Dandi menjadi pusat perhatian atas kematian M. Hamza Hambalion. Pemuda berusia 19 tahun ini adalah orang yang bersama Hamza saat pria asal Pasuruan tewas karena dadanya tertembus peluru dari senapan angin.
KAREN WIBI, Gondang, JP Radar Nganjuk
Rumah Dandi ada di Dusun Dadung, Desa Kedungglugu, Kecamatan Gondang. Kemarin, tidak banyak orang yang takziah. Hanya beberapa orang. Dandi sendiri yang menemui petakziah yang datang. Dia menyalami petakziah yang mengucapkan duka cita atas kematian Hamza, adik sepupu Dandi.
Hamza tinggal di rumah Dandi sekitar enam bulan lalu. Karena pria bertato di dadanya tersebut berniat mencari pekerjaan di Nganjuk. Namun, keinginan Hamza untuk mendapatkan pekerjaan yang diharapkan tidak terwujud. “Setelah lulus SMA, dia cari kerja di sini,” ujar Dandi.
Namun, Hamza tidak mendapatkan pekerjaan di pabrik atau kantor. Akhirnya, Hamza ikut Dandi bekerja sebagai kuli bangunan. “Kami kerja kuli bangunan bareng,” ujarnya.
Namun, Dandi enggan menjelaskan kronologi tertembaknya Hamza di gubuk saat berburu tikus. Ketika ditanya tentang kejadian itu, dia mengaku masih shock. Sehingga, belum bisa menceritakan dengan detail.
Bahkan, kejanggalan terkait senapan angin laras panjang yang menewaskan Hamza, Dandi juga enggan menjawab. Karena jika Hamza menarik pelatuk senapan angin dan mengarahkan ke dadanya sendiri untuk bunuh diri tidak akan mudah. Butuh perjuangan ekstrakeras untuk melakukannya. “
“Saya sedang kesusahan,” elaknya. Bahkan, Dandi memilih untuk masuk ke ruang tengah dan tidur di kasur yang diletakkan di lantai. Dia tidur tengkurap.
Kemudian, keluarga Dandi mengatakan, jika akan pergi ke Pasuruan untuk menghadiri pemakaman Hamza. Karena Hamza dibawa ke rumahnya di Desa Gentong, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pasuruan untuk dimakamkan. Karena itu mereka segera berkemas untuk meninggalkan rumah kemarin siang.