22.3 C
Kediri
Sunday, May 28, 2023

Burung Hantu Tak Lagi Seram

NGANJUK, JP Radar Nganjuk- Petani di wilayah utara Nganjuk tak bisa berharap banyak pada predator tikus. Penyebabnya, populasi burung hantu dan ular di sawah tidak sebanding dengan banyaknya tikus. Berdasarkan pengamatan wartawan koran ini kemarin, beberapa rumah burung hantu (Rubuha) yang disediakan petani, tidak terlihat ada burung hantu yang tinggal di sana. “Mungkin burung hantu lebih suka bersarang di alam bebas daripada di Rubuha,” ujar Mujiono, 55, petani asal Desa Ngepung, Kecamatan Patianrowo.

Selain itu, ada kemungkinan, burung hantu di sawah juga sangat sedikit jumlahnya. Saat wartawan koran ini ke sawah di wilayah utara Nganjuk, juga tidak bertemu dengan seekor pun burung hantu.

Hal itulah yang membuat tikus tak lagi takut dengan adanya burung hantu. Rubuha tak lagi menyeramkan bagi tikus. Justru, dianggap tikus sebagai pajangan di sawah. Tikus semakin merajalela dan menghancurkan tanaman petani. Ini seperti Thanos di film The Avengers yang menghancurkan alam semesta.

Baca Juga :  STIE Nganjuk Dapat Suntikan Motivasi Prof DR Dyah Sawitri

Mujiono mengakui, sebenarnya, burung hantu efektif membasmi tikus. Saat senja hingga menjelang fajar, burung hantu akan keluar dari sarangnya. Sama dengan tikus yang mulai mencari makan di sawah. Saat itulah, burung hantu akan memangsa tikus.

Agar burung hantu bisa berkembang biak dengan cepat, petani membantu menyediakan Rubuha. Ada belasan Rubuha yang disediakan. Harapannya, burung hantu mau menempatinya.

Sementara itu, Gunawan, koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk Gunawan mengatakan, predator tikus, seperti burung hantu dan ular tidak seimbang jumlahnya dengan populasi tikus. Di sawah, jumlah ular dan burung hantu sangat sedikit. Sedangkan, populasi tikus sangat banyak.

Ini karena tikus berkembang biak sangat pesat. Sepasang tikus bisa berkembang biak menjadi 2.048 ekor per tahun. Itu jika anak tikus yang rata-rata enam ekor hidup semua. “Jika mati separo saja. Sepasang tikus bisa berkembang biak menjadi 1.024 ekor,” ungkap Gunawan.

Baca Juga :  Sepeda Motor Warga Warujayeng Terbakar di Depan Rumah

Untuk itu, persoalan hama tikus yang menyerang wilayah utara Kabupaten Nganjuk sejak 2018 sampai sekarang belum ada solusi yang tepat. Penyediaan Rubuha untuk burung hantu juga belum signifikan hasilnya. Padahal, Rubuha di Nganjuk sudah ada 568 buah.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk Muslim Harsoyo berharap, masyarakat untuk menyediakan Rubuha yang cocok untuk burung hantu. Agar burung hantu mau tinggal di sana. Selain itu, masyarakat juga dilarang berburu predator tikus di sawah. “Biarkan burung hantu hidup bebas di sawah karena dia itu membantu petani membasmi tikus,” ujarnya.






Reporter: Andhika Attar Anindita

NGANJUK, JP Radar Nganjuk- Petani di wilayah utara Nganjuk tak bisa berharap banyak pada predator tikus. Penyebabnya, populasi burung hantu dan ular di sawah tidak sebanding dengan banyaknya tikus. Berdasarkan pengamatan wartawan koran ini kemarin, beberapa rumah burung hantu (Rubuha) yang disediakan petani, tidak terlihat ada burung hantu yang tinggal di sana. “Mungkin burung hantu lebih suka bersarang di alam bebas daripada di Rubuha,” ujar Mujiono, 55, petani asal Desa Ngepung, Kecamatan Patianrowo.

Selain itu, ada kemungkinan, burung hantu di sawah juga sangat sedikit jumlahnya. Saat wartawan koran ini ke sawah di wilayah utara Nganjuk, juga tidak bertemu dengan seekor pun burung hantu.

Hal itulah yang membuat tikus tak lagi takut dengan adanya burung hantu. Rubuha tak lagi menyeramkan bagi tikus. Justru, dianggap tikus sebagai pajangan di sawah. Tikus semakin merajalela dan menghancurkan tanaman petani. Ini seperti Thanos di film The Avengers yang menghancurkan alam semesta.

Baca Juga :  Dewan Sampaikan Pandangan Umum tentang Raperda RTRW

Mujiono mengakui, sebenarnya, burung hantu efektif membasmi tikus. Saat senja hingga menjelang fajar, burung hantu akan keluar dari sarangnya. Sama dengan tikus yang mulai mencari makan di sawah. Saat itulah, burung hantu akan memangsa tikus.

Agar burung hantu bisa berkembang biak dengan cepat, petani membantu menyediakan Rubuha. Ada belasan Rubuha yang disediakan. Harapannya, burung hantu mau menempatinya.

Sementara itu, Gunawan, koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk Gunawan mengatakan, predator tikus, seperti burung hantu dan ular tidak seimbang jumlahnya dengan populasi tikus. Di sawah, jumlah ular dan burung hantu sangat sedikit. Sedangkan, populasi tikus sangat banyak.

Ini karena tikus berkembang biak sangat pesat. Sepasang tikus bisa berkembang biak menjadi 2.048 ekor per tahun. Itu jika anak tikus yang rata-rata enam ekor hidup semua. “Jika mati separo saja. Sepasang tikus bisa berkembang biak menjadi 1.024 ekor,” ungkap Gunawan.

Baca Juga :  Ringkus Oknum DPRD Pakai Sabu-Sabu

Untuk itu, persoalan hama tikus yang menyerang wilayah utara Kabupaten Nganjuk sejak 2018 sampai sekarang belum ada solusi yang tepat. Penyediaan Rubuha untuk burung hantu juga belum signifikan hasilnya. Padahal, Rubuha di Nganjuk sudah ada 568 buah.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk Muslim Harsoyo berharap, masyarakat untuk menyediakan Rubuha yang cocok untuk burung hantu. Agar burung hantu mau tinggal di sana. Selain itu, masyarakat juga dilarang berburu predator tikus di sawah. “Biarkan burung hantu hidup bebas di sawah karena dia itu membantu petani membasmi tikus,” ujarnya.






Reporter: Andhika Attar Anindita

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/