Hari Lahan Basah Sedunia yang jatuh kemarin (2/2) layak dirayakan warga Kediri. Sebab, meskipun tidak luas, Bumi Panjalu memiliki lahan semacam itu. Dan, mampu menghasilkan kemakmuran bagi penduduknya.
Bila ditinjau dari sisi geografis, Kabupaten Kediri adalah daerah pegunungan. Wilayah ini tak berbatasan dengan laut sama sekali. Hanya sungai besar yang menjulur dari dari selatan. Membelahnya jadi dua wilayah besar, Kediri barat dan timur Sungai Brantas.
Di sebagian wilayah itu, terutama timur sungai, beberapa tempat terdapat lahan basah. Baik yang berupa rawa hingga riparian, daerah perpaduan antara sungai dan daratan.
Secara teori lahan basah, terutama yang berupa rawa, sulit menjadi tanah produktif. Terutama untuk pertanian. Namun, di Bumi Panjalu ini, kendala itu mampu teratasi. Mampu menjadi lahan pertanian atau perikanan yang menghasilkan.
Setidaknya, ada tiga kecamatan di Kabupaten Kediri yang memiliki lahan basah seperti ini. Kecamatan Badas, Plosoklaten, dan Gampengrejo. Di Kecamatan Badas, tempat-tempat itu tersebar di tiga desa. Canggu, Krecek, dan Lamong. Sedangkan di Plosoklaten ada di Desa Pranggang dan Punjul. Satu lagi adalah Desa Putih di Kecamatan Gampengrejo.
Karekter di Kecamatan Badas dan Plosoklaten hampir sama. Bisa disebut lahan basah riparian. Misalnya di Desa Canggu, semua lahan pertaniannya disulap menjadi kolam. Luasnya lahannya lebih dari 100 hektare.
“Jumlah petani yang tergabung di Kelompok Tani Perikanan ada 92 orang. Belum lagi yang tidak masuk kelompok tani, jumlahnya lebih dari 100 orang,” terang M. Azam Bakhor Zaidi, salah seorang petani di desa tersebut.
Pria yang dengan sapaan Azam itu mengaku, warga di desanya telah lama memanfaatkan bonus geografi itu. Meskipun sempat pasang surut, pemanfaatan lahan pertanian di desanya kini lebih mantap pada budidaya ikan. Semua petaninya fokus budidaya ikan. Mulai yang hias hingga untuk kebutuhan konsumsi.
“Dulu masih ada selingan tanaman hortikulturanya, sekarang sudah tidak ada lagi,” terang pria 25 tahun ini.
Azam tergolong pionir anak muda yang menerjuni dunia perikanan. Kini, mereka yang masih berusia belasan tahun juga banyak yang terjun ke sawah. Menjadi petani ikan. Dengan membawa serta keunggulannya, lebih melek teknologi. Yang bisa menjadi jembatan bagi petani tua yang kebanyakan gagap pada kemajuan teknologi.
Penambahan jumlah anak muda yang bertani ikan itu bahkan melebihi generasi tua. Satu berbanding dua. Yakni satu orang tua dan dua anak muda.
“Regenerasinya sangat bagus. Kini obrolan warung kopi anak-anak mudanya sudah mulai bahas jenis-jenis ikan,” ucapnya.
Banyaknya anak muda yang menjadi petani menjadi modal untuk pandataan lahan pertanian di kawasan Badas. Azam, yang tergabung dalam kelompok pembudidaya Ikan Hias Canggu (IHC), mengklaim meningkatnya minat anak itu membuat kebutuhan lahan meningkat.
“Saat ini sudah mulai ekspansi lahan ke desa lain,” akunya.
Setiap kali ekspansi, yang dicari adalah lahan basah. Yang aliran airnya lancar dan sehat untuk perikanan. “Lokasi sawahnya selalu terisi air dan tidak kenal musim,” lanjut Azam.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Kediri Nurhafid membenarkan potensi lahan basah di kawasan Badas cocok untuk perikanan. Khususnya untuk pembibitan ikan konsumsi dan ikan hias.
“Yang menyerupai kawasan Badas itu ya Plosoklaten, di Desa Punjul dan Desa Pranggang,” lanjutnya.
Di Kecamatan Plosoklaten itu lebih banyak petani ikan koi. Lahan basah yang dimanfaatkan untuk perikanan juga lebih dari satu hektare.
Adapun di Desa Putih Kecamatan Gampengrejo, lahan basah masuk sebagai kawasan bekas rawa. Yang setiap kali musim hujan selalu terendam air. Sementara bila kemarau, baru bisa ditanami padi.
Hal itu menyebabkan warga desa ini tak bisa memelihara ikan seperti di Kecamatan Badas maupun Plosoklaten. Yang bisa dilakukan saat itu adalah menunggu lahan kering agar bisa bertanam padi. Sedangkan bila banjir, lahan dibiarkan kosong.
Dalam perkembangannya, pemerintah desa (pemdes) setempat menerapkan program mina padi. Memanfaakan lahan yang tergenang untuk memelihara ikan selain bertanam padi ketika sudah memungkinkan.
“Alhamdulillah sekarang sudah menghasilkan,” aku Kades Putih Basori.
Terpisah Plt Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Anang Widodo memastikan bila lahan basah berupa rawa yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian hanya ada di Desa Putih, Gampengrejo. “Di desa dan kecamatan lainnya tidak ada,” terang Anang.
Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.