29.2 C
Kediri
Thursday, March 23, 2023

Dulu Diremehkan, Kini Omzetnya Puluhan Juta Sebulan

- Advertisement -

From zero to hero. Perempuan ini dulu diremehkan karena mengawali membuat penganan dari nanas asli Kelud. Modalnya yang hanya Rp 500 ribu mampu menghasilkan omzet hingga Rp 50 juta sebulan!

 

REKIAN, Kabupaten, JP Radar Kediri

 

Ratih Kusuma Dewi pernah menikmati posisi human resource development (HRD) di salah satu mal Kediri sejak 2010 lalu. Namun, jabatan itu tidak berlangsung lama. Dua tahun kemudian perempuan yang tinggal di Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngasem itu memutuskan resign. Ia memilih fokus untuk mengurus anak-anak di rumah sambil jualan online. Pada 2015, ia membuka usaha toko baju.

- Advertisement -

Ketika pandemi menghantam 2020 lalu, usahanya itu mulai mandek. Omzet penjualannya pun menurun. Untuk menghilangkan penat dari urusan bisnis, ibu dua anak itu memilih untuk refreshing. Dia memutuskan pergi jalan-jalan ke wisata Kelud.

Setiba di Kecamatan Ngancar, insting sebagai pengusahanya mulai jalan. Lulusan Fakultas Psikologi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS) itu terpukau dengan hamparan nanas.

“Saya rasakan nanasnya beda. Manis banget. Airnya tidak terlalu banyak,” kenang Ratih ketika ditemui di gerainya di Jalan PK Bangsa Kota Kediri, siang kemarin sekitar pukul 13.30. Dari situlah, ia memutuskan untuk memanfaatkan nanas yang berlimpah dari lereng Kelud tersebut.

Perempuan yang kemarin mengenakan jilbab hijau lumut itu menyebutkan, nanas sudah menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Kediri. Sebab itu, produknya harus bisa dikelola dalam bentuk lain. Yang ada dipikirannya saat itu adalah nastar. Untuk urusan olahan kue, Ratih yang lahir dan besar di Depansar itu punya resep keluarga.

Baca Juga :  Lukisan Kayu Daur Ulang Cocok untuk Cenderamata

Ia kemudian nekat untuk memulainya usahanya dengan modal Rp 500 ribu. Menggunakan oven yang dipanasi dengan kompor. Pengusaha 34 tahun itu mengurus semuanya sendiri. Mulai dari membuat selainya sampai dengan cetakan kuenya. Pertama kali produksi, dia hanya bisa membuat 54 biji pie nanas.

“Banyak gagalnya. Uji coba bentuk dan ukuran lebih dari sepuluh kali percobaan,” akunya.

Setelah dapat bentuk, dia dapat gunjingan tentang packaging. Semua ledekan, cemoohan, dan kalimat yang meremehkan harus diterima dengan lapang dada. Yang paling terngiang di ingatannya adalah kalimat merendahkan. Berapa sih lakunya? Semua kalimat itu ia jadikan sebagai obat. Cambuk untuk berkerja lebih keras.

Ratih bukan tipe orang yang mudah terpuruk dan kalah dengan keadaan. Saat awal memproduksi Pie Nanas Kelud, puluhan toko menolak produknya. “Pemilik tokonya baru lihat dari bentuk saja sudah menolak,” akunya.

Lebih dari 20 toko yang melakukan itu, menolak menjual produknya. Namun, dia tak menyerah. Bermodal banyak testimoni yang positif, dia nekat membawa produknya kemana-mana. Mulai dari acara keluarga sampai pada kegiatan di dinas-dinas. Ia bawa untuk tester ke orang-orang yang dia kenal.

Beruntung, ketika acara Ngopi Barang Mas Bup, produknya sampai ke Bupati Hanindhito Himawan Pramana. Di luar dugaannya, orang nomor satu di Kabupaten Kediri itu langsung terkesan. Ia menyebutkan, Pie Nanas Kelud buatan Ratih enak. Produknya dianggap bisa menjadi andalan Kabupaten Kediri seperti brand Bakpia Jogja. Sejak itu, rasa percaya dirinya semakin tinggi dan mendapat support dari Pemkab Kediri.

Baca Juga :  Agung Hariono, Luthier Kediri yang Tonjolkan Corak Kayu Indonesia

Setelah jatuh bangun menjual dan mempromosikan Pie Nanas Kelud-nya, Ratih kini sudah bisa memproduksi 500 biji pie nanas dalam sehari. Ia menjual satu kotak pie isi enam dengan harga Rp 25 ribu dan isi sembilan Rp 35 ribu. Dalam satu bulan omzetnya bisa tembus Rp 50 juta. Bukan saja jumlah produksi kuenya yang bertambah, Ketua Komunitas Kediri Young Entrepreneur juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan.

Saat ini, ia memiliki delapan pekerja. Enam orang khusus produksi. Dan dua orang pemasarannya.

Ratih pun menjelaskan perbedaan pie buatannya dengan yang lainnya. Terletak pada selai nanasnya. Awet selama 14 hari. Selain itu produk pienya lebih dominan selai.

Uniknya lagi selainya dibuat sendiri. Sehingga saat dinikmati masih perpaduan roti dan selainya masih sangat kasar. Beda dengan selai buatan pabrik yang bentuknya mulus dengan warna bening dan bersih.

Meski sudah ada yang menduplikasi Pie Nanas Kelud miliknya, Ratih menganggap itu sebagai risiko. Yang paling penting baginya adalah menjaga kualitas mutu produk. Sekarang, pie yang dulu ditolak di banyak toko itu sudah masuk ke toko modern dan kini sudah kirim tetap ke Jogja dan Bali. “Satu bulan saya bisa beli enam ribu buah nanas dari petani nanas di lereng Kelud,”  tutupnya.

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.

- Advertisement -

From zero to hero. Perempuan ini dulu diremehkan karena mengawali membuat penganan dari nanas asli Kelud. Modalnya yang hanya Rp 500 ribu mampu menghasilkan omzet hingga Rp 50 juta sebulan!

 

REKIAN, Kabupaten, JP Radar Kediri

 

Ratih Kusuma Dewi pernah menikmati posisi human resource development (HRD) di salah satu mal Kediri sejak 2010 lalu. Namun, jabatan itu tidak berlangsung lama. Dua tahun kemudian perempuan yang tinggal di Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngasem itu memutuskan resign. Ia memilih fokus untuk mengurus anak-anak di rumah sambil jualan online. Pada 2015, ia membuka usaha toko baju.

Ketika pandemi menghantam 2020 lalu, usahanya itu mulai mandek. Omzet penjualannya pun menurun. Untuk menghilangkan penat dari urusan bisnis, ibu dua anak itu memilih untuk refreshing. Dia memutuskan pergi jalan-jalan ke wisata Kelud.

Setiba di Kecamatan Ngancar, insting sebagai pengusahanya mulai jalan. Lulusan Fakultas Psikologi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS) itu terpukau dengan hamparan nanas.

“Saya rasakan nanasnya beda. Manis banget. Airnya tidak terlalu banyak,” kenang Ratih ketika ditemui di gerainya di Jalan PK Bangsa Kota Kediri, siang kemarin sekitar pukul 13.30. Dari situlah, ia memutuskan untuk memanfaatkan nanas yang berlimpah dari lereng Kelud tersebut.

Perempuan yang kemarin mengenakan jilbab hijau lumut itu menyebutkan, nanas sudah menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Kediri. Sebab itu, produknya harus bisa dikelola dalam bentuk lain. Yang ada dipikirannya saat itu adalah nastar. Untuk urusan olahan kue, Ratih yang lahir dan besar di Depansar itu punya resep keluarga.

Baca Juga :  Kurangi Sampah Plastik

Ia kemudian nekat untuk memulainya usahanya dengan modal Rp 500 ribu. Menggunakan oven yang dipanasi dengan kompor. Pengusaha 34 tahun itu mengurus semuanya sendiri. Mulai dari membuat selainya sampai dengan cetakan kuenya. Pertama kali produksi, dia hanya bisa membuat 54 biji pie nanas.

“Banyak gagalnya. Uji coba bentuk dan ukuran lebih dari sepuluh kali percobaan,” akunya.

Setelah dapat bentuk, dia dapat gunjingan tentang packaging. Semua ledekan, cemoohan, dan kalimat yang meremehkan harus diterima dengan lapang dada. Yang paling terngiang di ingatannya adalah kalimat merendahkan. Berapa sih lakunya? Semua kalimat itu ia jadikan sebagai obat. Cambuk untuk berkerja lebih keras.

Ratih bukan tipe orang yang mudah terpuruk dan kalah dengan keadaan. Saat awal memproduksi Pie Nanas Kelud, puluhan toko menolak produknya. “Pemilik tokonya baru lihat dari bentuk saja sudah menolak,” akunya.

Lebih dari 20 toko yang melakukan itu, menolak menjual produknya. Namun, dia tak menyerah. Bermodal banyak testimoni yang positif, dia nekat membawa produknya kemana-mana. Mulai dari acara keluarga sampai pada kegiatan di dinas-dinas. Ia bawa untuk tester ke orang-orang yang dia kenal.

Beruntung, ketika acara Ngopi Barang Mas Bup, produknya sampai ke Bupati Hanindhito Himawan Pramana. Di luar dugaannya, orang nomor satu di Kabupaten Kediri itu langsung terkesan. Ia menyebutkan, Pie Nanas Kelud buatan Ratih enak. Produknya dianggap bisa menjadi andalan Kabupaten Kediri seperti brand Bakpia Jogja. Sejak itu, rasa percaya dirinya semakin tinggi dan mendapat support dari Pemkab Kediri.

Baca Juga :  Agung Hariono, Luthier Kediri yang Tonjolkan Corak Kayu Indonesia

Setelah jatuh bangun menjual dan mempromosikan Pie Nanas Kelud-nya, Ratih kini sudah bisa memproduksi 500 biji pie nanas dalam sehari. Ia menjual satu kotak pie isi enam dengan harga Rp 25 ribu dan isi sembilan Rp 35 ribu. Dalam satu bulan omzetnya bisa tembus Rp 50 juta. Bukan saja jumlah produksi kuenya yang bertambah, Ketua Komunitas Kediri Young Entrepreneur juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan.

Saat ini, ia memiliki delapan pekerja. Enam orang khusus produksi. Dan dua orang pemasarannya.

Ratih pun menjelaskan perbedaan pie buatannya dengan yang lainnya. Terletak pada selai nanasnya. Awet selama 14 hari. Selain itu produk pienya lebih dominan selai.

Uniknya lagi selainya dibuat sendiri. Sehingga saat dinikmati masih perpaduan roti dan selainya masih sangat kasar. Beda dengan selai buatan pabrik yang bentuknya mulus dengan warna bening dan bersih.

Meski sudah ada yang menduplikasi Pie Nanas Kelud miliknya, Ratih menganggap itu sebagai risiko. Yang paling penting baginya adalah menjaga kualitas mutu produk. Sekarang, pie yang dulu ditolak di banyak toko itu sudah masuk ke toko modern dan kini sudah kirim tetap ke Jogja dan Bali. “Satu bulan saya bisa beli enam ribu buah nanas dari petani nanas di lereng Kelud,”  tutupnya.

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.

Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru

/