24.3 C
Kediri
Wednesday, May 31, 2023

Pondok Pesantren Mojosari Mendapat Penghargaan dari PBNU

Pondok Pesantren (Ponpes) Mojosari, Kecamatan Loceret mendapat penghargaan  dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Karena ponpes tersebut masuk pondok tua di Tanah Air. Selain tua, ponpes yang pernah menjadi tempat mondok tokoh-tokoh besar NU ini juga masih eksi hingga sekarang.

(Foto: Karen Wibi)

“Alhamdulillah Ponpes Mojosari mendapat penghargaan dari PBNU di peringatan 1 Abad NU di Jakarta,” ungkap Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Nganjuk Ali Anwar. Penghargaan itu diberikan karena Ponpes Mojosari masuk pondok tertua di Indonesia. Usia ponpes tersebut telah 313 tahun. Karena sudah berdiri sejak 1710. Ponpes Mojosari hanya kalah tua dengan Ponpes Al Kahfi Semolangu, Kebumen yang berdiri pada 1475.

Penyerahan penghargaan dilaksanakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada 31 Januari 2023. Keputusan Ponpes Mojosari meraih penghargaan pondok tua itu tertuang di Surat Keputusan PBNU No. 471/PB.03/B.I.03.71/99/01/2023. “Ada 56 pondok tua yang mendapatkan penghargaan tersebut,” ujar Ali.

(Foto: Karen Wibi)

Bukti Ponpes Mojosari tersebut merupakan pondok tua masih bisa dilihat hingga sekarang. Ada dua bangunan lama. Yaitu, menara Mojosari yang memiliki tinggi sekitar 30 meter. Kemudian, ada bangunan kamar Tulungagung yang digunakan untuk tempat tidur santri laki-laki.

Selain karena usia Ponpes Mojosari yang sudah di atas tiga abad, Ali menjelaskan ada beberapa kriteria penilaian. Yaitu, ponpes ini masih eksis hingga sekarang. “Saat ini ada sekitar 3 ribu santri di Ponpes Mojosari,” ujarnya.

Baca Juga :  Ibrozah, Lurah Cangkringan

Kemudian, banyak tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang pernah mondok di Ponpes Mojosari. Yaitu, salah satu pendiri NU, yaitu KH Wahab Hasbullah. Kemudian, KH Wahid Hasyim, KH Djazuli pendiri Ponpes Ploso, KH Abdul Jalil Kediri, KH Thoha Mu’id pendiri Ponpes Bandarkidul, Kediri, KH Mansur Popongan, KH Abdul Fatah Tulungagung, KH Siroj Umar Solo dan KH Wahib Wahab Tambakberas. Kemudian, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari pernah tabarukan dengan KH Zainuddin. “Gus Dur juga pernah nyantri di sini walaupun sebentar,” ungkap Ali.

Diceritakan, Ali, jika Ponpes Mojosari berdiri di tahun 1710 itu didirikan oleh KH Ali Imron, seorang tokoh muslim dari Kabupaten Bojonegoro yang merantau ke Kabupaten Nganjuk. Namun saat awal berdiri, Ponpes Mojosari belum se-terkenal seperti saat ini. Baru di sekitar tahun 1900-an Ponpes Mojosari mulai terkenal. Saat itu ponpes dipimpin oleh Asy-Syaikh KH. Zainuddin. “Saat itu pembangunan dan modernisasi sudah mulai terlihat,” tambahnya.

Hingga saat ini Ponpes Mojosari masih eksis dan berkembang. Ponpes ini juga mulai mengalami modernisasi sekitar tahun 1990-an. Saat itu, Ponpes Mojosari mendirikan 2 yayasan pendidikan. Yaitu Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama (YPNU) dan Yayasan Pondok Pesantren Al-Mardliyah (YPPA).

“Kedua yayasan itu berfokus Pendidikan formal. Sedangkan untuk salafiyah masih tetap ada,” M. Sholehudin, Ketua Pondok Induk Mojosari kepada wartawan koran ini kemarin.

Baca Juga :  Dukung Kemandirian Ekonomi Umat

Lebih lanjut, Kang Udin, begitu sapaan akrab M. Sholehudin, menjelaskan jika sejak berdiri di tahun 1710, Ponpes Mojosari terus berbenah. Salah satunya yang paling tampak adalah dengan membangun dua yayasan pendidikan.        YPNU diketahui berdiri di tahun 1996-1997. Di yayasan tersebut, ada 5 lembaga pendidikan. Yaitu TK Khodijah II, MTs NU Mojosari, MA NU Mojosari, SMK Al Basthomi, dan Institut Teknologi Mojosari (IMT).

Untuk YPNU, Kang Udin menjelaskan, jika murid yang masuk bisa dari masyarakat luar Ponpes Mojosari. Artinya mereka bisa bersekolah tanpa diwajibkan untuk mondok.

Lalu YPPA. Sama seperti di YPNU, di YPPA ada lima lembaga pendidikan. Yaitu SDI Asyafiah, SMPI Asyafiah, SMPI II Asyafiah, SMAI Asyafiah, dan Sekolah Tinggi Agama Islam KH. Zainuddin (STAIZA). “Kalau di YPPA, siswanya wajib untuk ikut mondok,” terangnya.

Terpisah, M. Ikhsan, 13, salah satu santri di Ponpes Mojosari mengaku senang bisa nyantri di Ponpes Mojosari. Sejak beberapa tahun yang lalu, dirinya sudah mondok. “Bisa belajar sambil nyari ilmu agama,” ujarnya.

 

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.






Reporter: Karen Wibi

Pondok Pesantren (Ponpes) Mojosari, Kecamatan Loceret mendapat penghargaan  dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Karena ponpes tersebut masuk pondok tua di Tanah Air. Selain tua, ponpes yang pernah menjadi tempat mondok tokoh-tokoh besar NU ini juga masih eksi hingga sekarang.

(Foto: Karen Wibi)

“Alhamdulillah Ponpes Mojosari mendapat penghargaan dari PBNU di peringatan 1 Abad NU di Jakarta,” ungkap Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Nganjuk Ali Anwar. Penghargaan itu diberikan karena Ponpes Mojosari masuk pondok tertua di Indonesia. Usia ponpes tersebut telah 313 tahun. Karena sudah berdiri sejak 1710. Ponpes Mojosari hanya kalah tua dengan Ponpes Al Kahfi Semolangu, Kebumen yang berdiri pada 1475.

Penyerahan penghargaan dilaksanakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada 31 Januari 2023. Keputusan Ponpes Mojosari meraih penghargaan pondok tua itu tertuang di Surat Keputusan PBNU No. 471/PB.03/B.I.03.71/99/01/2023. “Ada 56 pondok tua yang mendapatkan penghargaan tersebut,” ujar Ali.

(Foto: Karen Wibi)

Bukti Ponpes Mojosari tersebut merupakan pondok tua masih bisa dilihat hingga sekarang. Ada dua bangunan lama. Yaitu, menara Mojosari yang memiliki tinggi sekitar 30 meter. Kemudian, ada bangunan kamar Tulungagung yang digunakan untuk tempat tidur santri laki-laki.

Selain karena usia Ponpes Mojosari yang sudah di atas tiga abad, Ali menjelaskan ada beberapa kriteria penilaian. Yaitu, ponpes ini masih eksis hingga sekarang. “Saat ini ada sekitar 3 ribu santri di Ponpes Mojosari,” ujarnya.

Baca Juga :  Jembatan Lama Kertosono Belum Tersentuh

Kemudian, banyak tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang pernah mondok di Ponpes Mojosari. Yaitu, salah satu pendiri NU, yaitu KH Wahab Hasbullah. Kemudian, KH Wahid Hasyim, KH Djazuli pendiri Ponpes Ploso, KH Abdul Jalil Kediri, KH Thoha Mu’id pendiri Ponpes Bandarkidul, Kediri, KH Mansur Popongan, KH Abdul Fatah Tulungagung, KH Siroj Umar Solo dan KH Wahib Wahab Tambakberas. Kemudian, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari pernah tabarukan dengan KH Zainuddin. “Gus Dur juga pernah nyantri di sini walaupun sebentar,” ungkap Ali.

Diceritakan, Ali, jika Ponpes Mojosari berdiri di tahun 1710 itu didirikan oleh KH Ali Imron, seorang tokoh muslim dari Kabupaten Bojonegoro yang merantau ke Kabupaten Nganjuk. Namun saat awal berdiri, Ponpes Mojosari belum se-terkenal seperti saat ini. Baru di sekitar tahun 1900-an Ponpes Mojosari mulai terkenal. Saat itu ponpes dipimpin oleh Asy-Syaikh KH. Zainuddin. “Saat itu pembangunan dan modernisasi sudah mulai terlihat,” tambahnya.

Hingga saat ini Ponpes Mojosari masih eksis dan berkembang. Ponpes ini juga mulai mengalami modernisasi sekitar tahun 1990-an. Saat itu, Ponpes Mojosari mendirikan 2 yayasan pendidikan. Yaitu Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama (YPNU) dan Yayasan Pondok Pesantren Al-Mardliyah (YPPA).

“Kedua yayasan itu berfokus Pendidikan formal. Sedangkan untuk salafiyah masih tetap ada,” M. Sholehudin, Ketua Pondok Induk Mojosari kepada wartawan koran ini kemarin.

Baca Juga :  Ibrozah, Lurah Cangkringan

Lebih lanjut, Kang Udin, begitu sapaan akrab M. Sholehudin, menjelaskan jika sejak berdiri di tahun 1710, Ponpes Mojosari terus berbenah. Salah satunya yang paling tampak adalah dengan membangun dua yayasan pendidikan.        YPNU diketahui berdiri di tahun 1996-1997. Di yayasan tersebut, ada 5 lembaga pendidikan. Yaitu TK Khodijah II, MTs NU Mojosari, MA NU Mojosari, SMK Al Basthomi, dan Institut Teknologi Mojosari (IMT).

Untuk YPNU, Kang Udin menjelaskan, jika murid yang masuk bisa dari masyarakat luar Ponpes Mojosari. Artinya mereka bisa bersekolah tanpa diwajibkan untuk mondok.

Lalu YPPA. Sama seperti di YPNU, di YPPA ada lima lembaga pendidikan. Yaitu SDI Asyafiah, SMPI Asyafiah, SMPI II Asyafiah, SMAI Asyafiah, dan Sekolah Tinggi Agama Islam KH. Zainuddin (STAIZA). “Kalau di YPPA, siswanya wajib untuk ikut mondok,” terangnya.

Terpisah, M. Ikhsan, 13, salah satu santri di Ponpes Mojosari mengaku senang bisa nyantri di Ponpes Mojosari. Sejak beberapa tahun yang lalu, dirinya sudah mondok. “Bisa belajar sambil nyari ilmu agama,” ujarnya.

 

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.






Reporter: Karen Wibi

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/