemudian, merawat dan membentuknya. “Rata-rata bonsai yang sudah saya bentuk ini berusia 5-7 tahun,” ujarnya.

 

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.






Reporter: Karen Wibi

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/