24.3 C
Kediri
Wednesday, May 31, 2023

Pembeli Daging Peduli Murah, Tak Peduli Asal

Daging sapi mempunyai peran besar dalam konteks ketahanan pangan nasional. Seperti halnya dengan komoditas susu ataupun daging unggas, daging sapi menjadi salah satu komoditas sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan tubuh manusia untuk kesehatan dan pertumbuhan.

Sayangnya, pengetahuan masyarakat tentang daging yang sehat, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi masih rendah. Umumnya masyarakat tidak tahu dan sebagian lagi tidak mau tahu apakah daging yang dibelinya berasal dari mata rantai proses penyediaan daging yang menjamin keamanannya.

“Banyak dari mereka berpikir hanya mendapatkan daging yang murah tanpa peduli apakah daging yang dibelinya aman,” kata drh Pujiono.

Ketika ada wabah yang menyerang sapi, pembeli langsung berspekulasi. Menduga bahwa daging yang dijual di pasaran berasal dari sapi yang terjangkit PMK.

Baca Juga :  Petani Terpaksa Panen Dini Tanaman Jagung

Menurut sang dokter hewan, daging yang beredar di pasar setiap harinya tentunya memiliki kualitas yang sangat bervariatif. Daging yang diperjualbelikan di pasar tradisional ada yang berasal dari pemotongan sendiri oleh jagal di rumah. Ada pula yang dari tempat penjagalan milik pemerintah.

“Membuat kualitas daging yang dihasilkan beragam. Jadi, seharusnya tak hanya waspada PMK tapi juga tentang kualitas dagingnya,” ingat drh Puji.

Ironisnya, tingkat pembelian komoditas daging sapi di pasar tradisional Kota Kediri justru menurun saat ini. Padahal momentumnya adalah menjelang Hari Raya Idul Adha. Penyebabnya apalagi kalau bukan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Sehingga berdampak pada penjualan daging sapi. Bahkan penurunan pembelian daging sapi tersebut mencapai lebih dari 50 persen.

Baca Juga :  PT KAI Sudah Buka Pemesanan Tiket Libur Nataru

Elis Setyoningsih salah satu pedagang daging sapi di pasar Pahing menjelaskan untuk menyiasati agar tidak mengalami kerugian saat wabah PMK, ia harus mengurangi stok daging. Biasanya bisa stok hingga ratusan kilogram. “Ya biasanya saya bisa sampai 300 kilogram per hari, sekarang hanya 100 kilogram saja,” terangnya.

Dia tidak bisa menyetok daging sapi dalam jumlah banyak saat kondisi pembeli sepi seperti ini. Pasalnya daging sapi yang ditimbun terlalu lama akan menyebabkan kualitas daging menurun.

“Nanti kalau dagingnya kualitasnya jelek saya dikomplain. Dikira jual daging PMK,” ujar perempuan berambut lurus itu.






Reporter: Ilmidza Amalia Nadzira

Daging sapi mempunyai peran besar dalam konteks ketahanan pangan nasional. Seperti halnya dengan komoditas susu ataupun daging unggas, daging sapi menjadi salah satu komoditas sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan tubuh manusia untuk kesehatan dan pertumbuhan.

Sayangnya, pengetahuan masyarakat tentang daging yang sehat, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi masih rendah. Umumnya masyarakat tidak tahu dan sebagian lagi tidak mau tahu apakah daging yang dibelinya berasal dari mata rantai proses penyediaan daging yang menjamin keamanannya.

“Banyak dari mereka berpikir hanya mendapatkan daging yang murah tanpa peduli apakah daging yang dibelinya aman,” kata drh Pujiono.

Ketika ada wabah yang menyerang sapi, pembeli langsung berspekulasi. Menduga bahwa daging yang dijual di pasaran berasal dari sapi yang terjangkit PMK.

Baca Juga :  Pemprov Jatim Perbaiki Drainase, Pemkab Kediri Bangun Jalan

Menurut sang dokter hewan, daging yang beredar di pasar setiap harinya tentunya memiliki kualitas yang sangat bervariatif. Daging yang diperjualbelikan di pasar tradisional ada yang berasal dari pemotongan sendiri oleh jagal di rumah. Ada pula yang dari tempat penjagalan milik pemerintah.

“Membuat kualitas daging yang dihasilkan beragam. Jadi, seharusnya tak hanya waspada PMK tapi juga tentang kualitas dagingnya,” ingat drh Puji.

Ironisnya, tingkat pembelian komoditas daging sapi di pasar tradisional Kota Kediri justru menurun saat ini. Padahal momentumnya adalah menjelang Hari Raya Idul Adha. Penyebabnya apalagi kalau bukan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Sehingga berdampak pada penjualan daging sapi. Bahkan penurunan pembelian daging sapi tersebut mencapai lebih dari 50 persen.

Baca Juga :  Rohit Chand, Box to Box Player Macan Putih

Elis Setyoningsih salah satu pedagang daging sapi di pasar Pahing menjelaskan untuk menyiasati agar tidak mengalami kerugian saat wabah PMK, ia harus mengurangi stok daging. Biasanya bisa stok hingga ratusan kilogram. “Ya biasanya saya bisa sampai 300 kilogram per hari, sekarang hanya 100 kilogram saja,” terangnya.

Dia tidak bisa menyetok daging sapi dalam jumlah banyak saat kondisi pembeli sepi seperti ini. Pasalnya daging sapi yang ditimbun terlalu lama akan menyebabkan kualitas daging menurun.

“Nanti kalau dagingnya kualitasnya jelek saya dikomplain. Dikira jual daging PMK,” ujar perempuan berambut lurus itu.






Reporter: Ilmidza Amalia Nadzira

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/