Boscu memegangi wajahnya. Memar, mata, dan pipinya bengkak. Mulutnya juga lecet. Makan tidak enak. Tidur pun tak nyenyak. Makan sate, bukannya nikmat.Yang ada hanya nyut-nyut. Karena luka yang dialaminya sangat parah. Maklum, Boscu asal Kecamatan Rejoso ini baru saja dikeroyok pemuda. Pukulan dan tendangan mendarat telak di mukanya. Bahkan, sekujur tubuhnya juga tak luput dari sasaran. “Sakit semua,” keluh Boscu.
Yang lebih sakit ternyata bukan luka fisik yang dialami Boscu. Dia merasa sakit hati. Karena dia dikeroyok tanpa mengetahui alasan pengeroyok. Dia juga merasa tidak berbuat salah. Boscu tak menyakiti siapa pun. Baik lewat perkataan, tulisan, maupun perbuatan. Karena itu, saat dikeroyok, Boscu kebingungan.
Lebih parahnya lagi, ternyata yang mengeroyok adalah tetangganya sendiri. Dan, ternyata sang tetangga juga tidak tahu. Mereka baru mengetahui jika korban yang dikeroyok itu Boscu setelah korbannya babak belur. “Loh kok kamu Boscu?” tanya pengeroyok.
Alasan malam hari dan salah sasaran akhirnya disampaikan. Mereka juga meminta maaf kepada Boscu. Karena mereka sebenarnya ingin mengeroyok pemuda yang menantang duel di media sosial. Namun, karena tidak mengenal pemuda tersebut. Kemudian, Boscu memiliki ciri-ciri yang mirip dengan pemuda itu. Ditambah kondisi malam yang gelap, akhirnya saat Boscu melintas, mereka langsung mengeroyok.
Karena babak belur, Boscu tidak terima. Dia memilih menempuh jalur hukum. Pengeroyoknya dilaporkan ke polisi. Tentu saja tidak sulit bagi polisi meringkusnya. Karena identitas pengeroyok dengan mudah diketahui. Maklum, tetangga Boscu sendiri. Biyuh-Biyuh.
Saat ini, pengeroyok Boscu langsung dijebloskan ke tahanan. Ironisnya, pelakunya ternyata tidak hanya pria dewasa. Namun, anak-anak juga ikut menghajar Boscu. “Semoga mereka jera,” harap Boscu sambil meringis kesakitan.