22.5 C
Kediri
Sunday, May 28, 2023

Uang Rp 62 Juta Melayang, Anak Menghilang

Mbak Sri menangis semalaman. Dia tidak mau dihibur atau didekati Boscu. Padahal, Boscu adalah suami tercintanya. Namun, Mbak Sri merasa sakit hati kepada Boscu. “Gara-gara kamu. Anakku minggat,” ujar Mbak Sri sambil menangis.

Memang di mulut Mbak Sri menyalahkan Boscu. Namun dalam hati, dia sebenarnya juga mendukung langkah Boscu untuk membuat sang anak jera. Karena perbuatan buah hati mereka sudah terlewat batas. Sang anak berani mencuri uang Boscu. Tidak hanya Rp 100 ribu atau Rp 1 juta. Tapi, Rp 62 juta.

Padahal, uang Boscu itu sudah disimpan di bank. Sayang, dia tidak menyembunyikan nomor PIN. Sehingga, anaknya mengetahui. Saat dompet Boscu tertinggal di celana panjang yang digantung, sang anak mengambil dompetnya. Kemudian, kartu ATM sang ayah dicuri.

Baca Juga :  Tertangkap karena Jago Berkokok di Kamar

Saat itulah, uang di ATM dikuras sang anak. Dia membawa kartu ATM ke mesin ATM. Kemudian, mentransfer uang Rp 62 juta ke rekeningnya. Sehingga, dalam sekejap uang di ATM Boscu berpindah rekening.

Setelah sukses menjalankan aksinya, sang anak mengembalikan kartu ATM ke dompet Boscu. Hal itu sama sekali tidak disadari Boscu. Baru keesokan harinya, saat Boscu berencana mengambil uang di mesin ATM, dia kaget. Uang di rekeningnya sudah ludes. Awalnya, dia menduga ada kesalahan di bank atau mungkin ada hacker.

Lalu, Boscu mengecek rekening ke bank. Ternyata, uang Rp 62 juta ditransfer ke rekening anaknya. Pelakunya adalah anaknya sendiri. Agar anaknya jera, Boscu melaporkan anaknya ke polisi.

Baca Juga :  Teler, Boscu Terjatuh dari Motor

Mengetahui ayahnya lapor polisi, anak Boscu langsung kabur. Dia menghilang. Bagai ditelan bumi. Teman-temannya tidak ada yang mengetahui. Keluarganya juga  tidak ada yang tahu. Nomor handphonenya tidak bisa dihubungi. Akibatnya, Mbak Sri kebingungan. Dia menangis semalaman. Menyalahkan dirinya sendiri, menyalahkan suaminya, dan menyalahkan anaknya. Semua terlihat salah di matanya. Karena bagaimanapun, anak itu adalah anugerah dari Tuhan. Dia sangat menyayanginya. Sama sebenarnya apa yang dirasakan Boscu. Dia juga sedih sekali. Boscu menempuh jalur hukum bukan karena ingin melihat anaknya dipenjara. Namun, dia ingin anaknya jera. Sehingga, tidak melakukan tindak kejahatan dan merugikan orang lain.






Reporter: Karen Wibi

Mbak Sri menangis semalaman. Dia tidak mau dihibur atau didekati Boscu. Padahal, Boscu adalah suami tercintanya. Namun, Mbak Sri merasa sakit hati kepada Boscu. “Gara-gara kamu. Anakku minggat,” ujar Mbak Sri sambil menangis.

Memang di mulut Mbak Sri menyalahkan Boscu. Namun dalam hati, dia sebenarnya juga mendukung langkah Boscu untuk membuat sang anak jera. Karena perbuatan buah hati mereka sudah terlewat batas. Sang anak berani mencuri uang Boscu. Tidak hanya Rp 100 ribu atau Rp 1 juta. Tapi, Rp 62 juta.

Padahal, uang Boscu itu sudah disimpan di bank. Sayang, dia tidak menyembunyikan nomor PIN. Sehingga, anaknya mengetahui. Saat dompet Boscu tertinggal di celana panjang yang digantung, sang anak mengambil dompetnya. Kemudian, kartu ATM sang ayah dicuri.

Baca Juga :  Ini Daftar 13 Desa di Nganjuk yang Belum Appraisal Dampak Tol Kediri-Kertosono

Saat itulah, uang di ATM dikuras sang anak. Dia membawa kartu ATM ke mesin ATM. Kemudian, mentransfer uang Rp 62 juta ke rekeningnya. Sehingga, dalam sekejap uang di ATM Boscu berpindah rekening.

Setelah sukses menjalankan aksinya, sang anak mengembalikan kartu ATM ke dompet Boscu. Hal itu sama sekali tidak disadari Boscu. Baru keesokan harinya, saat Boscu berencana mengambil uang di mesin ATM, dia kaget. Uang di rekeningnya sudah ludes. Awalnya, dia menduga ada kesalahan di bank atau mungkin ada hacker.

Lalu, Boscu mengecek rekening ke bank. Ternyata, uang Rp 62 juta ditransfer ke rekening anaknya. Pelakunya adalah anaknya sendiri. Agar anaknya jera, Boscu melaporkan anaknya ke polisi.

Baca Juga :  Gempa Kediri Terasa Sampai Nganjuk

Mengetahui ayahnya lapor polisi, anak Boscu langsung kabur. Dia menghilang. Bagai ditelan bumi. Teman-temannya tidak ada yang mengetahui. Keluarganya juga  tidak ada yang tahu. Nomor handphonenya tidak bisa dihubungi. Akibatnya, Mbak Sri kebingungan. Dia menangis semalaman. Menyalahkan dirinya sendiri, menyalahkan suaminya, dan menyalahkan anaknya. Semua terlihat salah di matanya. Karena bagaimanapun, anak itu adalah anugerah dari Tuhan. Dia sangat menyayanginya. Sama sebenarnya apa yang dirasakan Boscu. Dia juga sedih sekali. Boscu menempuh jalur hukum bukan karena ingin melihat anaknya dipenjara. Namun, dia ingin anaknya jera. Sehingga, tidak melakukan tindak kejahatan dan merugikan orang lain.






Reporter: Karen Wibi

Artikel Terkait

Maling Brambang, Boscu Babak Belur

Bakar Sampah, Sapi Boscu Terpanggang

Salah Sasaran, Tetangga Jadi Bulan-bulanan

Scaffolding Hilang, Boscu Pusing

Most Read

Artikel Terbaru

/