29.3 C
Kediri
Sunday, May 28, 2023

Ini Profil Brigade 17 pada Serangan Umum 22 Mei 1949 di Pare

Berbicara Serangan Umum 22 Mei 1949 di Pare tak akan lepas dari peran pejuang dari TGP Brigade 17. Yang menjadi salah satu motor penggerak perjuangan. Mereka sejatinya merupakan sekumpulan pelajar.

Perlawanan besar-besaran di Kota Surabaya terhadap tantara sekutu menjadi pelecut banyak anak muda. Di bawah komando Soetomo atau yang biasa dikenal Bung Tomo. Semangat nasionalisme sedang membuncah di dada arek-arek Surabaya kala itu. Hingga dikenal peristiwa 10 November 1945.

Semangat tersebut terus melekat di hati warga Kota Pahlawan. Hingga akhirnya terjadi agresi Belanda pertama pada 1947. Gelombang perlawanan kembali menggelora. Tak terkecuali para pelajar Sekolah Teknik (ST) dan Sekolah Menengah Teknik Tinggi (SMTT) Sawahan Surabaya. Mereka juga ingin turut serta mempertahankan kemerdekaan.

“Akhirnya mereka dikenal dengan nama tentara genie pelajar (TGP),” ujar Hendro Widjonarko, guru sejarah SMPN 4 Pare kepada Jawa Pos Radar Kediri.

Hendro mengatakan, pejuang TGP memiliki keistimewaan. Mereka tidak hanya mahir dalam berperang. Mereka mempunyai keahlian dalam hal fabrikasi alat pertempuran. Mereka pandai dalam membuat senjata dan amunisi perang.

Baca Juga :  Sita Narkoba Rp 1 Miliar

Keahlian tersebut didapatkan dari latar belakang pendidikan para pelajar tersebut. Mereka memiliki kemampuan dalam bidang teknik. Sehingga mereka menguasai pengoperasian peralatan teknik. Seperti halnya mesin bubut dan semacamnya.

Hebatnya lagi, mereka tetap tidak meninggalkan dunia pendidikan meski aktif sebagai pejuang. Kalau tidak terlibat dalam pertempuran, mereka kembali lagi ke bangku sekolah.

“Mereka tetap mendahulukan pendidikan. Kalau nggak perang, ya sekolah lagi,” tutur Hendro.

Hal ini dinilai pria asal Desa Kedungmalang, Kecamatan Papar tersebut menjadi salah satu hal yang istimewa. Pasalnya, hal ini sudah jarang ditemui pada dewasa ini. Banyak generasi muda yang justru menempatkan pendidikan tidak di urutan pertama.

“Miris kalau sekarang melihat generasi muda tidak mempedulikan pendidikan,” aku anggota kehormatan Ikatan Keluarga Besar (IKB) eks-TGP Brigade XVII tersebut.

Baca Juga :  Ini Cerita Personel Padi Reborn soal Kuliner Kediri

Hal senada disampaikan oleh Kepala SMPN 4 Pare Nur Subiantoro. Dia mengatakan, pelajar harus banyak meneladani kisah dan perjuangan pejuang TGP. Karena disamping berjuang, mereka juga tetap mengedepankan pendidikan. “Ini yang patut dicontoh oleh pelajar sekarang,” ucapnya.

 

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.






Reporter: Andhika Attar Anindita

Berbicara Serangan Umum 22 Mei 1949 di Pare tak akan lepas dari peran pejuang dari TGP Brigade 17. Yang menjadi salah satu motor penggerak perjuangan. Mereka sejatinya merupakan sekumpulan pelajar.

Perlawanan besar-besaran di Kota Surabaya terhadap tantara sekutu menjadi pelecut banyak anak muda. Di bawah komando Soetomo atau yang biasa dikenal Bung Tomo. Semangat nasionalisme sedang membuncah di dada arek-arek Surabaya kala itu. Hingga dikenal peristiwa 10 November 1945.

Semangat tersebut terus melekat di hati warga Kota Pahlawan. Hingga akhirnya terjadi agresi Belanda pertama pada 1947. Gelombang perlawanan kembali menggelora. Tak terkecuali para pelajar Sekolah Teknik (ST) dan Sekolah Menengah Teknik Tinggi (SMTT) Sawahan Surabaya. Mereka juga ingin turut serta mempertahankan kemerdekaan.

“Akhirnya mereka dikenal dengan nama tentara genie pelajar (TGP),” ujar Hendro Widjonarko, guru sejarah SMPN 4 Pare kepada Jawa Pos Radar Kediri.

Hendro mengatakan, pejuang TGP memiliki keistimewaan. Mereka tidak hanya mahir dalam berperang. Mereka mempunyai keahlian dalam hal fabrikasi alat pertempuran. Mereka pandai dalam membuat senjata dan amunisi perang.

Baca Juga :  Kiprahnya sebagai Kader Kesehatan Berbuah Penghargaan

Keahlian tersebut didapatkan dari latar belakang pendidikan para pelajar tersebut. Mereka memiliki kemampuan dalam bidang teknik. Sehingga mereka menguasai pengoperasian peralatan teknik. Seperti halnya mesin bubut dan semacamnya.

Hebatnya lagi, mereka tetap tidak meninggalkan dunia pendidikan meski aktif sebagai pejuang. Kalau tidak terlibat dalam pertempuran, mereka kembali lagi ke bangku sekolah.

“Mereka tetap mendahulukan pendidikan. Kalau nggak perang, ya sekolah lagi,” tutur Hendro.

Hal ini dinilai pria asal Desa Kedungmalang, Kecamatan Papar tersebut menjadi salah satu hal yang istimewa. Pasalnya, hal ini sudah jarang ditemui pada dewasa ini. Banyak generasi muda yang justru menempatkan pendidikan tidak di urutan pertama.

“Miris kalau sekarang melihat generasi muda tidak mempedulikan pendidikan,” aku anggota kehormatan Ikatan Keluarga Besar (IKB) eks-TGP Brigade XVII tersebut.

Baca Juga :  Kawah Gunung Kelud, Tujuh Tahun setelah Letusan Terakhir

Hal senada disampaikan oleh Kepala SMPN 4 Pare Nur Subiantoro. Dia mengatakan, pelajar harus banyak meneladani kisah dan perjuangan pejuang TGP. Karena disamping berjuang, mereka juga tetap mengedepankan pendidikan. “Ini yang patut dicontoh oleh pelajar sekarang,” ucapnya.

 

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.






Reporter: Andhika Attar Anindita

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/