22.5 C
Kediri
Sunday, May 28, 2023

Wimba Sutan, dari Pemain ke Asisten Pelatih Porprov Kota Kediri

Pengalamnnya di lapangan hijau sudah tak terbilang. Dua puluh dua tahun mengocek si kulit bulat. Kini, dia bagikan pengalamannya itu untuk kemajuan sepak bola Kediri.

IQBAL SYAHRONI, Kota, JP Radar Kediri

Panas matahari memayungi Stadion Brawijaya Kota Kediri.  Teriknya menusuk sampai ke tubuh pemain yang saling mengejar di lapangan. Sebelas pemuda asli Kota Kediri menghadapi tim cadangan Persik. Melakukan uji coba.

Kedua tim punya tujuan berbeda. Tim Porprov Kota Kediri menguji kesiapan mereka. Sedangkan second team Macan Putih ingin menyeimbangkan porsi latihan. Sembari “mengajari” para penggawa Kota Kediri yang akan berlaga di Pra-Porprov Jatim Juni nanti.

Titel boleh uji coba. Toh, semangat kedua kubu menggebu-gebu. Benturan keras kerap terjadi. Teriakan protes dan penyemangat juga terus terdengar. Baik dari sang pelatih Persik Divaldo Alves maupun  dari bench sebelah yang dihuni  pelatih Porprov Kota Kediri dan pemain cadangannya.

Ada sosok yang ikut berpanas-panasan di bench tim porprov. Mengenakan tracksuit hitam, lengkap dengan topi, di berdiri dengan tatapan tajam ke lapanga. Tangannya sendakep-terlipat di dada-namun terus memberikan arahan dan semangat ke pemainnya.

Bagi publik bola Kediri, wajahnya sudah tak asing. Karena pernah membela Persik. Dia adalah Wimba Sutan.

“Sekarang mbantu coach Alfiyat saja di Porprov, Mas,” ujarnya.

Wimba terus berdiri berpanas-panasan selama 2×45 menit uji coba itu.

Baca Juga :  Kejurda Drumband Buka Rangkaian Perayaan Hari Santri di Kabupaten Kediri

Semangatnya patut diacungi jempol. Lelaki asal Desa Karangrejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri itu harusnya masih bisa bermain sepak bola sebagai pemain. Usianya masih 36 tahun. Namun ia lebih memilih melatih tim Porprov Kota Kediri. Sebagai asisten pelatih.

“Niat saya di sini karena ingin membantu headcoach Alfiyat. Beliau memercayai saya untuk membantu meracik tim Porprov Kota Kediri. Saya lakukan semaksimal saya,” aku Wimba.

Salah satu alasan menerima tawaran itu adalah,  dia ingin lebih dekat dengan keluarga. Waktu 22 tahun berkelana menjadi pemain sepak bola ingin dia tebus. Saat itu dia berpindah-pindah mulai klub Sumatera, Sulawesi, sampai Jawa. Bertanding pun sudah pasti dari Sabang sampai Merauke juga.

“Ini mungkin waktunya transisi dan saya rasa sekarang sudah saatnya membagi apa yang saya dapatkan dari bermain (sepak bola) ke pemain muda,” dalih Wimba.

Modalnya melatih bukan kaleng-kaleng. Dia memegang lsensi pelatih C AFC sejak 2020. Hasil pelatihan untuk calon pelatih di Bali yang diadakan oleh PSSI dan Kemenpora. Wimba terpilih untuk mengikuti uji lisensi tersebut dan berhasil lolos.

Ini memang bukan pengalaman pertamanya melatih. Pada 2015, saat aktif menjadi pemain-saat PSSI dibekukan FIFA-ia menghabiskan waktu melatih tim di desanya. Mengikuti kompetisi internal. “Alhamdulillah, itu desa saya (Karangrejo,Red) bisa lolos menjadi empat besar di antara SSB. Hanya tim saya yang dari desa dan (pemainnya) warga desa,” kata lelaki berkepala gundul ini.

Baca Juga :  Bowo Wicaksono, Polisi yang Mengedukasi Siswa dengan Wayang

Setelah FIFA mencabut pembekuan PSSI, Wimba kembali bermain. Pada 2017 memperkuat Persik. Tim terakhir yang ia bela sebelum Liga diberhentikan.

Sebenarnya, ada tawaran gernah dari Jaya Hartono dan Budiardjo Thalib. Namun ia lebih memilih untuk meneruskan melatih dan dekat dengan keluarga. “Saya dihubungi itu dengan coach Budi, dia bilang, ah apaan kamu, tiap saya ajak nggak pernah mau.  Saya ya minta maaf dan nggak enak mau nolak. Tapi coach (Budi) paham alasan saya,” cerita Wimba sambil tersenyum.

Ya, dua alasan itu yang dipegang erat saat ini. Dekat dengan keluarga dan mengembangkan sepak bola daerah yang membesarkannya. Dua hal yang jadiprioritas utamanya saat ini.

Wimba adalah pemain yang menjadi unsung hero pilihan suporter. Karena berperan apik menjadi super-sub di Liga 2 musim 2019-2020. Yang membawa Persik menjadi juara Liga 2 sekaligus lolos ke Liga 1.

Kini dirinya ingin berbagi seluruh pengalamannya. Langkah pertamanya menjadi asisten pelatih di Porprov Kota Kediri adalah untuk meloloskan Kota Kediri ke Pra-Porprov Jatim. Sebelum terjun ke Porprov Jatim pertengahan tahun ini.

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.

Pengalamnnya di lapangan hijau sudah tak terbilang. Dua puluh dua tahun mengocek si kulit bulat. Kini, dia bagikan pengalamannya itu untuk kemajuan sepak bola Kediri.

IQBAL SYAHRONI, Kota, JP Radar Kediri

Panas matahari memayungi Stadion Brawijaya Kota Kediri.  Teriknya menusuk sampai ke tubuh pemain yang saling mengejar di lapangan. Sebelas pemuda asli Kota Kediri menghadapi tim cadangan Persik. Melakukan uji coba.

Kedua tim punya tujuan berbeda. Tim Porprov Kota Kediri menguji kesiapan mereka. Sedangkan second team Macan Putih ingin menyeimbangkan porsi latihan. Sembari “mengajari” para penggawa Kota Kediri yang akan berlaga di Pra-Porprov Jatim Juni nanti.

Titel boleh uji coba. Toh, semangat kedua kubu menggebu-gebu. Benturan keras kerap terjadi. Teriakan protes dan penyemangat juga terus terdengar. Baik dari sang pelatih Persik Divaldo Alves maupun  dari bench sebelah yang dihuni  pelatih Porprov Kota Kediri dan pemain cadangannya.

Ada sosok yang ikut berpanas-panasan di bench tim porprov. Mengenakan tracksuit hitam, lengkap dengan topi, di berdiri dengan tatapan tajam ke lapanga. Tangannya sendakep-terlipat di dada-namun terus memberikan arahan dan semangat ke pemainnya.

Bagi publik bola Kediri, wajahnya sudah tak asing. Karena pernah membela Persik. Dia adalah Wimba Sutan.

“Sekarang mbantu coach Alfiyat saja di Porprov, Mas,” ujarnya.

Wimba terus berdiri berpanas-panasan selama 2×45 menit uji coba itu.

Baca Juga :  Nabighael Anggrek, Murid SD yang Berjuang Lawan Leukemia

Semangatnya patut diacungi jempol. Lelaki asal Desa Karangrejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri itu harusnya masih bisa bermain sepak bola sebagai pemain. Usianya masih 36 tahun. Namun ia lebih memilih melatih tim Porprov Kota Kediri. Sebagai asisten pelatih.

“Niat saya di sini karena ingin membantu headcoach Alfiyat. Beliau memercayai saya untuk membantu meracik tim Porprov Kota Kediri. Saya lakukan semaksimal saya,” aku Wimba.

Salah satu alasan menerima tawaran itu adalah,  dia ingin lebih dekat dengan keluarga. Waktu 22 tahun berkelana menjadi pemain sepak bola ingin dia tebus. Saat itu dia berpindah-pindah mulai klub Sumatera, Sulawesi, sampai Jawa. Bertanding pun sudah pasti dari Sabang sampai Merauke juga.

“Ini mungkin waktunya transisi dan saya rasa sekarang sudah saatnya membagi apa yang saya dapatkan dari bermain (sepak bola) ke pemain muda,” dalih Wimba.

Modalnya melatih bukan kaleng-kaleng. Dia memegang lsensi pelatih C AFC sejak 2020. Hasil pelatihan untuk calon pelatih di Bali yang diadakan oleh PSSI dan Kemenpora. Wimba terpilih untuk mengikuti uji lisensi tersebut dan berhasil lolos.

Ini memang bukan pengalaman pertamanya melatih. Pada 2015, saat aktif menjadi pemain-saat PSSI dibekukan FIFA-ia menghabiskan waktu melatih tim di desanya. Mengikuti kompetisi internal. “Alhamdulillah, itu desa saya (Karangrejo,Red) bisa lolos menjadi empat besar di antara SSB. Hanya tim saya yang dari desa dan (pemainnya) warga desa,” kata lelaki berkepala gundul ini.

Baca Juga :  Ribuan Kambing dan Sapi Belum Divaksin

Setelah FIFA mencabut pembekuan PSSI, Wimba kembali bermain. Pada 2017 memperkuat Persik. Tim terakhir yang ia bela sebelum Liga diberhentikan.

Sebenarnya, ada tawaran gernah dari Jaya Hartono dan Budiardjo Thalib. Namun ia lebih memilih untuk meneruskan melatih dan dekat dengan keluarga. “Saya dihubungi itu dengan coach Budi, dia bilang, ah apaan kamu, tiap saya ajak nggak pernah mau.  Saya ya minta maaf dan nggak enak mau nolak. Tapi coach (Budi) paham alasan saya,” cerita Wimba sambil tersenyum.

Ya, dua alasan itu yang dipegang erat saat ini. Dekat dengan keluarga dan mengembangkan sepak bola daerah yang membesarkannya. Dua hal yang jadiprioritas utamanya saat ini.

Wimba adalah pemain yang menjadi unsung hero pilihan suporter. Karena berperan apik menjadi super-sub di Liga 2 musim 2019-2020. Yang membawa Persik menjadi juara Liga 2 sekaligus lolos ke Liga 1.

Kini dirinya ingin berbagi seluruh pengalamannya. Langkah pertamanya menjadi asisten pelatih di Porprov Kota Kediri adalah untuk meloloskan Kota Kediri ke Pra-Porprov Jatim. Sebelum terjun ke Porprov Jatim pertengahan tahun ini.

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/