29.2 C
Kediri
Thursday, March 23, 2023

Ketika ASN Pemkot Kediri Belajar Baca Alquran di Tengah Kesibukan

- Advertisement -

Di tengah kesibukannya, para ASN ini menyempatkan diri mengaji. Membenahi bacaan Alqurannya. Yang selama ini dianggap benar ternyata masih ada salahnya. 

Suara orang melantunkan ayat-ayat Alquran terdengar sayup di kejauhan. Asalnya dari Masjid Al Binaa’i, yang berada di lingkungan Balai Kota Kediri. Beberapa perempuan duduk bersila. Sebagian lagi bersimpuh. Satu dampar, meja pendek untuk meletakkan Alquran, berada di depan mereka.

Para wanita yang sebagian belum melepas mukenanya karena usak salat Dhuhur itu menyimak dua pria yang ada di depan mereka. Yang memberi contoh bacaan Alquran, serta menjelaskannya.

“Hari ini kita akan bahas hukum nun mati bertemu huruf ikfa’,” ucap Nur Kolis, salah seorang dari dua pria itu. Lelaki ini adalah anggota takmir masjid, yang Selasa (14/3) itu mendapat giliran mengajari para aparatur sipil negara (ASN) belajar membaca Alquran. Satu lagi yang menjadi guru adalah Muhammad Zainuddin, yang juga anggota takmir.

Memang, setiap Selasa, usai salah Duhur, para ASN menyempatkan mengaji membaca Alquran. Bukan sedakar membaca tapi yang baik dan benar. Termasuk dalam urusan tajwidnya.

- Advertisement -

Metode yang digunakan adalah metode Usmani. “Ini salah satu metode yang mudah. Biasanya memakai baca Iqra’ tapi kami menggunakan Usmani karena metode ini tergolong baru,” terang Nur Kolis, sebelum memulai mengajar.

Kali ini mereka belajar cara membaca ikfa’ haqiqi. Menurut Nur Kolis, mengetahui bacaan ikhfa’ haqiqi sangat penting saat melantunkan Alquran. Jika tidak maka akan banyak kesalahan saat membaca. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab wajibnya menuntut ilmu atau mempelajari ilmu tajwid.

Baca Juga :  Bupati Marhaen Djumadi Lantik Tujuh Kepala OPD di Pendapa

Para jemaah yang kemarin didominasi perempuan itu menyimak dengan seksama yang diajarkan sang guru ngaji. Terutama saat Nur Kolis menyebutkan 15 huruf ikhfa’. Yaitu ta’, tsa’, jim, dal, dzal, za’, sin, syin, shod, dhod, tho’, fa’, qof, dan khaf.

“Huruf ikhfa’ ada 15. Jika nun mati atau tanwin bertemu 15 huruf ini maka harus disamarkan bacaannya, ” jelasnya.

Ia mencontohkan nun mati bertemu ta’. Karena itu bacaan nun harus dibaca mendengung. “Kung…tum, ang…da..dan,” suara jemaah menirukan Nur Kolis.

Sekitar satu jam berlalu, kegiatan rutinan para ASN pun usai. Ditutup degan doa majelis. Setelah itu semuanya bergegas melanjutkan aktivitas rutin. Larut dalam kesibukannya masing-masing.

Salah seorang jamaah, Herwin Zakiyah, mengaku senang dengan kegiatan belajar mengaji bersama ini. Membuat bacaan Alqurannya semakin lama semakin baik. Menurutnya, selama ini rata-rata jemaah yang ikut sudah bisa membaca Alquran. Namun bacaannya kurang tepat.

“Seperti baca kalimat Allah, bacanya kan ujung lidah harus menyentuh langit-langit mulut,” ujarnya sambil mencontohkan. “Bukan Awwoh tapi Allah…,” ujar perempuan yang juga Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan Pemkot ini.

Baca Juga :  Polsek Kediri Ingatkan Jemaah Salat Tarawih Patuhi Prokes

Kegiatan belajar mengaji bersama ini ternyata dicetuskan oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Ferry Jatmiko. Sebagai ketua takmir Masjid Al-Binaa’I, ia tak ingin suasana masjid sepi. Oleh karena itu, dengan kegiatan belajar mengaji bersama ini ia ingin suasana masjid lebih hidup.

“Kegiatan ini sudah sejak September lalu. Karena sebelumnya saya waktu di dishub juga sudah menggelar kegiatan ini, jadi saya ingin meneruskan. Supaya masjid juga lebih hidup. Suasananya jadi adem dan khidmat,” ujar Ferry.

Pria yang tinggal di Desa Doko, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri ini ingin jemaah Masjid Al Binaa’i istiqomah. Meskipun di tengah-tengah kesibukan para pegawai pemkot tapi masih menyempatkan untuk ibadah.

“Kami memilih metode usmani karena rangkaian materinya yang mudah untuk digunakan membaca Alquran bagi semua kalangan,” terangnya.

Namun, kegiatan rutinan belajar mengaji tiap hari Selasa ini menurut Ferry sifatnya tidak memaksa. Hanya bagi pegawai pemkot yang mau dan niat untuk belajar.

“Ibadah itu kan tidak boleh dipaksa, harus dari hati. Jadi harapannya kegiatan ini bisa istikomah karena tidak semua orang bisa melakukannya karena berat,” tuturnya.

 

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.

- Advertisement -

Di tengah kesibukannya, para ASN ini menyempatkan diri mengaji. Membenahi bacaan Alqurannya. Yang selama ini dianggap benar ternyata masih ada salahnya. 

Suara orang melantunkan ayat-ayat Alquran terdengar sayup di kejauhan. Asalnya dari Masjid Al Binaa’i, yang berada di lingkungan Balai Kota Kediri. Beberapa perempuan duduk bersila. Sebagian lagi bersimpuh. Satu dampar, meja pendek untuk meletakkan Alquran, berada di depan mereka.

Para wanita yang sebagian belum melepas mukenanya karena usak salat Dhuhur itu menyimak dua pria yang ada di depan mereka. Yang memberi contoh bacaan Alquran, serta menjelaskannya.

“Hari ini kita akan bahas hukum nun mati bertemu huruf ikfa’,” ucap Nur Kolis, salah seorang dari dua pria itu. Lelaki ini adalah anggota takmir masjid, yang Selasa (14/3) itu mendapat giliran mengajari para aparatur sipil negara (ASN) belajar membaca Alquran. Satu lagi yang menjadi guru adalah Muhammad Zainuddin, yang juga anggota takmir.

Memang, setiap Selasa, usai salah Duhur, para ASN menyempatkan mengaji membaca Alquran. Bukan sedakar membaca tapi yang baik dan benar. Termasuk dalam urusan tajwidnya.

Metode yang digunakan adalah metode Usmani. “Ini salah satu metode yang mudah. Biasanya memakai baca Iqra’ tapi kami menggunakan Usmani karena metode ini tergolong baru,” terang Nur Kolis, sebelum memulai mengajar.

Kali ini mereka belajar cara membaca ikfa’ haqiqi. Menurut Nur Kolis, mengetahui bacaan ikhfa’ haqiqi sangat penting saat melantunkan Alquran. Jika tidak maka akan banyak kesalahan saat membaca. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab wajibnya menuntut ilmu atau mempelajari ilmu tajwid.

Baca Juga :  Menikmati Camping Ground Hidden Paradise di Joho, Semen

Para jemaah yang kemarin didominasi perempuan itu menyimak dengan seksama yang diajarkan sang guru ngaji. Terutama saat Nur Kolis menyebutkan 15 huruf ikhfa’. Yaitu ta’, tsa’, jim, dal, dzal, za’, sin, syin, shod, dhod, tho’, fa’, qof, dan khaf.

“Huruf ikhfa’ ada 15. Jika nun mati atau tanwin bertemu 15 huruf ini maka harus disamarkan bacaannya, ” jelasnya.

Ia mencontohkan nun mati bertemu ta’. Karena itu bacaan nun harus dibaca mendengung. “Kung…tum, ang…da..dan,” suara jemaah menirukan Nur Kolis.

Sekitar satu jam berlalu, kegiatan rutinan para ASN pun usai. Ditutup degan doa majelis. Setelah itu semuanya bergegas melanjutkan aktivitas rutin. Larut dalam kesibukannya masing-masing.

Salah seorang jamaah, Herwin Zakiyah, mengaku senang dengan kegiatan belajar mengaji bersama ini. Membuat bacaan Alqurannya semakin lama semakin baik. Menurutnya, selama ini rata-rata jemaah yang ikut sudah bisa membaca Alquran. Namun bacaannya kurang tepat.

“Seperti baca kalimat Allah, bacanya kan ujung lidah harus menyentuh langit-langit mulut,” ujarnya sambil mencontohkan. “Bukan Awwoh tapi Allah…,” ujar perempuan yang juga Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan Pemkot ini.

Baca Juga :  Baru Tertimpa Pohon, Pedagang di Pintu Masuk Ubalan Nekat Jualan Lagi

Kegiatan belajar mengaji bersama ini ternyata dicetuskan oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Ferry Jatmiko. Sebagai ketua takmir Masjid Al-Binaa’I, ia tak ingin suasana masjid sepi. Oleh karena itu, dengan kegiatan belajar mengaji bersama ini ia ingin suasana masjid lebih hidup.

“Kegiatan ini sudah sejak September lalu. Karena sebelumnya saya waktu di dishub juga sudah menggelar kegiatan ini, jadi saya ingin meneruskan. Supaya masjid juga lebih hidup. Suasananya jadi adem dan khidmat,” ujar Ferry.

Pria yang tinggal di Desa Doko, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri ini ingin jemaah Masjid Al Binaa’i istiqomah. Meskipun di tengah-tengah kesibukan para pegawai pemkot tapi masih menyempatkan untuk ibadah.

“Kami memilih metode usmani karena rangkaian materinya yang mudah untuk digunakan membaca Alquran bagi semua kalangan,” terangnya.

Namun, kegiatan rutinan belajar mengaji tiap hari Selasa ini menurut Ferry sifatnya tidak memaksa. Hanya bagi pegawai pemkot yang mau dan niat untuk belajar.

“Ibadah itu kan tidak boleh dipaksa, harus dari hati. Jadi harapannya kegiatan ini bisa istikomah karena tidak semua orang bisa melakukannya karena berat,” tuturnya.

 

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.

Artikel Terkait

Most Read


Artikel Terbaru

/