22.3 C
Kediri
Sunday, May 28, 2023

Hebat! Sanggar Tari di Kertosono Ini Sudah Eksis selama 23 Tahun

Sanggar tari Sekar Putri di Desa Tembarak, Kertosono telah berdiri sejak 2000 silam. Tak ayal, sanggar tersebut kini telah berusia 23 tahun. Ada prinsip yang terus dijaga dari dulu. Yaitu melestarikan budaya bangsa. Terutama pada lini seni tari tradisional.

Embrio sanggar tari Sekar Putri sejatinya telah dimulai sejak 1998 silam. Namun, kala itu sanggar tersebut belum diakui secara resmi di Kabupaten Nganjuk. Pengakuan tersebut baru diperoleh setelah dua tahun berselang.

“Akhirnya pada tahun 2000 itu kami diakui secara resmi di kabupaten,” ujar Pemimpin Sanggar Tari Sekar Putri Birowo saat ditemui wartawan Jawa Pos Radar Nganjuk pada Jumat (3/3) kemarin.

Birowo beserta Aniek Ekowati, istrinya memang telah lama bermimpi untuk mendirikan sanggar tari. Hingga akhirnya mimpi tersebut dapat terwujud. Meski mulanya tidak sebesar sekarang. Namun, setiap tahunnya selalu ada tren positif di sanggar tersebut.

Tercatat, kini ada 130 murid yang belajar tari di sanggar tersebut. Pesertanya beragam. Mulai dari bocah berumur 3,5 tahun hingga dewasa. Hebatnya, murid di sanggar ini tidak hanya dari sekitar Kertosono saja. Ada pula murid yang berasal dari Kediri dan Jombang.

Baca Juga :  Hanya Imbauan, Tak Akan Kena Tilang INCAR

Latihan digelar setiap hari Minggu. Dibagi menjadi empat sesi. Dari pagi hingga siang hari. Setiap sesinya berlangsung selama satu jam. Ada empat tingkatan di sana. Yaitu dasar, junior, pemula, dan senior. “Setiap empat bulan sekali kami adakan tes untuk melihat kemampuan murid,” tutur pria berumur 60 tahun itu.

Aniek tidak sendirian dalam mengajari murid di sana. Dia turut dibantu enam orang asisten. Termasuk Putri Ayu Candra Birawa, 29, anak tunggal mereka. Dengan telaten, mereka mengajar seni tari tradisional. “Kami merasa terpanggil untuk melestarikan budaya bangsa. Dalam hal ini, tari,” ungkap Aniek.

Perempuan berumur 62 tahun itu mengaku bahwa dirinya merasa perlu untuk menyalurkan ilmunya kepada generasi penerus. Sehingga, akar budaya tidak akan tercerabut. Bisa terus dilestarikan oleh anak-cucunya kelak.

Selain ingin melestarikan tari tradisional, pasutri ini juga merasa sedih melihat banyak anak yang kecanduan dengan gadget. Menurut Aniek, tari merupakan salah satu solusi masalah tersebut. Pasalnya, murid-murid di sana tidak lagi kecanduan gadget. Mereka justru lebih suka beraktivitas di lingkungannya.

Baca Juga :  Sesepuh Banteng itu Berpulang

“Penggunaan gadget di rumah juga jauh berkurang. Terlebih kalau pas mau ada pentas atau lomba, anak-anak justru tidak mainan gadget,” ungkap Aniek.

Jihan Talitha Husna, 8, salah seorang murid di sana mengaku jika tidak sering menggunakan gadget. Baik saat di luar maupun di dalam rumah. Dia mengaku lebih senang berlatih menari atau bermain dengan teman sebayanya. Tidak terpaku dengan layar gawai miliknya.

“Jarang kok mainan handphone (HP). Lebih sering latihan tari atau bermain dengan teman,” tandas Jihan.

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.






Reporter: Andhika Attar Anindita

Sanggar tari Sekar Putri di Desa Tembarak, Kertosono telah berdiri sejak 2000 silam. Tak ayal, sanggar tersebut kini telah berusia 23 tahun. Ada prinsip yang terus dijaga dari dulu. Yaitu melestarikan budaya bangsa. Terutama pada lini seni tari tradisional.

Embrio sanggar tari Sekar Putri sejatinya telah dimulai sejak 1998 silam. Namun, kala itu sanggar tersebut belum diakui secara resmi di Kabupaten Nganjuk. Pengakuan tersebut baru diperoleh setelah dua tahun berselang.

“Akhirnya pada tahun 2000 itu kami diakui secara resmi di kabupaten,” ujar Pemimpin Sanggar Tari Sekar Putri Birowo saat ditemui wartawan Jawa Pos Radar Nganjuk pada Jumat (3/3) kemarin.

Birowo beserta Aniek Ekowati, istrinya memang telah lama bermimpi untuk mendirikan sanggar tari. Hingga akhirnya mimpi tersebut dapat terwujud. Meski mulanya tidak sebesar sekarang. Namun, setiap tahunnya selalu ada tren positif di sanggar tersebut.

Tercatat, kini ada 130 murid yang belajar tari di sanggar tersebut. Pesertanya beragam. Mulai dari bocah berumur 3,5 tahun hingga dewasa. Hebatnya, murid di sanggar ini tidak hanya dari sekitar Kertosono saja. Ada pula murid yang berasal dari Kediri dan Jombang.

Baca Juga :  Ahmad Riza Pahlevi, Seniman Cukil Kayu dan Sablon Kaus asal Kota Angin

Latihan digelar setiap hari Minggu. Dibagi menjadi empat sesi. Dari pagi hingga siang hari. Setiap sesinya berlangsung selama satu jam. Ada empat tingkatan di sana. Yaitu dasar, junior, pemula, dan senior. “Setiap empat bulan sekali kami adakan tes untuk melihat kemampuan murid,” tutur pria berumur 60 tahun itu.

Aniek tidak sendirian dalam mengajari murid di sana. Dia turut dibantu enam orang asisten. Termasuk Putri Ayu Candra Birawa, 29, anak tunggal mereka. Dengan telaten, mereka mengajar seni tari tradisional. “Kami merasa terpanggil untuk melestarikan budaya bangsa. Dalam hal ini, tari,” ungkap Aniek.

Perempuan berumur 62 tahun itu mengaku bahwa dirinya merasa perlu untuk menyalurkan ilmunya kepada generasi penerus. Sehingga, akar budaya tidak akan tercerabut. Bisa terus dilestarikan oleh anak-cucunya kelak.

Selain ingin melestarikan tari tradisional, pasutri ini juga merasa sedih melihat banyak anak yang kecanduan dengan gadget. Menurut Aniek, tari merupakan salah satu solusi masalah tersebut. Pasalnya, murid-murid di sana tidak lagi kecanduan gadget. Mereka justru lebih suka beraktivitas di lingkungannya.

Baca Juga :  BNN Nganjuk Tangkap Satu Kurir SS dan Ganja di Magetan

“Penggunaan gadget di rumah juga jauh berkurang. Terlebih kalau pas mau ada pentas atau lomba, anak-anak justru tidak mainan gadget,” ungkap Aniek.

Jihan Talitha Husna, 8, salah seorang murid di sana mengaku jika tidak sering menggunakan gadget. Baik saat di luar maupun di dalam rumah. Dia mengaku lebih senang berlatih menari atau bermain dengan teman sebayanya. Tidak terpaku dengan layar gawai miliknya.

“Jarang kok mainan handphone (HP). Lebih sering latihan tari atau bermain dengan teman,” tandas Jihan.

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.






Reporter: Andhika Attar Anindita

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/