KOTA, JP Radar Kediri – Harga telur ayam melambung! Bila beberapa pekan lalu petani yang kebingungan karena harganya nyaris di bawah Rp 15 ribu per kilogramnya, kini giliran konsumen yang mulai mengeluh. Di pasaran telur ayam sudah mencapai kisaran Rp 24 ribu per kilogram.
Meskipun harga naik sedrastis itu, pemerintah menganggap situasinya masih terkendali. Harga seperti itu dianggap wajar.
“Harga telur ini mahal jika sudah mencapai Rp 25 ribu per kilogram,” sebut Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Dinas Perdagangan dan Industri Ani Sumartini ketika dikonfirmasi kemarin.
Selain itu, menurut Ani, kenaikan harga juga terjadi karena mekanisme pasar. Yaitu terjadinya peningkatan jumlah permintaan. Peningkatan permintaan ini disebabkan mulai menggeliatnya perekonomian. Terutama di industri kecil dan menengah. Seiring dengan membaiknya level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Kota Kediri.
“Karena pasar IKM dan UKM seperti pembuatan kue mulai berjalan. Sehingga permintaan (telur) meningkat,” jelasnya.
Selain faktor permintaan, penyebab lainnya adalah harga pakan. Kenaikan harga pakan akhirnya berpengaruh pada nilai jual telur-telur oleh peternak.
Meskipun menganggap harga telur masih wajar, Ani mengatakan pihak disperdagin terus memantau kondisi tersebut. Mereka juga telah menyiapkan skema pasar murah. Namun, pasar murah itu tak melulu untuk mengantisipasi kenaikan harga telur saja. Melainkan untuk menahan gejolak kenaikan harga-harga kebutuhan pokok.
Rencananya, pasar murah akan diadakan sebelum Natal dan Tahun Baru (Nataru). Di pasar murah itu disperdagin tak hanya menjual telur. Juga minyak goreng hingga gula. Penyediaan minyak goreng akan bekerja sama dengan pasar modern.
Sementara itu, harga telur di pasaran memang terus menunjukkan peningkatan. Kondisi ini ibarat rebound dari keterpurukan harga yang berlangsung selama tiga bulan sebelumnya. Bahkan, Oktober lalu komoditas telur menjadi salah satu penghambat laju inflasi akibat penurunannya yang mencapai 3,91 persen.
“Harga telur sekarang sekitar Rp 23 hingga Rp 24 ribu (per kilogram),” terang Sri Widiarti, pedagang telur di Pasar Setonobetek.
Perempuan yang kerap dipanggil Wiwit ini menjelaskan sebelum mengalami kenaikan harga telur dijual Rp 17 ribu per kilogramnya. Namun memasuki awal November, harga telur perlahan mengalami kenaikan. Setiap harinya naik mulai Rp 3 hingga Rp 4 ribu.
Terkait penjualan, dibandingkan ketika harga turun, justru mengalami peningkatan ketika naik. Jika sebelumnya dalam satu hari lima kilogram, kini menjadi 10 kilogram. “Nanti semakin menjelang hari Natal dan Tahun Baru kadang permintaan akan semakin naik,” imbuhnya.
Naiknya harga telur ini membuat konsumennya yang mengeluh. Kebanyakan pembeli yang mengeluh ini ibu rumah tangga. (ara/fud)