Usaha pembuatan sabun cucinya sempat jaya. Punya dua karyawan. Namun, malang tak dapat ditolak, kecelakaan membuat bisnis yang dibangunnya dari nol itupun runtuh.
Mochamad Ansori, 38, duduk santai menunggui salah satu stan di Pameran UMKM Jadoel di kawasan Monumen Simpang Lima Gumul (SLG). Senyumnya mengembang. Meskipun tak habis, produk yang dia pamerkan sebagian telah terjual.
“Saya bawa lima dus ke pameran ini. Laku dua dus,” ucap warga Desa Badas, Kecamatan Badas ini.
Ya, pameran yang berlangsung tiga hari itu menjadi momentum bagi dirinya untuk bangkit. Berusaha membuat dan menjual lagi produk sabun cuci buatannya. Yang dulu sempat melejit. Sebelum akhirnya kembali ‘layu’ setelah dia mengalami kecelakaan.
Ya, Agustus tahun lalu Ansori terpaksa berhenti menjalankan bisnisnya lantaran kecelakaan. Cedera kaki kanannya membuatnya tak bisa beraktivitas. Praktis, lebih dari lima bulan dia tak bisa bekerja. Tak bisa memproduksi sabun cuci. Semua waktunya hanya digunakan untuk proses pemulihan.
“Ketabrak dari belakang saat naik motor,” terang pria yang memiliki dua anak tersebut menceritakan penyebab petaka yang menimpa dirinya.
Sebelum kecelakaan, Ansori tak hanya membuat sabun cuci piring. Tapi juga produk lain yang masih terkait dengan ‘persoalan belakang’ itu. Yaitu parfum laundry dan sabun cuci baju. Perkembangan bisnisnya juga menggiurkan. Produknya diterima di pasar beberapa wilayah. Tak hanya di Kediri, pesanan datang dari Malang, Jombang, hingga Lamongan.
Dalam satu bulan, omzet yang didapatkan juga besar. Bisa mencapai 10 juta rupiah per bulan. Sayang, ketika tengah di ‘puncak’ itu Ansori mendapatkan musibah tersebut. Dia pun terpaksa menganggur selama masa pemulihan luka.
Setelah sembuh dia pun mencoba lagi membangun bisnis lamanya. “Januari nyoba produksi parfum laundry,” tutur pria tujuh bersaudara ini.
Setelah itu, Februari lalu dia datangi seorang pegawai kecamatan. Menyarankan agar kembali memproduksi sabun cuci piring. Produk tersebut akan diikutkan dalam Gelar Pameran UMKM Jadoel yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Kediri.
“Saya bikin 15 dus. Yang saya bawa ke pameran 5 dus, lakunya 2 dus,” papar Ansori.
Pria tersebut kemudian menjelaskan bahwa dia masih ingin terus meneruskan bisnis yang sudah dirintisnya sejak 2021. Dia tidak ingin bisnisnya berhenti begitu saja, di saat rumah produksinya sudah ditata sedemikian rupa.
Saat ini dia mengaku bahwa kendala utama yang dialami untuk mengembangkan bisnisnya adalah modal. Tabungannya semakin menipis lantaran berhenti produksi. Sehingga dia tidak bisa menerima pesanan dalam jumlah yang besar tanpa adanya down payment atau uang muka.
“Bisa mulai tapi ya nggak banyak,” akunya.
Kecelakaan yang menimpanya memang menjadi tantangan utama dalam perjalanan bisnisnya. Pria yang sempat memiliki dua karyawan tersebut mengaku bahwa selama berhenti produksi. Dia hanya mengandalkan pemasukan dari stok produk yang tersisa. Selain dari uang tersebut, dia tak memiliki pendapatan lainnya.
“Sekarang sudah pulih, jadi ya ini lanjut lagi. Kalau usahanya besarkan bisa bermanfaat untuk warga sekitar,” ujar Ansori.
Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.