Seperti apa bahagia itu? Beberapa orang yang menjadi subjek survei kecil Jawa Pos Radar Kediri memberikan jawaban yang bervariasi. Meskipun, secara umum, mereka menyebutkan bahwa tinggal di Kota Kediri memiliki beberapa faktor penunjang bahagia itu. Meskipun, tidak semuanya.
Mujianto misalnya. Lelaki 60 tahun warga Lingkungan Ngletih, Kecamatan Pesantren ini menegaskan, bahagia itu harus lahir batin. Secara lahir, ukurannya adalah memilki pekerjaan. Dan, di Kota Kediri belum sepenuhnya memenuhi hal tersebut.
“Lapangan pekerjaan masih sulit. Apalagi bagi orang yang sudah tua. Seperti pabrik Gudang Garam itu saja tiap tahunnya berapa karyawan yang di PHK?” ujarnya, sambil menyebut predikat kota bahagia belum layak disematkan ke Kota Kediri.
Hal senada dikatakan Kariyadi, 57, warga Lingkungan Kleco, Desa Jamsaren, Kecamatan Pesantren. Mantan pensiunan Pabrik Gula Pesantren ini menilai bahagia dengan punya pekerjaan tetap dan ketenangan hidup. Semenjak pensiun, ia kini bekerja sebagai buruh harian lepas. Sedangkan istrinya yang bekerja di perusahaan rokok terancam pengurangan karyawan. Namun dia mengaku mensyukuri yang dimiliki saat ini.
“Kalau penat main ke luar. Untung di Kediri banyak tamannya. Bisa jadi tujuan saat jenuh. Biar tidak tegang menghadapi masalah hidup,” akunya.
Yulia Anggraini, 44, warga Kelurahan Setonopande, Kecamatan Kota, mengeluhkan birokrasi berbelit ketika mengurus basis data terpadu (BDT) untuk mendapatkan kartu Indonesia pintar (KIP). “Mengajukan BDT untuk mendaftar KIP tak bisa-bisa,” keluhnya.
Hal serupa diakui Mulisa, 34, warga Pandean, Kelurahan Setonopande, Kecamatan Kota. “Sudah daftar BDT tapi belum dapat. Katanya masih proses,” jelasnya.
Tak semuanya merasa kecewa dengan program pemerintah. Sebagian lagi puas pada layanan kesehatan. Karena mendapatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS).
“Ketika istri melahirkan pelayanannya ramah, pembayarannya juga tidak dipersulit,” jelas Mulianto, 39, warga Perumahan Indah Permai Gading, Rejomulyo.
Soal hubungan sosial, beberapa warga yang ditanya mengaku tak ada masalah. Kerukunan selalu terjaga. “Alhamdulillah, semua tetangga baik,” ucap Sri Yani, 50, warga Kelurahan Lirboyo, yang juga diamini oleh Tommi, 46, dari Kelurahan Mojoroto.
Namun, ketika ditanya soal penghasilan, Tommi mengaku masih belum puas karena tidak sesuai yang diharapkan. “Aslinya ya kurang. Tapi ya dipas-pasne (dicukup-cukupkan, Red),” ungkapnya.
Meski dari survei memberikan pendapat yang berbeda-beda, namun secara keseluruhan menyatakan senang tinggal di Kota Kediri. Mereka juga mengungkapkan bahwa Kota Kediri adalah tempat yang aman dan nyaman. “Alhamdulillah senang, nyaman,” ungkap Lastri dengan memberikan senyumnya.
Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.