Mbok Ndewor merasa serba salah. Sulit sekali nuruti kemauan bojone, Sudrun. Ibarat buah simalakama, dituruti salah, tak dituruti juga salah. Akhirnya, ya mending milih pegatan ae. Begitu keputusan wanita asal Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri ini.
Ontran-ontran rumah tangga ini bermula ketika Mbok Ndewor ingin bekerja. Membantu Sudrun mencari tambahan uang belanja. Akhirnya, dia mendapat pekerjaan di salah satu perusahaan. Bukan pekerjaan kantoran sih, tapi dia jadi sales promotion girl (SPG) salah satu produk rokok.
Meskipun sudah bersuami, Mbok Ndewor masih cukup oke jadi seorang SPG. Usianya baru 25 tahun. Bodinya pun masih lumayan. Ditopang wajah cantiknya, lengkap sudah syarat yang harus dimiliki seorang SPG.
Satu lagi, Sudrun pun fine-fine saja. Dia menyetujui bila istrinya bekerja jadi penawar produk. Toh, dia pula yang mencarikan jalan. Mengenalkan istrinya pada satu agensi perekrut SPG.
Masa-masa awal bekerja, Mbok Ndewor seperti tak ada masalah. Sudrun bahkan beberapa kali ikut menemani. Termasuk ketika Mbok Ndewor menawarkan rokok dari warkop satu ke warkop yang lain.
“Ya biasa ae, santai saja. Dia juga nggak pernah marah, protes, atau ngomel,” kata Mbok Ndewor menceritakan sikap Sudrun di awal-awal dia bekerja.
Tapi, semuanya berubah seiring berjalannya waktu. Sudrun mulai gampang marah. Apalagi bila sang istri pulangnya terlalu larut, di atas pukul 21.00. Padahal, saat pulang itu kondisi fisik Mbok Ndewor dalam keadaan lelah. Belum lagi bila rokok tak laku. Eh, saat sampai rumah ditambahi semprotan Sudrun.
“Apa aku gak tambah mangkel? Wong sing nyuruh kerja dulu juga dia,” gerutu Mbok Ndewor.
Awalnya, Mbok Ndewor masih bisa mengerem emosi. Berusaha untuk bersabar. Namun, ketika Sudrun sudah mulai main tangan, dia jadi tak terima. Merasa terhina karena dianggap perempuan tak bermartabat.
“Namanya juga SPG, apalagi yang aku jual rokok. Digoda cowok kan sudah risiko. Yang penting aku kan gak ngladeni. Gitu lho kok masih bisa cemburu,” keluh perempuan berambut pirang ini.
Karena Sudrun tetap tak berubah sikap, Nita pun memilih menyudahi pernikahannya yang baru berjalan belasan bulan itu. Baginya, Sudrun hanyalah pria yang mau enaknya saja.
“Kalau nggak mau aku disentuh-sentuh sama cowok-cowok di luar sana, ya jangan nyuruh aku kerja dong. Tapi cukupi dulu kebutuhanku,” tegas Mbok Ndewor diplomatis di Pengadilan Agama (PA) Kabupaten Kediri. Syarat yang berat bagi Sudrun, membuatnya hanya bisa merelakan sang istri pergi dari sisinya. (ica/fud)