- Advertisement -
“Saya dipukuli Pak Polisi,” ujar Boscu saat melapor ke Mapolsek Ngluyu. Sebagai bukti, Boscu menunjukkan mukanya. Mukanya bengkak dan lebam. Kemungkinan, dia kena tonjok. Tidak hanya sekali. Bisa lebih dari lima kali. Atau mungkin sepuluh kali. Boscu juga tidak ingat. Apalagi, yang menonjoknya itu tidak hanya seorang. Namun, sekelompok pemuda yang cangkruk dan membakar jagung di tepi jalan pada Senin malam (28/11) yang mengeroyoknya.
Semua keterangan Boscu dicatat Pak Polisi. Mulai dari waktu, tanggal, hingga ciri-ciri pengeroyok dicatat. Tidak ada yang terlewat. Karena polisi akan segera menangkap pelakunya jika laporan Boscu benar.
Namun belum sempat Pak Polisi bertindak, tiba-tiba ada seorang pemuda datang ke Mapolsek Ngluyu. Kondisinya hampir sama dengan Boscu. Babak belur. Pemuda tersebut juga mengaku dikeroyok.
Saat ditanya apakah dia adalah teman Boscu, pemuda itu menggeleng. Justru, dia mengaku yang mengeroyoknya itu adalah Boscu dan teman-temannya. Karena tidak terima dikeroyok maka dia memutuskan menempuh jalur hukum. “Saya ditendangi,” ujar pemuda itu menunjukkan luka-luka di sekujur tubuhnya.
Mendengar keterangan dari Boscu dan pemuda itu, Pak Polisi akhirnya paham. Mereka itu bukanlah korban pengeroyokan. Namun, Boscu dan pemuda itu ternyata tawuran.
- Advertisement -
Karena sama-sama mengaku menjadi korban, versi dari dua orang itu tidak sama. Boscu mengaku tidak mengetahui alasan sekelompok pemuda mengeroyoknya saat melintas. Padahal, dia tidak berbuat apa-apa.
Namun, pemuda itu mengaku emosi karena ditantang setelah dibleyeri motor. Dua versi cerita itu akan dicek Pak Polisi. Penyelidikan akan dilakukan. Jika terbukti bersalah maka Boscu atau pemuda tersebut bisa masuk bui. Kalau sudah dibui, semoga mereka tidak tawuran lagi.
Reporter: Karen Wibi
“Saya dipukuli Pak Polisi,” ujar Boscu saat melapor ke Mapolsek Ngluyu. Sebagai bukti, Boscu menunjukkan mukanya. Mukanya bengkak dan lebam. Kemungkinan, dia kena tonjok. Tidak hanya sekali. Bisa lebih dari lima kali. Atau mungkin sepuluh kali. Boscu juga tidak ingat. Apalagi, yang menonjoknya itu tidak hanya seorang. Namun, sekelompok pemuda yang cangkruk dan membakar jagung di tepi jalan pada Senin malam (28/11) yang mengeroyoknya.
Semua keterangan Boscu dicatat Pak Polisi. Mulai dari waktu, tanggal, hingga ciri-ciri pengeroyok dicatat. Tidak ada yang terlewat. Karena polisi akan segera menangkap pelakunya jika laporan Boscu benar.
Namun belum sempat Pak Polisi bertindak, tiba-tiba ada seorang pemuda datang ke Mapolsek Ngluyu. Kondisinya hampir sama dengan Boscu. Babak belur. Pemuda tersebut juga mengaku dikeroyok.
Saat ditanya apakah dia adalah teman Boscu, pemuda itu menggeleng. Justru, dia mengaku yang mengeroyoknya itu adalah Boscu dan teman-temannya. Karena tidak terima dikeroyok maka dia memutuskan menempuh jalur hukum. “Saya ditendangi,” ujar pemuda itu menunjukkan luka-luka di sekujur tubuhnya.
Mendengar keterangan dari Boscu dan pemuda itu, Pak Polisi akhirnya paham. Mereka itu bukanlah korban pengeroyokan. Namun, Boscu dan pemuda itu ternyata tawuran.
Karena sama-sama mengaku menjadi korban, versi dari dua orang itu tidak sama. Boscu mengaku tidak mengetahui alasan sekelompok pemuda mengeroyoknya saat melintas. Padahal, dia tidak berbuat apa-apa.
Namun, pemuda itu mengaku emosi karena ditantang setelah dibleyeri motor. Dua versi cerita itu akan dicek Pak Polisi. Penyelidikan akan dilakukan. Jika terbukti bersalah maka Boscu atau pemuda tersebut bisa masuk bui. Kalau sudah dibui, semoga mereka tidak tawuran lagi.
Reporter: Karen Wibi