29.3 C
Kediri
Sunday, May 28, 2023

SMAN 2 Pare Jadi Penyaji Terbaik Festival Jaranan Jawa, Anggotanya Anak Ekstra

Mayoritas para penampil ini nol pengalaman. Persiapannya pun sangat mepet. Tapi, mereka berhasil menjadi penyaji terbaik di kelompok SMA sederajat.

Yoga Achmad Subagyo harus berpikir keras. Guru SMAN 2 Pare itu punya waktu mepet untuk mempersiapkan tim yang akan ikut Festival Jaranan Jawa. Hanya dua minggu sebelum hari pelaksanaan.

Belum lagi kendala para penari anggota tim. Nyaris tidak ada yang berlatar belakang ekstra-kurikuler tari. Nol pengalaman. Bahkan, ada anggota yang ikut ekstra-kurikulernya bertolak belakang dengan seni tari.

(Foto: Habiibah A. Muktiara)

“Mereka sebelumnya malah ikut ekstra-kurikuler olahraga. Ada yang futsal, ada yang voli,” kata guru berusia 27 tahun ini.

Tapi, kondisi yang kontras itu ternyata membawa berkah. Meskipun tak punya pengalaman sebagai penari tim yang dia bentuk ternyata tampil maksimal saat festival. Menjadi salah satu penyaji terbaik.

Semua itu tak lepas dari motivasi tinggi anggota tim. Menurut alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta ini, semua anggota tim sangat antusias.

“Ketika saya mengumumkan di sekolah kalau ada event ini, langsung mereka yang antusias,” sebut guru seni budaya sekaligus pelatih esktra tari itu.

Salah satu anggota tim SMAN 2 Pare adalah Reehan Pandu Priambadha. Yang mengaku suka jaranan karena sering nonton. “Biasanya suka lihat pertunjukan jaranan. Nah, ini pingin ngerasain gimana rasanya kalau aku yang jadi pemain jaranan,” ujarnya beralasan.

Baca Juga :  Bedah Buku Pu Gajah Mada, Menyibak Pembelokan Sejarah Era Kolonial (2)

Selain Reehan, ada lima orang lagi anggota tim dari sekolah ini. Mereka adalah Moh. Nur Sarwani, Bintang Putra Pamungkas, Muhammad Davin Dava, Andrean Falentino, dan Muhamad Daffa Prasetyo. Kekompakan mereka yang mengantar jadi penyaji terbaik.

Pesimisme serupa juga dirasakan pelatih SMK Negeri 1 Semen. Seluruh anggota tim berlatar belakar teknik komputer dan jaringan (TKJ). Persiapan pun mepet, hanya 12 hari.

“Sebagai pelatih saya sempat pesimistis dengan masalah kekompakan tim,” aku Yoga Suryo Prayogo, sang pelatih.

Seiring berjalannya waktu, motivasi anggota tim benar-benar meninggi. Enam anggota tim-Rafael Aprilyan, M. Wahyu Candrawanto, Moch. Syafi’i Putra,   Dadang Ariyanto, Noval Rifa Bima, dan Agil Bagaskoro-kian kompak. Yang berujung bisa menjadi penyaji terbaik.

(Foto: Habiibah A. Muktiara)

Soal pesimistis bukan monopoli kedua pelatih di atas. Ashef Robiansyah, pelatih SMKN 1 Kras, juga merasakan serupa. Meskipun anak didiknya memiliki segudang pengalaman dalam menarikan jaranan Jawa. Salah seorang di antaranya bahkan menjadikan jaranan Jawa sebagai mata pencaharian.

Menariknya, ketika geladi menjelang lomba, penampilan mereka amburadul. “Geladi sempat morat-marit. Merasa gak ada harapan. Jadinya untuk melatih formasi dengan mencoret-coret tanah (menggambar formasi, Red). Karena kalau dibuat gerakan pasti kacau,” jelas pria 17 tahun itu.

Hebatnya, saat tampil di festival, pesimisme itu termentahkan. Sebaliknya, Ardhana Rangga, Eka Dwi Putra, Ficky Nai’ru Hakiki, Abdul Qhoni, dan Ahmad Deni Irawan berhasil menjadi penyaji terbaik juga.

Baca Juga :  Hujan Deras, Pohon Sepatu Dea Timpa Mobil

Selain tiga sekolah itu, ada dua lagi yang menjadi penyaji terbaik. Yang juga mengalami berbagai kendala saat latihan. Khususnya terkait singkatnya waktu. Selain itu juga karena banyak yang mulai dari nol. Ataupun bila pernah menari jaranan tapi kontemporer, bukan jaranan Jawa.

“Kami latihannya hanya satu minggu.  Teman-teman juga beberapa kali ada yang tidak hadir. Jadi besoknya harus terus mengulang,” aku Yudhita Putri Hapsari pelatih tim tari SMK PGRI 1 Kota Kediri. Tim sekolah ini terdiri dari Dafino Rangga, Aghna Mahendra, Meydakdo Agung Wicaksono, Mohammad Wahyu, Alvian Choirunisa Farhan, dan Alfian Putra Pratama.

Kemudian, ada SMK Karya Wates. Inilah satu-satunya sekolah swasta yang mengikuti Festival Jaranan Jawa. Dan, tim yang beranggotakan Ival Fransisco, Rendi Dwi Ramadhani, Adi Nur Cahyono, Faris Yulio, dan Ferdino mampu membuktikan diri.

“Saya tidak menyangka bisa menjadi penyaji terbaik. Karena kami berangkat dari sekolah swasta satu-satunya di Kabupaten Kediri yang mengikuti festival ini,” aku Stevana Debby Maulena, sang pelatih.

 

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.

Mayoritas para penampil ini nol pengalaman. Persiapannya pun sangat mepet. Tapi, mereka berhasil menjadi penyaji terbaik di kelompok SMA sederajat.

Yoga Achmad Subagyo harus berpikir keras. Guru SMAN 2 Pare itu punya waktu mepet untuk mempersiapkan tim yang akan ikut Festival Jaranan Jawa. Hanya dua minggu sebelum hari pelaksanaan.

Belum lagi kendala para penari anggota tim. Nyaris tidak ada yang berlatar belakang ekstra-kurikuler tari. Nol pengalaman. Bahkan, ada anggota yang ikut ekstra-kurikulernya bertolak belakang dengan seni tari.

(Foto: Habiibah A. Muktiara)

“Mereka sebelumnya malah ikut ekstra-kurikuler olahraga. Ada yang futsal, ada yang voli,” kata guru berusia 27 tahun ini.

Tapi, kondisi yang kontras itu ternyata membawa berkah. Meskipun tak punya pengalaman sebagai penari tim yang dia bentuk ternyata tampil maksimal saat festival. Menjadi salah satu penyaji terbaik.

Semua itu tak lepas dari motivasi tinggi anggota tim. Menurut alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta ini, semua anggota tim sangat antusias.

“Ketika saya mengumumkan di sekolah kalau ada event ini, langsung mereka yang antusias,” sebut guru seni budaya sekaligus pelatih esktra tari itu.

Salah satu anggota tim SMAN 2 Pare adalah Reehan Pandu Priambadha. Yang mengaku suka jaranan karena sering nonton. “Biasanya suka lihat pertunjukan jaranan. Nah, ini pingin ngerasain gimana rasanya kalau aku yang jadi pemain jaranan,” ujarnya beralasan.

Baca Juga :  Bedah Buku Pu Gajah Mada, Menyibak Pembelokan Sejarah Era Kolonial (3)

Selain Reehan, ada lima orang lagi anggota tim dari sekolah ini. Mereka adalah Moh. Nur Sarwani, Bintang Putra Pamungkas, Muhammad Davin Dava, Andrean Falentino, dan Muhamad Daffa Prasetyo. Kekompakan mereka yang mengantar jadi penyaji terbaik.

Pesimisme serupa juga dirasakan pelatih SMK Negeri 1 Semen. Seluruh anggota tim berlatar belakar teknik komputer dan jaringan (TKJ). Persiapan pun mepet, hanya 12 hari.

“Sebagai pelatih saya sempat pesimistis dengan masalah kekompakan tim,” aku Yoga Suryo Prayogo, sang pelatih.

Seiring berjalannya waktu, motivasi anggota tim benar-benar meninggi. Enam anggota tim-Rafael Aprilyan, M. Wahyu Candrawanto, Moch. Syafi’i Putra,   Dadang Ariyanto, Noval Rifa Bima, dan Agil Bagaskoro-kian kompak. Yang berujung bisa menjadi penyaji terbaik.

(Foto: Habiibah A. Muktiara)

Soal pesimistis bukan monopoli kedua pelatih di atas. Ashef Robiansyah, pelatih SMKN 1 Kras, juga merasakan serupa. Meskipun anak didiknya memiliki segudang pengalaman dalam menarikan jaranan Jawa. Salah seorang di antaranya bahkan menjadikan jaranan Jawa sebagai mata pencaharian.

Menariknya, ketika geladi menjelang lomba, penampilan mereka amburadul. “Geladi sempat morat-marit. Merasa gak ada harapan. Jadinya untuk melatih formasi dengan mencoret-coret tanah (menggambar formasi, Red). Karena kalau dibuat gerakan pasti kacau,” jelas pria 17 tahun itu.

Hebatnya, saat tampil di festival, pesimisme itu termentahkan. Sebaliknya, Ardhana Rangga, Eka Dwi Putra, Ficky Nai’ru Hakiki, Abdul Qhoni, dan Ahmad Deni Irawan berhasil menjadi penyaji terbaik juga.

Baca Juga :  Dilengkapi Sensor untuk Mendeteksi Tekanan Roda

Selain tiga sekolah itu, ada dua lagi yang menjadi penyaji terbaik. Yang juga mengalami berbagai kendala saat latihan. Khususnya terkait singkatnya waktu. Selain itu juga karena banyak yang mulai dari nol. Ataupun bila pernah menari jaranan tapi kontemporer, bukan jaranan Jawa.

“Kami latihannya hanya satu minggu.  Teman-teman juga beberapa kali ada yang tidak hadir. Jadi besoknya harus terus mengulang,” aku Yudhita Putri Hapsari pelatih tim tari SMK PGRI 1 Kota Kediri. Tim sekolah ini terdiri dari Dafino Rangga, Aghna Mahendra, Meydakdo Agung Wicaksono, Mohammad Wahyu, Alvian Choirunisa Farhan, dan Alfian Putra Pratama.

Kemudian, ada SMK Karya Wates. Inilah satu-satunya sekolah swasta yang mengikuti Festival Jaranan Jawa. Dan, tim yang beranggotakan Ival Fransisco, Rendi Dwi Ramadhani, Adi Nur Cahyono, Faris Yulio, dan Ferdino mampu membuktikan diri.

“Saya tidak menyangka bisa menjadi penyaji terbaik. Karena kami berangkat dari sekolah swasta satu-satunya di Kabupaten Kediri yang mengikuti festival ini,” aku Stevana Debby Maulena, sang pelatih.

 

 

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/