KOTA, JP Radar Kediri- Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih belum berhenti menebar ancaman. Terlebih pada musim penghujan seperti saat ini. Puluhan orang dilaporkan terjangkit penyakit ini. Mayoritas adalah anak-anak di rentang usia 6-12 tahun.
Total yang tercatat di dinas kesehatan (dinkes), sudah ada 37 warga yang terinfeksi penyakit yang disebabkan virus dengue ini. Jumlah itu terdata sejak Desember tahun lalu.
Yang harus diwaspadai adalah, 60 persen dari yang terinfeksi adalah anak-anak. Bahkan, di awal Januari ini ada tiga kasus DBD yang semua korbannya adalah anak-anak. Hal inilah yang menjadi perhatian serius dinkes.
“Meningkatnya kasus ini tidak lepas dari musim hujan,” ucap Kepala Dinkes Kota Kediri dr Fauzan Adima melalui Kasi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular (P2PM) Hendik Suprianto.
Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Sementara, di musim hujan, nyamuk mudah sekali berkembang biak. Terlebih, aedes aegypti menyukai genangan air bersih untuk bertelur. Seperti air genangan bekas hujan, di botol, atau pecahan benda dari kaca yang masih bisa menampung air hujan. Termasuk pula di bak penampungan air. Bila tidak rajin menguras, tempat-tempat seperti itu akan menjadi lokasi berkembang biaknya nyamuk DBD.
Sejak awal tahun ini, pemkot gencar melakukan upaya pemberantasan jentik nyamuk. Bukan saja dengan menyebarkan ikan sebagai musuh alami, juga melakukan gerakan membersihkan lingkungan. Terutama di sekolah-sekolah.
“Anak yang terkena DBD tidak mesti di rumahnya, bisa juga karena di lingkungan sekolah,” ujar Hendik.
Karena saat ini pembelajaran di sekolah sudah aktif. Maka perlu dilakukan gerakan serentak membersihkan lingkungan belajar. Terutama tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk aedes aegypti.
Lalu, mengapa anak-anak lebih berpotensi terserang dibanding orang dewasa? Menurut Hendik hal itu disebabkan oleh faktor daya tahan. Anak-anak lebih rentan karena daya tahan lebih rendah.
“Anak-anak memang lebih rentan (terkena). Tapi ketika masa penyembuhan pulihnya juga lebih cepat dibanding orang dewasa,” beber pria berkacamata itu kepada Jawa Pos Radar Kediri.
Hendik mengimbau, warga sekolah tidak boleh lengah. Kebersihan lingkungannya tetap harus terjaga untuk mengantisipasi berkembangnya nyamuk aedes aegypti.
Sementara itu, kebersihan lingkungan di sekolah mulai digalakkan sejak Jumat (7/1) lalu. Salah satu sekolah yang sudah melakukan itu ada di SDN Gayam 3 Kecamatan Mojoroto. Meski tidak ada siswanya yang terkena DBD, para guru dan siswanya semangat membersihkan lingkungannya. Setidaknya, seminggu sekali kegiatan bersih-bersih itu dilakukan.
“Selain melatih gotong royong, cara ini bagus untuk mencegah dari gigitan nyamuk aedes aegypti,” ujar guru SDN Gayam 3 Siti Nafsiah. (rq)
Awas DB Serang Anak-anak
//Puluhan Sudah Terjangkit, Usia 6-12 Tahun Paling Rentan Karena Daya Tahan Tubuh Rendah