23.6 C
Kediri
Wednesday, June 7, 2023

Memaknai Pamenang dari Konsep Trimatra

Konsep nama Pamenang bukan berdasar teks sejarah. Lebih berdasar pada teks sastra. Karena itu, perlu dicari rujukannya agar tidak terjebak pada pembenaran sesuatu yang salah.

Pamenang di wilayah Kecamatan Ngasem. Itulah salah satu konsep yang hampir disetujui terkait pencarian ibu kota Kabupaten Kediri. Meskipun, belum diparipurnakan namun berdasar hasil kajian akademis, nama Pamenang yang paling banyak didukung masyarakat.

Toh, dalam diskusi bertema ‘Menimbang Ibu Kota Kabupaten’ yang digelar Jawa Pos Radar Kediri (JPRI) Selasa (23/3) di Ruang Pamenang, Kantor Pemkab Kediri, ada ‘perlawanan’ dari peserta. Yang menyebut kata pamenang tak memiliki dasar sejarah serta etimologi bahasa Jawa kuno.

“Dari tempat saja, Pamenang itu tak ada di Kabupaten Kediri. Yang ada adalah (Desa) Menang. Lokasinya di Kecamatan Pagu,” ucap penggiat komunitas budaya Eling Handarbeni Hangrungkepi Upaya Madya (Edhum) Kediri Achmad Zainal Fachris.

Sang penggiat sejarah dan budaya ini menyebut, menjadi pusat daerah harus memiliki sisi yang ikonik. Contohnya adalah Jalan Dhoho di Kota Kediri. Dari sisi sejarah, kata Dhoho juga lebih ikoni dan nyambung.

Baca Juga :  Bripda Yolla dan Bripda Illa, Polwan Penyelam Polres Kediri

“Kalau orang bicara Kediri maka yang terlintas adalah Dhoho. Dari sejarahnya juga (ada) Dahanapura yang merupakan sebutan lain dari Kediri,” urainya.

“Sekarang yang di kota, dibuat nama Jalan. Menjadi seperti penanda, Dhoho ada di mana,” lanjutnya.

Sementara, Pamenang belum pernah ada sebelumnya di wilayah Kabupaten Kediri. Dia kemudian melontarkan pertanyaan, apakah nanti akan dibangun jalan baru dengan nama Pamenang? Atau, dijadikan dasar agar bisa sah menjadi nama satu wilayah?

Menurut Fachris, kata pamenang atau mamenang, berasal dari produk teksus sastra. Bukan sumber faktual seperti prasasti. Berbeda dengan Menang, kata ini sudah digunakan sebagai penanda lokasi. Menjadi nama salah satu desa di Kecamatan Pagu.

“Makanya ini (pemilihan kata pamenang, Red) juga harus diluruskan. Apabila disambungkan dengan semangat menang, itu bagus,” ujarnya.

Baca Juga :  Pemuda Inspiratif Beradu Program

Bila dikait-kaitkan, bisa jadi ada hubungan antara pamenang dengan panjalu jayati. Setidaknya dari sisi semangat. Jayati berarti menang. “Berarti Pamenang bisa diartikan Panjalu Menang, ini bila dihubungkan dari sisi semangatnya,” ujar lelaki yang juga guru MAN 2 Kota Kediri ini.

Pendapat lain disampaikan Rektor Universitas Nusantara PGRI (UNP) Kediri Zainal Afandi. Menurutnya, mengartikan pamenang sebagai kata harus mempertimbangkan konsep trimatra. Yaitu mempertimbangkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.

“Kalau dalam konteksnya masa kini, Pamenang itu mungkin bisa diterima,” ujarnya.

Sementara apabila dilihat dari masa lampau, usulan nama ibu kota Kabupaten Kediri itu lebih tepat seperti Panjalu atau Dahanapura. Karena erat dengan pemerintahan kerajaan di masa lampau. Sedangkan di masa depan, Pamenang juga diharapkan berarti semangat masyarakat untuk menang. Seperti yang dijelaskan beberapa kali dalam diskusi.(syi/fud)

Konsep nama Pamenang bukan berdasar teks sejarah. Lebih berdasar pada teks sastra. Karena itu, perlu dicari rujukannya agar tidak terjebak pada pembenaran sesuatu yang salah.

Pamenang di wilayah Kecamatan Ngasem. Itulah salah satu konsep yang hampir disetujui terkait pencarian ibu kota Kabupaten Kediri. Meskipun, belum diparipurnakan namun berdasar hasil kajian akademis, nama Pamenang yang paling banyak didukung masyarakat.

Toh, dalam diskusi bertema ‘Menimbang Ibu Kota Kabupaten’ yang digelar Jawa Pos Radar Kediri (JPRI) Selasa (23/3) di Ruang Pamenang, Kantor Pemkab Kediri, ada ‘perlawanan’ dari peserta. Yang menyebut kata pamenang tak memiliki dasar sejarah serta etimologi bahasa Jawa kuno.

“Dari tempat saja, Pamenang itu tak ada di Kabupaten Kediri. Yang ada adalah (Desa) Menang. Lokasinya di Kecamatan Pagu,” ucap penggiat komunitas budaya Eling Handarbeni Hangrungkepi Upaya Madya (Edhum) Kediri Achmad Zainal Fachris.

Sang penggiat sejarah dan budaya ini menyebut, menjadi pusat daerah harus memiliki sisi yang ikonik. Contohnya adalah Jalan Dhoho di Kota Kediri. Dari sisi sejarah, kata Dhoho juga lebih ikoni dan nyambung.

Baca Juga :  Pemuda Inspiratif Beradu Program

“Kalau orang bicara Kediri maka yang terlintas adalah Dhoho. Dari sejarahnya juga (ada) Dahanapura yang merupakan sebutan lain dari Kediri,” urainya.

“Sekarang yang di kota, dibuat nama Jalan. Menjadi seperti penanda, Dhoho ada di mana,” lanjutnya.

Sementara, Pamenang belum pernah ada sebelumnya di wilayah Kabupaten Kediri. Dia kemudian melontarkan pertanyaan, apakah nanti akan dibangun jalan baru dengan nama Pamenang? Atau, dijadikan dasar agar bisa sah menjadi nama satu wilayah?

Menurut Fachris, kata pamenang atau mamenang, berasal dari produk teksus sastra. Bukan sumber faktual seperti prasasti. Berbeda dengan Menang, kata ini sudah digunakan sebagai penanda lokasi. Menjadi nama salah satu desa di Kecamatan Pagu.

“Makanya ini (pemilihan kata pamenang, Red) juga harus diluruskan. Apabila disambungkan dengan semangat menang, itu bagus,” ujarnya.

Baca Juga :  Gema Bayu Smata, Wadah Siswa Pecinta Karawitan di SMAN 3 Nganjuk

Bila dikait-kaitkan, bisa jadi ada hubungan antara pamenang dengan panjalu jayati. Setidaknya dari sisi semangat. Jayati berarti menang. “Berarti Pamenang bisa diartikan Panjalu Menang, ini bila dihubungkan dari sisi semangatnya,” ujar lelaki yang juga guru MAN 2 Kota Kediri ini.

Pendapat lain disampaikan Rektor Universitas Nusantara PGRI (UNP) Kediri Zainal Afandi. Menurutnya, mengartikan pamenang sebagai kata harus mempertimbangkan konsep trimatra. Yaitu mempertimbangkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.

“Kalau dalam konteksnya masa kini, Pamenang itu mungkin bisa diterima,” ujarnya.

Sementara apabila dilihat dari masa lampau, usulan nama ibu kota Kabupaten Kediri itu lebih tepat seperti Panjalu atau Dahanapura. Karena erat dengan pemerintahan kerajaan di masa lampau. Sedangkan di masa depan, Pamenang juga diharapkan berarti semangat masyarakat untuk menang. Seperti yang dijelaskan beberapa kali dalam diskusi.(syi/fud)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/