KOTA, JP Radar Kediri – Harga gabah kering di tingkat petani memang anjlok. Namun, harga yang terbentuk saat ini masih di atas harga yang dipatok pemerintah. Artinya, harga gabah kering tersebut dianggap masih tinggi.
Saat ini, harga gabah kering (HGK) berkisar Rp 5.500 per kilogram. Padahal, sebelumnya mencapai Rp 6.400 per kilogram. Penurunan ini, disinyalir, karena petani mulai memasuki masa panen. Sehingga stok gabah melimpah. Karena itulah, petani mulai waswas dengan kondisi ini. Takut bila harga terus turun hingga di bawah Rp 5 ribu.
Meskipun demikian, harga tersebut ternyata masih di atas harga pokok pemerintah (HPP). Karena itulah, meskipun harga anjlok tapi Badan Urusan Logistik (Bulog) masih sulit melakukan penyerapan.
“Berdasarkan ketetapan Badan Pangan Nasional, HPP gabah kering panen itu Rp 4.650. Sedangkan untuk beras HPP Rp 9 ribu. Jadi, kalau dari petani segitu (Rp 5.500, Red), masih jauh. Masih tinggi,” aku Kepala Bulog Kediri Heri Sulistyo ketika dikonfirmasi kemarin.
Faktor HPP itulah yang membuat Bulog sulit melakukan penyerapan. Meskipun di sisi lain tingginya harga gabah kering menguntungkan petani, namun mereka mengaku harus berpatokan pada peraturan pemerintah.
“Karena kami harus berpatokan dengan ketentuan. Jadi, sering kalah dengan pedagang beras swasta yang berani membeli dengan harga lebih tinggi,” akunya.
Sebenarnya, hingga saat ini serapan Bulog terhadap gabah dan beras petani masih jauh dari target. Karena itulah, perusahaan milik pemerintah ini terus berupaya memaksimalkannya. Khususnya untuk menyerap beras lokal. Termasuk memanfaatkan momentum panen raya yang diperkirakan jatuh minggu keempat bulan ini.
Menurut Heri, panen raya menjadi momentum mereka menyerap beras sebanyak-banyaknya. Sehingga kebutuhan gudang dapat terpenuhi hingga masa paceklik. “Serapan kami sejauh ini masih jauh dari target. Baru 310 ton untuk kebutuhan stok 25 ribu ton dalam setahun. Jadi akan kami maksimalkan dari beras lokal setidaknya selama masa panen Maret hingga Mei ini,” terangnya ketika ditemui di kantornya kemarin.
Sementara itu, dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kabupaten Kediri Tutik Purwaningsih menegaskan akan menerapkan sejumlah kebijakan terkait persoalan ini. Sebagai upaya mencegah kenaikan harga gabah di tingkat petani. Pun dengan memaksimalkan penyerapan panen raya tahun ini. Salah satunya adalah menghentikan sementara operasi pasar (OP) komoditas beras yang selama ini diproyeksikan berjalan hingga Ramadan.
“Kami juga menawarkan ke petani atau kelompok tani untuk menjual beras mereka sendiri di lokasi OP kemarin. Akan kami fasilitasi asalkan harganya tetap mengacu HET, Rp 9.400 – Rp 9.500 per kilo,” terang Tutik seraya menyebutkan wilayah Purwoasri dan Plemahan sebagai lokasi percobaan.
Selain itu, petani juga diimbau menjual gabah mereka ke Bulog. Tujuannya, kata Tutik, untuk mempersingkat alur distribusi dari petani ke konsumen. Sehingga, harga beras bisa tetap stabil.
“Kami beri pemahaman kepada petani untuk bersama-sama memutus rantai tengkulak,” tegas Tutik.(c4/fud)
Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Kediri, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Kediri”. Caranya klik link join telegramradarkediri. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.