31 C
Kediri
Thursday, March 23, 2023

Dua Pelaku Pembunuhan Budi Hartanto Berteman sejak Kecil

- Advertisement -

KEDIRI KABUPATEN – Dua terduga pelaku pembunuhan dan mutilasi terhadap Budi Hartanto sudah berteman akrab sejak lama. Keduanya, Azis Prakoso, 23, dan Aris Sugianto, 34, dulu bertetangga di Desa Ringinrejo, Kecamatan Ringinrejo. Sebelum akhirnya keluarga Aris pindah ke Desa Mangunan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar.

Memang, selisih usia Azis dan Aris terpaut jauh. Hampir sebelas tahun. Tapi itu tak membatasi hubungan pertemanan mereka. Antar anak-anak di dua keluarga itu sudah akrab sejak kecil. Awal mula pertemanan Azis dan Aris pun terjadi tidak secara langsung. Tapi bermula dari  Defin, adik Aris, yang merupakan teman sekolah Aan, kakak Azis. Nah, karena Defin sering bertandang ke rumah Aan, dia kemudian juga akrab dengan Azis. Demikian pula dengan Aris, dia pun menjadi akrab dengan Azis.

Keakraban mereka itu tak lepas dari sifat Azis yang memang gampang bergaul. Menurut Suprianto, ayah Azis, anaknya dikenal sangat setia kawan. Kerap membantu teman-temannya tanpa meminta imbalan. Nah, yang sering meminta bantuan itu adalah Defin. “Defin sering meminta bantuan Azis untuk menguras kolam ikannya,” terang Suprianto.

Bagi warga Jalan Merak, Ringinrejo, ini, dia masih tak percaya anaknya terlibat perbuatan sekejam itu. Dia bahkan yakin anaknya tidak membunuh korban. Tapi bila anaknya diminta bantuan untuk membuang mayat itu, dia mengira itu masih mungkin terjadi. “Saya masih tidak percaya anak saya melakukan hal itu (memutilasi korban, Red),” ucapnya dengan raut wajah yang tenang saat ditemui di rumahnya kemarin.

Baca Juga :  6 Orang Keroyok Pemuda Loceret

Di mata lelaki kelahiran 1963 ini, Azis adalah pekerja keras. Meskipun dia merupakan anak bungsu, Azis dikenal paling mau mengalah. Tidak banyak protes dan sering menerima yang ada. Bila berdebat dengan kakak-kakaknya, anak keempat ini lebih memilih mengalah.

- Advertisement -

Sehari-hari Azis bekerja di salon yang juga penyedia persewaan peralatan pesta di desanya. Sehari-hari dia bertugas sebagai pemasang tenda dan dekorasi. Karena pekerjaannya itulah Azis sering pulang larut.

Suprianto juga menolak anggapan bahwa anaknya terlibat hubungan sesama jenis. Dia sangat yakin sang anak adalah lelaki tulen. Sebab, selama ini Azis bekerja keras untuk mengumpulkan uang sebagai bekal menikah. Hal itu sudah beberapa kali diutarakan kepada orang tuanya.  “Sempat pernah mengatakan ingin menikah, namun terkendala biaya,” imbuhnya.

Pada hari saat mayat ditemukan Azis juga masih berada di rumah. Namun, pada malamnya dia memang pulang sangat larut. Kepada sang ayah Azis mengaku habis memasang tenda di lokasi yang cukup jauh. “Malam itu sempat minta dikeroki karena masuk angin,” tutur Suprianto.

Baca Juga :  Pembunuhan di Kamar Hotel, Polisi Dalami Kemungkinan Prostitusi Online

Menurut Suprianto, polisi menangkap anaknya pada Kamis (11/4) malam. Sekitar pukul 01.00 WIB. Selain membawa Azis, polisi sempat menggeledah rumah Suprianto. Dia mengaku sempat bertanya kepada polisi tentang kesalahan anaknya.

“Waktu itu katanya anak saya habis berantem dan korbannya meninggal,” papar Suprianto.

Anik Dwi, 36, tetangga Azis, juga mengakui Azis sebagai sosok yang baik. Setiap akan berangkat atau pulang kerja Azis  kerap membeli rokok di toko kelontong miliknya. “Kerap datang ke sini untuk membeli rokok,” tutur Anik.

Menurut Anik, ibu Azis bernama Sumiati. Tapi sudah lama meninggalkan keluarganya untuk bekerja di Malaysia. Pada 2005 silam ada kabar ibu Azis meninggal dan dimakamkan di Malaysia.

Selain mengenal Azis, Anik juga kenal semua anak Suprianto. Waktu kecil mereka semua bersekolah di SDN Ringinrejo I. Begitu juga dengan kakak beradik Aris dan Defin.

“Dulu saat saya belum menikah saya kerap melihat Aris diantar (sekolah) oleh ibunya,” imbuh wanita yang toko kelontongnya berhadapan langsung dengan sekolah tersebut.

Hingga akhirnya diketahui orang tua Aris bercerai. Diduga semenjak saat itu sifat feminin laki-laki yang berjualan nasi goreng mulai muncul.  

 

- Advertisement -

KEDIRI KABUPATEN – Dua terduga pelaku pembunuhan dan mutilasi terhadap Budi Hartanto sudah berteman akrab sejak lama. Keduanya, Azis Prakoso, 23, dan Aris Sugianto, 34, dulu bertetangga di Desa Ringinrejo, Kecamatan Ringinrejo. Sebelum akhirnya keluarga Aris pindah ke Desa Mangunan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar.

Memang, selisih usia Azis dan Aris terpaut jauh. Hampir sebelas tahun. Tapi itu tak membatasi hubungan pertemanan mereka. Antar anak-anak di dua keluarga itu sudah akrab sejak kecil. Awal mula pertemanan Azis dan Aris pun terjadi tidak secara langsung. Tapi bermula dari  Defin, adik Aris, yang merupakan teman sekolah Aan, kakak Azis. Nah, karena Defin sering bertandang ke rumah Aan, dia kemudian juga akrab dengan Azis. Demikian pula dengan Aris, dia pun menjadi akrab dengan Azis.

Keakraban mereka itu tak lepas dari sifat Azis yang memang gampang bergaul. Menurut Suprianto, ayah Azis, anaknya dikenal sangat setia kawan. Kerap membantu teman-temannya tanpa meminta imbalan. Nah, yang sering meminta bantuan itu adalah Defin. “Defin sering meminta bantuan Azis untuk menguras kolam ikannya,” terang Suprianto.

Bagi warga Jalan Merak, Ringinrejo, ini, dia masih tak percaya anaknya terlibat perbuatan sekejam itu. Dia bahkan yakin anaknya tidak membunuh korban. Tapi bila anaknya diminta bantuan untuk membuang mayat itu, dia mengira itu masih mungkin terjadi. “Saya masih tidak percaya anak saya melakukan hal itu (memutilasi korban, Red),” ucapnya dengan raut wajah yang tenang saat ditemui di rumahnya kemarin.

Baca Juga :  Tiga Bupati Tersangkut Kasus Korupsi

Di mata lelaki kelahiran 1963 ini, Azis adalah pekerja keras. Meskipun dia merupakan anak bungsu, Azis dikenal paling mau mengalah. Tidak banyak protes dan sering menerima yang ada. Bila berdebat dengan kakak-kakaknya, anak keempat ini lebih memilih mengalah.

Sehari-hari Azis bekerja di salon yang juga penyedia persewaan peralatan pesta di desanya. Sehari-hari dia bertugas sebagai pemasang tenda dan dekorasi. Karena pekerjaannya itulah Azis sering pulang larut.

Suprianto juga menolak anggapan bahwa anaknya terlibat hubungan sesama jenis. Dia sangat yakin sang anak adalah lelaki tulen. Sebab, selama ini Azis bekerja keras untuk mengumpulkan uang sebagai bekal menikah. Hal itu sudah beberapa kali diutarakan kepada orang tuanya.  “Sempat pernah mengatakan ingin menikah, namun terkendala biaya,” imbuhnya.

Pada hari saat mayat ditemukan Azis juga masih berada di rumah. Namun, pada malamnya dia memang pulang sangat larut. Kepada sang ayah Azis mengaku habis memasang tenda di lokasi yang cukup jauh. “Malam itu sempat minta dikeroki karena masuk angin,” tutur Suprianto.

Baca Juga :  Gali Tanah di Puncu, Warga Temukan Lima Arca

Menurut Suprianto, polisi menangkap anaknya pada Kamis (11/4) malam. Sekitar pukul 01.00 WIB. Selain membawa Azis, polisi sempat menggeledah rumah Suprianto. Dia mengaku sempat bertanya kepada polisi tentang kesalahan anaknya.

“Waktu itu katanya anak saya habis berantem dan korbannya meninggal,” papar Suprianto.

Anik Dwi, 36, tetangga Azis, juga mengakui Azis sebagai sosok yang baik. Setiap akan berangkat atau pulang kerja Azis  kerap membeli rokok di toko kelontong miliknya. “Kerap datang ke sini untuk membeli rokok,” tutur Anik.

Menurut Anik, ibu Azis bernama Sumiati. Tapi sudah lama meninggalkan keluarganya untuk bekerja di Malaysia. Pada 2005 silam ada kabar ibu Azis meninggal dan dimakamkan di Malaysia.

Selain mengenal Azis, Anik juga kenal semua anak Suprianto. Waktu kecil mereka semua bersekolah di SDN Ringinrejo I. Begitu juga dengan kakak beradik Aris dan Defin.

“Dulu saat saya belum menikah saya kerap melihat Aris diantar (sekolah) oleh ibunya,” imbuh wanita yang toko kelontongnya berhadapan langsung dengan sekolah tersebut.

Hingga akhirnya diketahui orang tua Aris bercerai. Diduga semenjak saat itu sifat feminin laki-laki yang berjualan nasi goreng mulai muncul.  

 

Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru

/