23.6 C
Kediri
Wednesday, June 7, 2023

Nestapa Gilang, Dulu Atlet Angkat Besi Kini Jadi Pencari Rumput

 

 

Dulu, kekuatannya mengangkut dua karung rumput jadi alasan terjun ke dunia angkat besi. Kini, setelah pensiun, dia kembali bergelut dengan tanaman liar itu. Menjadi pencari pakan bagi ternak tetangganya.

Hari sudah beranjak siang. Tapi matahari seperti enggan muncul. Sinarnya teduh tertutup mendung. Padahal, jarum jam sudah menunjuk di angka satu. Pertanda sudah lewat tengah hari.

Di bawah terik mentari yang meredup itu, seorang pemuda terlihat memikul satu karung penuh rumput. Berjaket hitam dan bercelana pendek merah, dia berjalan menuju satu kandang yang terletak di persawahan Kelurahan Dandangan, Kecamatan Kota.

“Untuk makan dua sapi dan tujuh kambing,” jelas pemuda 23 tahun ini menjelaskan kegunaan rumput yang dia bawa, setelah dia menurunkan bawaannya itu di samping kandang.

Nama pemuda kekar itu adalah Gilang Bagus Wibowo. Meskipun yang mencarikan rumput, dia bukanlah pemilik dari hewan-hewan ternak itu.

“Hanya merawat dan mencarikan rumput. Kandang ini milik tetangga saya,” sambung anak kedua dari empat bersaudara ini. 

Badan Gilang-demikian dia biasa disapa-sangat atletis. Tubuh yang tidak mungkin dibentuk dengan hanya gerakan saat mencari rumput saja. Tapi dari hasil olahraga dan latihan yang harus rutin. Dan memang benar, pemuda ini adalah mantan atlet olahraga. Tepatnya, atlet angkat besi.

Sayang, karirnya berhenti pada 2019 lalu. Penyebabnya, batasan usia. Agar bisa terjun ke pekan olahraga provinsi (porprov), tak bisa lebih dari 21 tahun. Karena tak bisa menembus tingkat nasional, akhirnya karir olahraga yang ditekuninya sejak kelas 3 SMP itupun tamat.

Baca Juga :  Anak Tukang Reparasi Sepeda yang Bakal Berlaga di PON 2020

Ironisnya, setelah pensiun Gilang juga kesulitan mendapat pekerjaan. Akhirnya, demi menyambung hidup dia harus menjadi pencari rumput ternak milik teman yang tak jauh dari rumahnya.

“Sejak kecil terbiasa membantu bapak cari rumput, jadi sudah tidak kaget lagi,” ucapnya. Senyum kecil tersembul ketika dia mengatakan hal itu.

Tentu, perjalanan nasib Gilang itu boleh disayangkan. Pasalnya, ketika dia masih aktif jadi atlet angkat besi, puluhan medali sudah dia dapatkan. Semuanya untuk harumnya nama daerah yang dia bela, Kota Kediri.

Total, selama tujuh tahun menggeluti olahraga perkasa ini, ia sudah mengoleksi 21 medali emas enam perak, dan empat perunggu. Bonus pun mengalir dari prestasi itu. Yang dia kumpulkan dan gunakan untuk membeli rumah. Rumah sederhana di tengah salah satu gang di Kelurahan Dandangan itu jadi satu-satunya barang berharga yang dia peroleh dari angkat besi.

“Alhamdulillah dari bonus sudah bisa beli rumah untuk tempat tinggal ibuk, dua adik, dan kakak saya,” akunya, sembari menambahkan bahwa sang ayah sudah meninggal dunia sejak setahun lalu.

Ada yang ironi dari perjalanan hidup Gilang. Awal perkenalannya dengan angkat besi juga dari aktivitas mencari rumput. Sejak kecil, dia memang rajin membantu orang tua. Ke sawah maupun mencari rumput untuk ternak piaraan sang ayah.

Suatu saat, ketika dia duduk di kelas 3 SMP, ada teman ayahnya yang datang berkunjung. Saat itu, teman ayahnya itu  melihat dirinya dengan enteng memikul sekarung penuh rumput. Ternyata, tamu itu adalah seorang pelatih angkat besi. Merasa tertarik dengan kekuatan Gilang, dia menawari menjadi atlet angkat besi.  

Baca Juga :  Khofifah Berharap Tidak Terjadi Kampanye Hitam

“Awalnya disuruh lihat-lihat dulu baru coba-coba latihan,” kenangnya.

Singkat cerita, Gilang pun tertarik. Apalagi ad aiming-iming bakal mendapat bonus besar bila berprestasi. Dia pun jadi termotivasi mendengar itu.

“Setiap hari saya berlatih dengan giat sampai diikutkan suatu kejuaraan,” cerita alumnus SMP Pawyatan Dhaha ini.

Pengalaman pertamanya itu adalah kejuaraan daerah yang berlangsung di Blitar. Gilang harus menghadapi atlet-atlet dari berbagai penjuru Jawa Timur. Sayang, langkah awal itu tak berakhir dengan manis.

“Penampilan pertama kali kalah. Karena masih grogi. Tapi setelah itu semangat saya menggebu waktu mengamati atlet lain tampil,” ucapnya.

Tekad besarnya itu terbukti setelah dia mengikuti berbagai  kejuaraan. Pertama kali mendapat medali memang hanya perunggu. Tapi setelah itu medali demi medali dia koleksi. Termasuk 21 medali emas.

Bagi Gilang, semua prestasi itu jelas membanggakan. Apalagi bisa mengharumkan nama daerahnya, Kota Kediri. Sang ayah pun menjadi sangat bangga pula. Setiap kali kejuaraan hingga luar Jawa Timur pun, sang ayah selalu ikut. Memberikan semangat dan dukungan secara langsung.

Kini, setelah pensiun sebagai atlet Gilang harus bekerja keras untuk bertahan hidup. Terlebih ia bersama kakaknya menjadi tulang punggung keluarga. Menghidupi ibu dan dua  adiknya. Meskipun, dia tidak benar-benar pensiun dari dunia angkat besi. Dia direkrut mantan pelatihnya untuk membantu melatih.

“Pagi sampai siang ngrumat sapi dan kambing, sore pukul 15.00 sampai 18.30 melatih. Alhamdulillah bayarannya bisa untuk tambahan kebutuhan sehari-hari,” ucapnya. Ada senyum lebar ketika dia mengucapkan itu. (fud)

 

 

Dulu, kekuatannya mengangkut dua karung rumput jadi alasan terjun ke dunia angkat besi. Kini, setelah pensiun, dia kembali bergelut dengan tanaman liar itu. Menjadi pencari pakan bagi ternak tetangganya.

Hari sudah beranjak siang. Tapi matahari seperti enggan muncul. Sinarnya teduh tertutup mendung. Padahal, jarum jam sudah menunjuk di angka satu. Pertanda sudah lewat tengah hari.

Di bawah terik mentari yang meredup itu, seorang pemuda terlihat memikul satu karung penuh rumput. Berjaket hitam dan bercelana pendek merah, dia berjalan menuju satu kandang yang terletak di persawahan Kelurahan Dandangan, Kecamatan Kota.

“Untuk makan dua sapi dan tujuh kambing,” jelas pemuda 23 tahun ini menjelaskan kegunaan rumput yang dia bawa, setelah dia menurunkan bawaannya itu di samping kandang.

Nama pemuda kekar itu adalah Gilang Bagus Wibowo. Meskipun yang mencarikan rumput, dia bukanlah pemilik dari hewan-hewan ternak itu.

“Hanya merawat dan mencarikan rumput. Kandang ini milik tetangga saya,” sambung anak kedua dari empat bersaudara ini. 

Badan Gilang-demikian dia biasa disapa-sangat atletis. Tubuh yang tidak mungkin dibentuk dengan hanya gerakan saat mencari rumput saja. Tapi dari hasil olahraga dan latihan yang harus rutin. Dan memang benar, pemuda ini adalah mantan atlet olahraga. Tepatnya, atlet angkat besi.

Sayang, karirnya berhenti pada 2019 lalu. Penyebabnya, batasan usia. Agar bisa terjun ke pekan olahraga provinsi (porprov), tak bisa lebih dari 21 tahun. Karena tak bisa menembus tingkat nasional, akhirnya karir olahraga yang ditekuninya sejak kelas 3 SMP itupun tamat.

Baca Juga :  Mengintip Keseharian Dhito Pramana, sang Bupati Termuda

Ironisnya, setelah pensiun Gilang juga kesulitan mendapat pekerjaan. Akhirnya, demi menyambung hidup dia harus menjadi pencari rumput ternak milik teman yang tak jauh dari rumahnya.

“Sejak kecil terbiasa membantu bapak cari rumput, jadi sudah tidak kaget lagi,” ucapnya. Senyum kecil tersembul ketika dia mengatakan hal itu.

Tentu, perjalanan nasib Gilang itu boleh disayangkan. Pasalnya, ketika dia masih aktif jadi atlet angkat besi, puluhan medali sudah dia dapatkan. Semuanya untuk harumnya nama daerah yang dia bela, Kota Kediri.

Total, selama tujuh tahun menggeluti olahraga perkasa ini, ia sudah mengoleksi 21 medali emas enam perak, dan empat perunggu. Bonus pun mengalir dari prestasi itu. Yang dia kumpulkan dan gunakan untuk membeli rumah. Rumah sederhana di tengah salah satu gang di Kelurahan Dandangan itu jadi satu-satunya barang berharga yang dia peroleh dari angkat besi.

“Alhamdulillah dari bonus sudah bisa beli rumah untuk tempat tinggal ibuk, dua adik, dan kakak saya,” akunya, sembari menambahkan bahwa sang ayah sudah meninggal dunia sejak setahun lalu.

Ada yang ironi dari perjalanan hidup Gilang. Awal perkenalannya dengan angkat besi juga dari aktivitas mencari rumput. Sejak kecil, dia memang rajin membantu orang tua. Ke sawah maupun mencari rumput untuk ternak piaraan sang ayah.

Suatu saat, ketika dia duduk di kelas 3 SMP, ada teman ayahnya yang datang berkunjung. Saat itu, teman ayahnya itu  melihat dirinya dengan enteng memikul sekarung penuh rumput. Ternyata, tamu itu adalah seorang pelatih angkat besi. Merasa tertarik dengan kekuatan Gilang, dia menawari menjadi atlet angkat besi.  

Baca Juga :  Maling Apes, Maling Ngenes

“Awalnya disuruh lihat-lihat dulu baru coba-coba latihan,” kenangnya.

Singkat cerita, Gilang pun tertarik. Apalagi ad aiming-iming bakal mendapat bonus besar bila berprestasi. Dia pun jadi termotivasi mendengar itu.

“Setiap hari saya berlatih dengan giat sampai diikutkan suatu kejuaraan,” cerita alumnus SMP Pawyatan Dhaha ini.

Pengalaman pertamanya itu adalah kejuaraan daerah yang berlangsung di Blitar. Gilang harus menghadapi atlet-atlet dari berbagai penjuru Jawa Timur. Sayang, langkah awal itu tak berakhir dengan manis.

“Penampilan pertama kali kalah. Karena masih grogi. Tapi setelah itu semangat saya menggebu waktu mengamati atlet lain tampil,” ucapnya.

Tekad besarnya itu terbukti setelah dia mengikuti berbagai  kejuaraan. Pertama kali mendapat medali memang hanya perunggu. Tapi setelah itu medali demi medali dia koleksi. Termasuk 21 medali emas.

Bagi Gilang, semua prestasi itu jelas membanggakan. Apalagi bisa mengharumkan nama daerahnya, Kota Kediri. Sang ayah pun menjadi sangat bangga pula. Setiap kali kejuaraan hingga luar Jawa Timur pun, sang ayah selalu ikut. Memberikan semangat dan dukungan secara langsung.

Kini, setelah pensiun sebagai atlet Gilang harus bekerja keras untuk bertahan hidup. Terlebih ia bersama kakaknya menjadi tulang punggung keluarga. Menghidupi ibu dan dua  adiknya. Meskipun, dia tidak benar-benar pensiun dari dunia angkat besi. Dia direkrut mantan pelatihnya untuk membantu melatih.

“Pagi sampai siang ngrumat sapi dan kambing, sore pukul 15.00 sampai 18.30 melatih. Alhamdulillah bayarannya bisa untuk tambahan kebutuhan sehari-hari,” ucapnya. Ada senyum lebar ketika dia mengucapkan itu. (fud)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/